Cerita ini cerita baru, cerita fiksi hasil mikir sendiri. Seperti cerita-cerita sebelumnya, cerita ini hanya untuk kalangan yang berpikiran dewasa, dan tidak mencampurkan hal yang berbau SARA.
Jika di antara pembaca ada yang kurang berkenan, mohon disampaikan dengan cara yang santun dan tidak menghakimi.
Karena sesungguhnya penulis hanya manusia biasa yang tentunya punya banyak kekurangan.Jadi ... Silahkan yang baik-baiknya saja dicontoh, dan buanglah jauh-jauh yang menurut kalian gak benar.
Okey ? Semoga suka dengan cerita ini dan tak lupa selalu kasih vote dan komentar yang membuat semangat bagi penulisnya.
🍒Happy reading🍒
Perlahan tanganku membuka pintu kaca yang berada di depanku sebelum kakiku bergerak melangkah ke dalamnya. Ruangan yang aku masuki penuh dengan pajangan, berlantai motif kayu, dan berhiaskan lampu-lampu halogen yang membuat tampilan warna-warni yang indah untuk pakaian yang terpajang.
Beauty Butik ... ini adalah tempat kerjaku.
Tanpa diminta mataku yang kata orang bersorot tajam itu sejenak memindai apa yang ada di sekitarku, sebelum akhirnya menemukan seraut wajah yang membuat bibirku tanpa dimintapun sudah mengurai senyum.
Dialah Yola, teman sebangku semasa SMU, dan sekaligus juga sahabat yang mengajakku bekerja di butik milik mamanya ini.
Aku tersenyum dan berjalan mendekati dia yang sedang duduk di belakang meja kasir dan sedang memainkan ponselnya.
"Selamat pagi, Bos," sapaku sembari menaruh tas pada laci yang disediakan untuk menyimpan barang bawaan pegawai butik.
Yola mendongak dan memicingkan matanya, terlihat lucu dan menggemaskan. "Bos?"
Aku mengangguk menggoda pada cewek mungil di depanku. "Yah ... You are Bos, My Bos."
Bibirnya mengerucut tak suka. Aku paling suka menjahili dia dengan menarik iseng pipinya yang sedikit chubby, benar-benar menggemaskan. Yola menahan tanganku.
"Ish ... sakit tau, Del!" Diusapnya pipi yang kini sudah memerah.
"Ulu uluuu ... sakit ya? Sini Kakak usap sini ...." Tanganku terulur ingin memegang pipinya yang seperti bakpau, tapi dia menepisnya pelan dan aku menatapnya geli.
"Kamu sudah sarapan, Yol?" tanyaku mengalihkan.
"Kamu?"
Aku mendengkus tak suka. Karena seperti biasanya Yola selalu bertanya balik. Aku memperhatikan jam di tanganku dan menaikkan alis di depannya. "Kamu tau kan kalo aku gak betah lapar?"
Yola mencebikkan bibirnya. "Tadi nanya kayak gitu cuma basa basi lagi kan? Sama dong ... aku juga cuma basa basi nanggepin kamu." Dia menjulurkan lidah sebelum tertawa meledekku.
Pertanyaan dan jawaban yang sebenarnya tiap hari kami lakukan. Sekedar sapaan basa-basi yang mungkin memang basi dan membosankan, karena sudah 3 tahun ini selalu kami lakukan.
Aku tertawa pelan, tanganku kembali iseng, tapi kali ini sasarannya adalah telinga Yola. Tak peduli dia anak bos di sini atau bukan, yang penting dia adalah sahabatku, teman berbagi suka dukaku sejak kami memulai awal sekolah di salah satu SMU di Surabaya.
Hmm ... itulah sepenggal kisah pagiku sebelum aku memperkenalkan diri.
Namaku Cordelia Adiva, biasa dipanggil Adel atau Delia. Usiaku saat ini 18 tahun plus. Plus bulan, plus hari juga. Tiap hari plus-plus terus, hehehe ...
Please ... Forget it!
Aku baru saja lulus SMU. Tepatnya sih sebulan yang lalu. Rencana awal sih mau lanjut kuliah, tapi aku pinginnya kuliah di Yogjakarta. Selain UGM yang menjadi kampus incaranku, aku juga menyukai suasana kehidupan di sana. Tapi sayangnya ayahku gak setuju karena aku anak cewek satu-satunya. Tepatnya anak tengah yang hanya memiliki seorang kakak laki-laki yang sebentar lagi lulus kuliah, dan seorang adik yang juga laki-laki yang sebentar lagi juga mau masuk SMU.
