01. RAFKA

2.7K 314 330
                                    

Happy reading! ⚠️

•••

"Pa, Rara mau main sebentar, boleh?" tanyanya begitu antusias.

"Gak ada main-main. Kamu harus belajar."

"Tapi, tadi Rara udah belajar, kepala Rara pusing kalau belajar terus. Boleh, ya, Rara main sebentar?"

"Kalau pusing tidur, Ra," sahut sang Mama mengelus rambut putri kecilnya.

"Rara mau main sekali aja, boleh, ya? Teman-teman Rara lagi pada main di luar."

Gadis kecil yang memiliki panggilan bernama Rara itu menunjuk ke arah pintu utama rumah. Wajahnya memelas agar kedua orang tuanya mengizinkan ia untuk bermain sebentar.

"Gak. Papa gak izinin kamu main," tolak sang Papa dengan tegas.

Kedua mata gadis kecil itu mulai berkaca-kaca. Bibirnya bergetar menahan tangis.

"Pa? Sebentar, ya? Rara belum pernah ngerasain yang namanya main sama teman-teman," mohonnya kekeuh. Rara menyatukan telapak tangannya di depan dada, persis seperti orang yang sedang memohon.

"Rara! Papa bilang enggak, ya, enggak! Kamu berani membantah?" bentak David—Ayahnya.

Rara tersentak. Gadis kecil itu memejamkan matanya takut mendengar bentakan David. Ia merasakan hatinya berdenyut nyeri. Rara meremas kuat rok yang sedang ia pakai.

Sejak pagi tadi, Rara sudah sibuk ditemani dengan buku-buku tebal untuk belajar. Ia tidak diperbolehkan keluar kamar selain untuk makan, dan itu pun kalau sudah selesai belajar. Gadis kecil itu belum pernah merasakan serunya bermain bersama teman seusianya. Di sekolah pun saat jam istirahat dirinya terus di pantau agar tidak bermain.

"Sekali aja, Pa? Rara pengin banget main. Tadi Rara denger suara ketawa teman-teman Rara, pasti seru banget." Rara kembali bersemangat, ia tidak boleh menyerah sebelum kedua orang tuanya mengizinkan.

David berdiri dari duduknya dengan kasar, pria itu membuang asal koran yang berada di tangannya. Ia melepas kasar ikat pinggang yang melilit di pinggangnya.

Ctar!

"Masuk kamu!" David mencambuk kasar punggung Rara menggunakan ikat pinggangnya. Pria itu benar-benar marah sekarang.

"Paawshh, sakit," ringis Rara saat merasakan sakit di punggungnya, juga hatinya. Rara pastikan kini sekujur tubuhnya sudah dipenuhi oleh memar.

"Mas!" Suara Karin—istrinya, tak didengar, pria itu terus mencambuk anaknya tanpa ampun dan tanpa peduli rasa sakit yang anaknya rasakan.

Karin meringis melihat anaknya yang menangis memohon ampun, hatinya ikut ter-iris, namun sayang, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

Brak!

David mengunci pintu kamar Rara dengan kasar. Wajahnya memerah, urat-urat tangannya terlihat.

"Itu akibatnya kalau kamu berani membantah, Ra!" teriak David agar Rara mendengar.

Perlahan, tubuh Rara meluruh ke lantai, ia menekuk kedua lututnya kemudian membenamkan wajahnya di sela kedua lengannya.

"Sakit," lirihnya merintih.

✃- - - - - - - - - - -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang