"Bundaa, kenapa engga dibangunin? Aku telat nantinya." Teriakan itu berasal dari mulut seorang gadis yang sedang terburu-buru menuruni tangga.
"Ya Allah nak, bunda kan sudah bilang kalo sehabis subuh itu jangan tidur lagi." Ucap sang bunda.
Gadis itu hanya menyengir lebar, sedangkan bunda hanya menggelengkan kepala maklum.
"Engga kerja yah?" Tanyanya kemudian duduk disamping Ayahnya yang sedang menunggu masakan bunda jadi.
"Kerja, cuman nanti berangkatnya agak siangan." Jawab Ayah.
Eliza Khansa Zahbia, kerap disapa Liza, gadis yang memiliki paras cantik, pintar dan cerewet. Karena kepintarannya dia bisa memasuki salah satu SMA favorit yang ada dibandung, dan sering sekali dia memenangkan olimpiade IPA. Liza menyukai hujan dan es cream coklat, hobinya adalah membaca. Terlahir dikeluarga kaya raya tidak membuatnya untuk berbuat seenaknya, yang ada gadis itu ramah kepada siapapun.
"Yaudah Ayah Bunda, Aku berangkat dulu takut telat." Pamit gadis itu setelah selesai menghabiskan sarapan paginya.
"Mau Ayah antar?" Tanya sang Ayah, Liza menggeleng.
"Engga usah Ayah, aku pake motor sendiri aja." Tolak gadis itu, Ayahnya mengangguk mengerti, gadisnya ini tidak suka dengan kemewahan.
"Yaudah hati-hati ya nak, belajar yang rajin." Ucap ayahnya lagi sembari mengusap kepalanya yang dibaluti oleh kain hijab.
"Iya Ayah, aku berangkat ya Assalamualaikum Ayah Bunda." Pamit Liza setelah mengecup tangan kedua orangtua nya.
"Waalaikumsalam." Jawab Ayah Bunda.
Liza berjalan ke arah bagasi, dimana tempat motor kesayangannya itu berada. Motor scoopy berwarna coklat itu dia beri nama Lili, karena sangking sayangnya jadi dia beri nama.
"Hallo selamat pagi Lili." Sapanya kepada benda mati itu sembari mengusap-usap stangnya, mungkin jika ada yang melihatnya ia akan dikatakan gila.
Gadis itu menaiki motor lalu mulai berjalan menuju sekolah. Saat melewati Ibu-ibu yang sedang berbelanja sayuran dan menggibah, dia pelankan laju motornya.
"Selamat pagi Ibu-ibu." Sapanya dengan senyuman lebar.
"Pagi juga Neng Liza." Jawab Ibu-ibu serentak.
Setelah lewat, Liza melajukan motornya kembali dengan kecepatan standar.
Sampai didepan gerbang yang penuh dengan murid berlalu lalang, tak lupa menyapa pak satpam setelah itu memarkirkan motor.
"Huft, Alhamdulillah sampe juga, kenapa cape bangat ya? Padahal naik motor." Monolognya lalu terkekeh sendiri, macam orang gila.
Berjalan dikoridor dengan riang sambil tersenyum ramah. Baru saja dia ingin memasuki kelas, tak sengaja dia menabrak seseorang sampai jatuh tersungkur, duh bokongnya sakit sekali.
"Astagfirullah, ya Allah, heh kalo jalan hati-hati atuh." Kesalnya, kenapa bisa pagi-pagi begini dia sudah mendapatkan musibah.
"Heh, yang ada elo yang harus hati-hati." Ucap sang penambrak dengan kesal juga, padahal Liza lihat dengan jelas bahwa penabrak itu yang salah, tapi mengapa dia yang disalahkan?
Liza berdiri lalu menepuk-nepukan bokongnya yang kotor, saat dia mendongak untuk melihat siapa pelakunya.
"ELO?!" Teriak liza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hay, Mas Mantan!
Teen FictionMempunyai mantan yang sekelas sama kita itu rasanya nano-nano. Kadang kesel, jiji, dan gamon. Apalagi mantannya usil bangat, sering ganggu kegiatan kita. "Gapapa sekarang jadi mantan dulu, nanti kalo gua udah sukses gua jadiin bini."-Hussain Iskanda...