Maafkan diri ini, jika setelah sekian hari, jam, menit dan detik berlalu ... akhirnya baru bisa up lagi cerita Adel🙏
Tes ombak di chapter ini. Awal babak kedua tentang Adel.
Semoga kalian masih tetap setia menanti, dan tak lupa menghargainya dengan menekan tanda 🌟 di pojok kiri bawah😍
Terima kasih🤗
🍒Happy reading🍒
Sore itu kota Malang masih diguyur hujan, padahal sudah satu jam berlalu tapi belum juga reda seratus persen. Masih rintik-rintik karena langit belum tuntas membuang airmatanya. Udara semakin terasa sejuk, hembusan angin yang masuk lewat jendela yang terbuka semakin membuat hati dan pikiranku mengembara ke masa lalu yang kelabu.
Dan aku masih setia duduk di depan meja persegi yang berada di depan jendela kamar kos. Kedua tanganku berada di atas meja menyangga kedua pipiku yang dingin. Pandangan mataku mengarah ke bunga bougenville warna merah yang ditanam di depan kamar oleh sang pemilik rumah. Daunnya yang basah seakan mengejekku yang hingga kini masih belum bisa move on dari cinta pertamaku.
Yah, sesulit inikah ternyata melupakan seorang El Fathan yang hingga saat ini tidak aku ketahui dimana keberadaannya.
Jika tahu rasanya akan seperti ini, sungguh aku menyesali rasa cintaku waktu itu. Cinta pertama yang kandas. Meskipun kejadian itu sudah terjadi hampir 3 setengah tahun yang lalu, tetapi rasanya seperti baru kemarin. Dikarenakan hingga saat ini aku masih menganggap El Fathan adalah kekasihku, dan aku masih selalu berharap untuk bisa bertemu lagi suatu saat nanti.
Masih tersimpan dalam memoriku, El Fathan datang menghadirkan cerita dukanya dan membuatku bersimpati atas ketegaran yang dia punya. Mengejarku dengan membawa sejuta cinta yang dia nyatakan lewat bibir dan ketikan jemari tangannya disaat aku masih polos belum pernah tersentuh cinta.
Menawarkan hubungan yang manis meskipun jarak terbentang berkilo-kilo meter. Dan aku terbuai akan semua yang dia miliki dan dia lontarkan.
Salahkah aku jika aku menerima cintanya waktu itu?
Dan setelah itu dua kali dia datang lagi mengunjungi ku di Surabaya. Menghantarkan indahnya cinta dia untukku. Mengemasnya dengan lagu-lagu merdu yang membuatku terbuai.
Di saat dia jauh, di saat dia disibukkan dengan pekerjaannya, setiap saat di setiap hari dia juga selalu mengirim chat menanyakan keadaanku, memberikan semangat untukku agar rajin bekerja, dan melambungkan hati ini hingga aku tak henti-henti tersenyum dan tertawa jika mengingatnya.
Dan di kala malam, di saat suasana rumah lagi sepi, disaat aku sendiri dan merebahkan tubuh lelahku di atas ranjang kecilku, dia akan memanggilku baik lewat suara ataupun telepon.
Indah bukan?
Cewek mana sih yang tidak akan terbuai di saat rasa rindu mulai menggebu, tiba-tiba menerima voice note dari orang yang tercinta seperti ini :
'Di saat malam semakin kelam, dan dinginnya malam semakin mencekam, tak terasa bibir ini mengucap ... Aku rindu kamu'
Manis gak sih?
Dan itu terjadi dulu. Tiga setengah tahun yang lalu.
Aku mengusap airmata ku yang kembali mengalir membasahi pipi. Rasa cinta ini masih belum hilang meski diri sudah terabaikan. Rasa rindu ini juga masih ada meskipun yang aku rindu tidak tahu dimana rimbanya. Masih hidup ataukah sudah ...?
Aku menggelengkan kepala menepis segala prasangka buruk. Sungguh rasanya aku tak sanggup membayangkan jika dia pergi begitu saja ke alam yang lain tanpa pamit denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engkau Masih Kekasihku
RomanceCerita 21 tahun ke atas!! Cordelia, gadis yang baru saja berusia 18 tahun itu tanpa sengaja bertemu dengan El Fathan, cowok yang mengajaknya untuk menjalin cinta jarak jauh atau LDR. Cinta yang sebenarnya tanpa kejelasan, dan hubungan yang akhirnya...