Chapter 2

16 3 2
                                    

"Techii!!! Neruu!!!"

Yurina berlari dengan cepat kearah mereka hingga nafasnya tersengal-sengal. Dia berhenti sejenak sambil mengatur nafasnya dan duduk disamping Neru.

"Kenapa kamu berlari sekencang itu? Berjalan seperti biasanya aja gak papa loh" Neru memberikan kue yang dia bawa ke Yurina. Yurina langsung mengambil nya dan memakannya.

"Aku.. hhh.. tadi.. uhuk.."

"Hei jangan bicara sambil makan!" Techi menyodorkan minumannya ke Yurina. Yurina tanpa pikir panjang langsung meminumnya. Dia kembali mengatur nafasnya.

"Emang kamu kenapa?"

"Aku tadi mendengar suara hantu.." Yurina bergidik dan menoleh ke Techi dan Neru. Neru tampak kaget dan langsung memeluk lengan Yurina.

"Eh dimana?" Neru semakin mengeratkan pelukannya. Yurina menunjuk tembok yang tadi mereka rayapi.

"Kenapa kamu membawa kami ketempat berhantu ini?" Yurina menatap Techi yang saat ini sedang mengernyit sambil memiringkan kepalanya.

"Itu gak mungkin! Aku biasanya main disini gak ada apa-apa kok"

"Tapi--"

"Baiklah kalau kalian takut aku akan mengeceknya" Techi berdiri dan mengambil sesuatu dari celah pohon besar di belakangnya. Sebuah pedang kayu.

"Eh bagaimana bisa kamu punya pedang kayu disini?" Yurina ikut berdiri dan melihat isi dalam celah pohon itu, banyak sekali benda-benda didalamnya. Neru masih memeluk lengannya.

"Aku sudah bilangkan, aku sering main disini jadi aku menaruh barang-barang ku disana" Techi mengatakannya dengan bangga.

"Kalian disini saja, tempat ini aman kok"

"Kalo kalian butuh minum lagi, kalian bisa ambil di celah pohon itu" Techi berlari berlalu meninggalkan mereka berdua di pohon besar.

Techi menaruh pedang kayu itu didepannya sambil tetap waspada ke segala arah sampai dia tiba di depan tembok yang mereka rayapi tadi. Dia menurukan pedang kayunya. Telinganya mendengar suara anak kecil menangis. Techi menoleh ke segala arah mencari sumber suara. Dia mulai bergidik ketika belum menemukan pemilik suara itu.

Apa itu memang suara hantu? Aku takut.. Techi membalikkan badannya dia ingin kembali lagi ke pohon besar itu.

Ah.. Tapi kalo aku balik sekarang dan bilang kalo aku gak mendengar suara apa-apa, nanti Putri Yurina dan Neru gak mau main kesini lagi.. Techi kembali membalikkan badannya kearah tembok. Dia bertekad ingin menemukan pemilik suara itu. Pedang kayunya di taruh kembali kedepannya. Dia menoleh ke segala arah sampai matanya tertuju pada seorang anak yang menangis diatas pohon. Anak itu tanpa alas kaki menangis sambil berdiri memeluk pohon dihadapannya. Pohon itu menjulang tinggi dibalik tembok istana. Entah apa yang dilakukannya hingga bisa sampai diatas sana.

"Hei kamu yang diatas!" Anak itu menoleh kebawah dan menatap Techi.

"Tolong aku.."

"Kamu gak papa?"

"Tolong aku.." Anak itu beberapa kali terdengar sesegukan.

Techi memundurkan langkahnya dan menoleh ke sekeliling. Matanya kemudian tertuju pada 2 dahan yang lumayan besar yang berada tepat dibawah dahan yang menjadi pijakan anak itu. Techi mengangguk kemudian menoleh ke atas.

"Hei kamu bisa turun sampai dahan yang itu gak?"

Anak itu menoleh kebawah dan mencari dahan yang dimaksud Techi. Setelah mengetahuinya dia menggeleng.

"Itu terlalu jauh.."

"Itu tidak jauh! Kamu hanya perlu berpegangan pada dahan yang kamu injak!"

The Tale of The Princess YurinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang