1

13 1 0
                                    

"SERANGGGGGGGGGG" Davin berteriak dengan lantang, kemudian dari dua arah segerombolan lelaki berlari dan kemudian saling memukuli, teriakan-teriakan histeris pengguna jalan tidak menghentikan perkelahian dari dua kelompok itu.

Seolah memekakkan telinga, mereka terus memukul satu sama lain tidak memperdulikan pengguna jalan yang meneriaki mereka dan bunyi-bunyi klakson yang tidak bisa dicegah lagi, dalam beberapa detik mereka sudah membuat jalanan macet.

Suara mobil polisi yang terdengar jelas ditelinga Davin membuat lelaki itu mengajak teman-teman nya untuk berlari dan bersembunyi karena tidak ingin berurusan dengan aparat negara itu.

"Brengsek, gue baru aja mau mukul si Rio ahhh bangsat" Teriak lelaki itu saat sudah di tempat persembunyian mereka.

"Vin" Reno salah satu teman tawuran Davin memanggil lelaki itu sambil menatap ngeri " Dahi lo berdarah" sambung nya lagi.

Davin baru menyadari ada cairan yang mengalir di dahinya, dan membuat ia meringis. Bukan, bukan karena sakit Davin meringis, ia sudah membayangkan wajah sahabat nya saat mereka tau apa yang Davin perbuat.

"Gue pulang dulu" Ujar Davin yang di angguki oleh teman-temannya yang lain.

Nyatanya Davin tidaklah pulang kerumahnya, ia membelokkan kendaraan nya ke Apartemen salah satu sahabatnya, dengan langkah-langkah panjang ia terus berjalan tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang menatap nya dengan wajah ingin tahu.

"Ranjani" Teriak Davin setelah masuk ke apartemen gadis itu.

"Di dapur" Teriakan Jani menghentikan mata Davin yang menatap keseluruh arah untuk mencari keberadaan nya.

Davin berjalan kedapur, mendapati gadis itu sedang sibuk dengan masakannya. Davin sedikit tersenyum melihat wajah Ranjani terkena tepung .

"Aku hari ini masak kue bolu kamu ha-" ucapan gadis itu terhenti saat melihat Davin, sedangkan lelaki itu mengangkat alisnya tinggi-tinggi.

"Kamu berantem lagi" Pekik gadis itu dengan kesal.

Davin terkekeh pelan, lantas mengacak rambut gadis itu membuat ia kembali terpekik.

"Kamu tu kenapa si? Mungkin waktu kecil cita-cita kamu itu bukan  polisi melainkan menjadi kapten tawuran kan" Ujar Ranjani  sambil mencuci tangannya lantas menarik Davin keruang tengah.

"Diem" Ujar Jani  saat melihat Davin yang meringis menahan sakit akibat cairan antiseptik menyentuh permukaan kulitnya.

"Aku nggak suka kamu kayak gini" ujar nya lagi, namun dengan suara yang pelan, tidak bisa ditutupi rasa cemas yang sedari tadi gadis itu rasakan.

Davin menghela nafas panjang lantas menarik tangan Jani kedalam genggaman nya.

"Maaf, maaf udah buat kamu cemas" Davin menatap mata Jani yang berkaca-kaca lantas segera berlalu dari hadapan Davin yang masih terdiam di kursinya.

****

"Jadi kapan lo mau berhenti tawuran? Demi tuhan kita sudah kelas 3 SMA vin, kita bukan anak kecil lagi sekarang!"

Davin menggerutu kesal menatap Devan, wajah dan sikap dingin lelaki itu yang membuat Davin tidak nyaman.

Davin tau, bukan sekali dua kali sahabat-sahabatnya menjemput dirinya di kantor polisi akibat perbuatannya.

Di samping Devan, Fatan sudah tertawa mengejek Davin, karena sudah terjebak dalam kemarahan Devan. Sedangkan Gilang dan Jani tidak memperdulikan Davin yang memasang wajah memohon, mereka terlalu sibuk mencicipi bolu yang di buat Jani ditambah kudapan Ice Cream yang di bawah Devan untuk gadis itu.

PROMISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang