Part 1

28 2 9
                                    

Hujan malam ini tak terlalu lebat seperti malam kemarin yang hampir menumbangkan pohon nangka di ujung gang. Angin yang biasanya dingin menembus hingga tulang pun tak kurasakan malam ini. Sebut saja gerimis, tidak terlalu deras tetapi cukup membasahi rambut yang panjangnya sebahu ini. 

Seperti biasa, aku duduk di bangku taman paling pojok yang sedikit gelap karena jauh dari penerangan dan sedang menunggu seseorang. Sengaja aku memilih bangku ini sebagai tempat pertemuanku dengan beberapa teman bisnisku untuk menghindari beberapa mata-mata yang mengintai perjalanan hidupku. Mata-mata tersebut tidak lain adalah orang suruhan alias orang bayaran yang ditugaskan untuk mencari informasi tentangku. Siapa yang melakukannya? Ya, orang tuaku yang melakukannya. Mereka curiga dengan pekerjaanku yang tidak jelas. Sudah beberapa kali aku tegaskan bahwa aku berbisnis di bidang online, meskipun itu bohong. Aku terpaksa membohongi mereka karena tuntutan ekonomi keluarga yang kian tak terkendali. Aku menanggung semua kebutuhan keluarga dan orang tuaku yang terlilit banyak hutang. Tidak ada jalan lain selain aku harus terjun ke dunia menjijikan ini.

Taman yang biasanya ramai kini mulai sepi karena jam sudah menunjukan pukul 22.30 dan gerimis yang tak kunjung reda. Setelah lama aku menunggu akhirnya teman bisnisku datang. Dia langsung menyuruhku untuk masuk kedalam mobil dan langsung melaju dengan kecepatan sedang. Menyusuri sepinya jalan dan gang yang remang-remang. Sepanjang perjalanan, aku hanya tediam dan menatap kosong kearah kaca mobil. Bukan berarti aku tidak mau berbicara, hanya saja aku merasa lelah hari ini. Dari pagi hingga malam ini aku disibukkan dengan jadwal yang padat. Tidak lain adalah jadwal kencan dengan beberapa pelanggan yang sudah memesanku di hari sebelumnya.

Aku sudah setahun lebih terjun ke dunia yang tak ku inginkan ini. Uang yang aku dapatkan sangatlah menggiurkan, bagaimana tidak? Aku bisa mendapatkan puluhan juta hanya dalam hitungan minggu. Paling sedikit sekitar 7 juta perminggu. Bagi orang awam seperti aku dulu, gaji segitu sangatlah besar dan sungguh menggiurkan. Tanpa pikir panjang, aku pun menekuni pekerjaan bodoh dan terlarang ini. Yang terbesit dalam pikiranku saat itu adalah uang, uang dan uang. Aku ingin uang, aku butuh uang, dan aku mau uang. Aku miskin, aku butuh uang untuk menjadi kaya. Ada hutang orang tua yang harus aku bayarkan. Ada adik-adik yang harus aku sekolahkan. Sedangkan aku hanyalah lulusan SMA yang tidak begitu pandai dibidang akademik bahkan terlalu polos untuk dibodohi.

Seorang perempuan bernama Farayya Edoward Prameswari, aku sendiri mengakui bahwa aku memiliki tubuh yang berparas cantik nan jelita. Terlalu mudah untuk menarik perhatian para lelaki diluar sana. Apalagi aku yang sekarang sangat berbeda dengan aku yang dahulu. Sebelumnya, aku pernah bekerja menjadi karyawan toko selama 1 tahun. Saat itu aku baru lulus sekolah dan masih belum bisa merawat diri. Karena kurasa gajinya terlalu sedikit, aku memutuskan untuk resign dari toko tersebut dan mencari pekerjaan lain. Ternyata tidak semudah yang aku bayangkan, aku justru menjadi pengangguran sekitar 5 bulan. Berusaha mencari pekerjaan sana sini tapi hasilnya nihil. Tidak hanya sampai disitu perjuanganku. Aku memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan yaitu berjualan keripik pisang yang aku buat sendiri dari pisang yang ada di kebun belakang rumah. Namun, usaha itu hanya berjalan 7 bulan. Untung yang aku dapatkan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Aku mencoba melamar di beberapa pabrik tapi tidak ada satupun yang meloloskanku. Aku kembali menjadi seorang pengangguran selama 2 bulan. Pada akhirnya aku mulai tertarik bekerja disebuah kafe remang-remang karena ada sebuah agensi yang mempromosikan lowongan pekerjaan di kafe remang-remang dengan patokan gaji pokok yang besar, sekitar 2 juta perminggu tanpa bonus dari pelanggan. Tanpa pikir panjang, aku langsung melamar dan langsung diterima bekerja di tempat itu. “Pendidikan tidak perlu tinggi yang penting aku punya uang untuk menghidupi keluarga,” pikirku saat itu.

Baru 2 bulan bekerja, aku sudah naik tingkatan. Yang awalnya aku masih menjadi LC, kini sudah naik menjadi diamond. Jadi, kerja sebagai kupu-kupu malam dilembaga ini dibagi menjadi beberapa tingkatan. Untuk anak baru biasa dipanggil LC. Jika prospek kerjanya meningkat, alias banyak orderan dari pelanggan dan bisa mencapai target maka akan naik 1 tingkatan lagi menjadi gold. Di tingkatan gold ini, kita sudah bisa menerima panggilan diluar lembaga atau agensi alias orderan privat. Sedangkan LC hanya bisa melayani pelanggan yang menyewa lewat agensi atau lembaga tempat dia bernaung. Jika ditingkatan gold ini para pelanggan merasa puas dan selalu menyewa kita kembali beberapa kali, maka akan naik 1 tingkatan lagi menjadi diamond. Di tingkatan diamond ini, kita bisa membuka jasa agensi sendiri tanpa naungan lembaga. Biasanya disebut mucikari tapi tidak memiliki lembaga. Jadi bisa dibilang bahwa aku ini adalah seorang perempuan panggilan sekaligus mucikari panggilan juga.

Mobil yang melaju dengan kecepatan sedang ini tiba-tiba sudah berhenti di sebuah rumah mewah. Rumah milik pelangganku ini, Rudi, seorang pengusaha kaya raya yang kesepian ditinggal istrinya pergi ke Rusia. Umur pernikahan mereka menginjak 3 tahun, tetapi belum dikarunia seorang anak. Rudi ini adalah pelanggan setiaku. Pria berumur 28 ini cukup muda untuk aku yang masih 22 tahun. Dia sudah beberapa kali menyewaku untuk menemani malam-malamnya yang sepi. Biasanya menginap dihotel agar lebih aman, tapi malam ini dia memintaku menemani dirinya di rumahnya sendiri. Meskipun sebenarnya aku takut jika ada yang memergoki kita berdua yang seatap tanpa ada status hubungan suami istri. 



Cerita akan di up seminggu sekali ya, mohon bersabar:)

Perempuan Panggilan (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang