Bab 2 - Curhatan Sahabat

69 12 3
                                    

Bel istirahat akhirnya tiba, di depan pintu kelas sudah ada Hinata yang menunggunya untuk makan bersama. " Toobiooo... Ayo ikut aku makan." Hinata melambaikan tangannya. Ia menunjuk-nunjuk kantung bekal yang ia bawa. Tobio beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Hinata.

" Ayo." Tobio merangkul Hinata santai.

Mereka berjalan menuju atap sekolah. Tobio hari ini tidak ke kantin melihat pujaan hatinya untuk berbagi cerita dengan sahabatnya. Besok lagi kan bisa, pikirnya. Siang ini sepanjang koridor sudah ramai dengan tingkah anak-anak dari kelas lain. Kebanyakan dari mereka mengobrol dan menempeli mading dengan poster kegiatan ekstra kulikuler yang mereka ikuti. Terutama ekskul yang jarang diminati supaya dapat menggaet anggota lebih banyak lagi.

" Naa, Tobio, menurutmu kenapa kita tidak menempel poster kegiatan juga?" Hinata tertarik dengan kegiatan anak lain. Warna posternya ceria sekali.

" Tidak memajang poster saja sudah banyak personilnya, apalagi dipajang. Selain itu, kamu mau posisimu tergeser dari pemain inti?" Tobio menjawab malas. Sekaligus mengompori Hinata.

" Ti-tidak mau. Aku adalah ace!" Ujar Hinata berapi-api. Kemudian cemberut kecil, mengingat ia belum dapat menyaingi seniornya.

Tobio melirik Hinata yang cemberut, dan tersenyum kecil. " Lagipula sebanyak apapun lawanmu jika kamu latihan lebih dan memiliki tekad lebih dari yang lain kamu juga akan menang." Ia mengusak rambut Hinata ringan.

Hinata menatap Tobio berbinar-binar tidak percaya setelah dipuji. Seolah-olah menemukan berlian yang tersembunyi.

" Apalagi kalau kau tinggi." Tobio memeletkan lidahnya dan berlari sepanjang lorong sekolah.

" Woyy!!!! Tobio bangs- kemari kauu!!!" Hinata berlari menyusul Tobio.

Tobio tertawa-tawa sepanjang koridor. Puas rasanya.

....................................

" Lalu, gimana nih ceritanya." Hinata membuka bentonya. Ada banyak sushi dan beberapa potong buah persik. Ia sengaja membawa banyak, lalu ia membaginya ke tempat makan Tobio yang berisi sandwich.

" Kamu dulu dong. Aku nanti setelah kamu." Tobio sudah asik makan sandwichnya.

" Ka-mu-gak-se-ru." Hinata mencapit-capitkan sumpitnya. " Hmmm... mulai dari mana yaa." Hinata memakan satu potong sushi. Membuat pose berpikir.

" Ahh, saat itu aku kan pulang larut. Pas hari selasa. Kamu pas lagi kebelet trus keburu pulang." Hinata mengacungkan telunjuknya. Tobio memejamkan mata mengingat-ingat. Lalu berdehem mengangguk.

" Itu aku lagi di ruang klub, mau ganti baju. Trus tiba-tiba Atsumu-san masuk. Aku kaget dong. Aku tanya dia, agak gugup sih. ' Loh tumben Atsumu-san belum pulang' gitu. Abis itu dia bilang kalo sebenernya ada buku dia yang ketinggalan. Nah nah nah, kan aku lagi ganti baju, jadi gak ngeh kalo dia ngambilnya bukuku." Hinata agak histeris pada bagian ini.

" Aku bisa membayangkan kebodohan yang akan terjadi." Tobio menyipit.

" Iyaaa, abis aku selesai, aku nyadar kok Atsumu-san malah mantengin bukunya lamaaaa banget. Ternyata buku yang lagi dipegang Atsumu-san tuh bukuku." Wajah Hinata memerah.

" Trus truss." Tobio semakin asik mendengarkan.

" Kamu tau kan kalo aku suka nulis-nulis ga jelas kayak ' Hina lope Atsu' di buku"

" Hahaha, dia baca?" Tobio tergelak.

" Iyaaaa, dia baca itu trus nanyain ke aku. ' Shoyo-kun, kamu suka sama aku?' gitu. Matanya natap tajem bener. Aku takut." Hinata menyuap sushi lagi.