Jarak 3 tahun di antara kami bertiga membuat ayahku yang cuma pegawai swasta jelas saja agak kesulitan menyekolahkan kami. Biaya masuk sekolah dan buku-buku pelajaran tiap tahun selalu berganti, dan harganya juga lumayan mahal buat ukuran orang tua yang beranak 3 seperti orang tua kami.
Sementara itu kata bunda ... waktu jaman sekolah mereka dulu, buku yang bunda punya masih bisa dipakai oleh adiknya. Turun temurun. Kayaknya gak cuma buku deh ... terkadang baju adik juga ternyata bekas kakak.
Istilah jawanya ... lungsuran. Benar gak? Siapa nih yang pernah dapat lungsuran? Hayo ngakuu ...!
Upst sorry ....
Kadang aku pingin nyeletuk pada orang tuaku. Jika saja jarak kami selisih 2 atau 4 tahun, mungkin mereka tidak akan mengalami hal seperti saat ini. Tapi aku tak tega untuk mengatakannya meskipun dengan nada bercanda sekalipun. Aku masih tahu batas ketika menghadapi orang tua yang wajib aku hormati.
Biarlah aku yang mengalah untuk kuliah, menunda setahun hingga kakakku lulus menjadi sarjana. Meskipun ayah dan bunda bilang, mereka sudah menyiapkan tabungan untuk pendidikanku.
Tapi ....
"Hey ... bengong aja, Del!" tepukan pelan di bahuku membuyarkan lamunanku. Cengiran dan pelototan mataku membuat bibir Yola berdecak. "Ck ... pagi-pagi ngelamun!"
"Pagi apanya, Bos? Udah jam 9 kali. Lagian aku cuma cerita via batin aja tentang alasanku kerja di sini."
"Via batin? Maksudnya apaan?"
"Iya ... batin. Ini batin!" Aku menarik tangan Yola dan menaruhnya di dadaku. "Cerita batin buat teman-teman yang mau baca kisah hidupku."
"Idih Adel! Apaan sih?" Spontan Yola menarik tangannya risih. "Aku masih normal tau ihh!" Aku tertawa geli melihat wajahnya yang kesal.
Jemariku menyentil dahinya. "Aku juga normal kali, Yol!"
Gadis yang tingginya cuma sebatas hidungku itu langsung mengaduh. Jemari lentiknya mencubit kulit di pinggangku.
"KDRK kamu, Del! Aku bilangin Mama nanti ya!"
Reflek aku berkelit ... Hehehe, gak sakit kok ....
"Bilangin! Sono bilangin!" Tantangku sekaligus memberikan cibiran. "Memang anak mama suka mengadu!Lagian apa tuh KDRK? Istilah gak pasaran gitu. Adanya kan KDRT!"
"Kekerasan Dalam Rumah Kerja! Dasar oon!" Balasnya sebelum melengos pergi kembali ke meja kasir.
Idih ... oon ...
Aku yang menatap punggungnya pun mengangkat bahu, dan kembali meneruskan pekerjaanku. Ancaman Yola cuma sekedar ancaman, tidak akan mungkin dia menceritakan KDRK yang dia sebut ke Tante Betty, mamanya.
Akhirnya ... dengan kemoceng di tangan kananku, aku mengibaskan butiran debu yang menempel di sekitaran pakaian. Membersihkan sekaligus merapikan barang mewah dagangan butik, diiringi dengan lagu-lagu Noah yang diputar Yola.
Inilah awal kisahku ... sebelum aku gagal move on dengan seseorang yang melambungkan diriku yang polos ini, dan kemudian menghempasnya.
🌻🌻🌻
13.02.2022Gimana prolognya?
Ada yang mau kasih masukan kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Engkau Masih Kekasihku
RomanceCerita 21 tahun ke atas!! Cordelia, gadis yang baru saja berusia 18 tahun itu tanpa sengaja bertemu dengan El Fathan, cowok yang mengajaknya untuk menjalin cinta jarak jauh atau LDR. Cinta yang sebenarnya tanpa kejelasan, dan hubungan yang akhirnya...