🍒Happy reading🍒
Untuk kali ini bukan pergi ke warteg, juga bukan ke kantin, tetapi Ana dan Laras mengajak Adel makan siang di restoran nasi padang di seberang kantor. Sementara itu Gracia sedang sibuk dengan Markus, Menik menolak makan di luar, dan Seno sudah tentu dinas di luar.
Begitu juga dengan El Fathan yang tadi pagi di jemput papanya. Bersama dengan Arga mereka pergi melakukan kunjungan ke proyek pembangunan perumahan kelas menengah di daerah Bogor.
Meskipun sibuk, tapi El Fathan mampu melakukan drama di pagi hari hingga membuat pipi Adel merona di depan papanya.
Bagaimana tidak? Jika El Fathan mengancam akan menciumnya di depan papanya jika Adel nekad mengundurkan pernikahan.
Jadi untuk kali ini Adel bisa bernapas lega sejenak. Meskipun rindu tapi setidaknya dia bisa keluar makan siang dengan bebas.
"Aku ikan bakar aja." Adel menunjuk ikan kembung yang dibumbu pedas dan dibakar, terlihat masih hangat.
"Gue tunjang itu aja deh! Yang kulitnya dikit. Kuahnya juga dikit ya, Da!" Pinta Ana pada Uda sang pemilik restoran.
"Kalo lo apa, Ras?" Ana menepuk tangan Laras yang masih kebingungan.
"Samain lo ajalah!" Jawab Laras yang matanya kemudian beralih mencari kursi kosong.
"Eh ... habis gajian ntar kita ke restoran Jepang ya?" Ajak Ana setelah mendudukkan diri di kursi. Adel duduk di sebelahnya.
"Dimana itu?" Tanya Adel bingung, karena dia memang tidak tahu apapun jika Ana dan Laras tidak mengenalkannya.
"Gak jauh dari sini juga sih. Yah sekitar 100 meterlah dari sini."
"Ooo." Adel manggut-manggut.
"Kenapa?" Laras memperhatikan wajah gadis yang duduk di depannya itu.
"Biasanya habis gajian kita memanjakan diri, Del. Entah luluran, hair spa, facial ... pokoknya ke salon langganan kita. Sebulan sekali, setidaknya kita gak kalah glowing sama orang-orang kaya di luar sana yang rajin perawatan tubuh."
Adel tersenyum, dia juga memanjakan dirinya dulu, tapi di kosan. Bareng sama teman-temannya di hari minggu jika dia tidak pulang ke Surabaya waktu itu.
"Kalo ke restoran jepang aku sih oke aja, tapi kalo ke salon bulan depan aku gak bisa."
"Kenapa?"
"Aku pulang ke Surabaya. Ada urusan keluarga di sana," jawab Adel tanpa menyebutkan keperluannya.
"Kakak lo nikah?" Tebak Ana yang dibalas cepat dengan gelengan kepala.
"Lantas?"
"Biasa aja cuma ada sedikit keperluan. Libur kita kan sabtu minggu, jadi jumat malam aku pulang."
"Gak sayang sama duit tuh? Emang naik apa sih?" Cecar Ana nelangsa. Dia saja yang rumahnya di Purwakarta jarang pulang, tapi Adel yang rumahnya berjarak hampir seribu kilometer malah akan pulang.
"Belum tau naik apa. Kan aku diajak pulang kakakku," jawab Adel cari jalan tengah. Dia belum siap bercerita meskipun kedua teman barunya itu baik kepadanya.
"Kakakmu udah ada cewek gak, Del? Mau dong dikenalin? Selama ini kita kan cuman tau doang Ibrahim itu pendiam, tapi gak pernah kenalan. Iya gak, Ras?"
Adel terkekeh pelan, ketika Laras mengangguk mengiyakan. Kakaknya memang tampan dan ada manis-manisnya gitu. Orang yang baru mengenal pasti mengira Ibrahim ada keturunan arab, karena wajahnya memang mirip orang arab. Tinggi tubuhnya 10 sentimeter di atas Adel yang juga tinggi. Posturnya atletis, karena kakaknya juga rajin berolah raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engkau Masih Kekasihku
RomanceCerita 21 tahun ke atas!! Cordelia, gadis yang baru saja berusia 18 tahun itu tanpa sengaja bertemu dengan El Fathan, cowok yang mengajaknya untuk menjalin cinta jarak jauh atau LDR. Cinta yang sebenarnya tanpa kejelasan, dan hubungan yang akhirnya...