" Trus jadian?"

" Belumm, aku kan malu tuh, aku rebut bukuku, terus aku lari dong!!! Atsumu-san teriak manggil-manggil aku juga. Tapi kan keburu malu." Hinata memainkan sumpitnya.

" Kalo belum jadian kok nyium?" Tobio bertanya polos.

" Bentar ihh... Aku kan besoknya ngumpet-ngumpet tuh. Masuk sekolah pas bunyi bel masuk, jadi aku liat dia akhirnya masuk kelas duluan. Pas papasan aku belok. Jadi, mungkin geram ya. Akhirnya pas istirahat gitu aku dihadang trus ditarik ke gedung olahraga. Aku kan takut. Mana badannya lebih gede. Kalo aku dipukul kan sakit."

" Bener juga."

" Pokoknya pikiranku negatif banget pas itu. Pas sampe gedung olahraga aku dah pasrah pokoknya. Eh sampe sana malah ditanya-tanyain. Kenapa aku suka dia. Apa yang aku suka dari dia. Trus aku tau nggak kalo dia egois. Trus aku jawab iya. Aku suka Atsumu-san dari segala hal. Gitu. Abis itu aku malah dibanting ke dinding, trus.... Aku di-dici-"

" Dicium." Tobio berujar datar.

Hinata menangkupkan wajahnya malu.

" Aku ga nyangka banget, kalo dia suka aku juga, cuman katanya karena dia sering digosipin yang nggak-nggak makanya dia ga berani deketin aku." Ujar Hinata terharu.

" Ciyeeee, akhirnya terbalaskan." Tobio menyeringai sambil menggigit sandwich lagi.

" Nahhh, sekarang giliran kamu, ayo cepettt!!!" Hinata menagih Tobio.

Wajah Tobio beralih ke samping, memerah. Agak gugup juga saat ia mengingatnya.

" Eyyy, dah malu kau." Hinata menggodanya.

" Diam. Ehem, gimana ya." Tobio membenahi cara ia duduk.

" Agak berkaitan dengan ceritamu sih. Jadi kan kamu tau kalau aku mergokin kalian ciuman."

Hinata mengangguk.

" Nah, itu tuh pas aku mau beli susu. Aku nengok ke arah kalian. Tiba-tiba pas aku mau balik, ada Oikawa-san."

" Ehhh, iyakah?" Hinata kaget.

" Iyaa, aku kan jadi gugup, ngeblank gitu, oiya, dia juga tau kalo kalian ciuman."

" Ehhhh." Hinata melongo. Kalo bocornya lagi kumat, berita ini bakalan nyebar nih ke penjuru sekolah. Wajahnya agak pasrah.

Tobio terkikik sejenak. " Trus, sama kayak kamu. Ga tau kenapa, aku tiba-tiba di-di-dicium." Tobio melirihkan suaranya.

" Trus aku ngeblank lagi." Tangan kiri menutupi wajahnya.

" Eyyyy, jadi karena itu kamu ngeblank pas ketemu aku. Ihirrr." Hinata heboh.

" Tapi-tapi kan siapa gitu yang ga ngeblank, kalo tanpa angin tanpa ujan tiba-tiba dicium gebetan."

" Bener sih."

" Apalagi Oikawa-san kan jarang ngobrol juga, trus kesannya ga suka banget sama aku." Hinata mengangguk menyetujui Tobio.

" Tapi itu kan jadi kesempatan kamu, Tobio!" Hinata berujar ceria.

" Hah."

" Iyaaa, artinya Oikawa-san juga ada rasa sama kamu. Kamu kan selama ini cuma berprasangka kalau dia ga suka kamu. Siapa tau dia kayak Atsumu-san. Cuma takut memulai." Seru Hinata. Ia mengepaki tempat makannya yang sudah kosong.

" Tapi...." Tobio agak ragu. Ia agak malu sebenarnya.

" Ayolah, sapa dia, yaaa. Siapa tau kan, siapa tau. Hm Hm??" Hinata bersemangat.

" Hmmmm, baiklah. Besok pas ke kantin aku sapa." Ujarnya tersenyum.

" Semoga terbalaskan." Hinata mendoakan.

Tobio harap juga begitu. Tobio lega. Mereka saling mendukung satu sama lain. Mereka berharap semua baik-baik saja.





TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang