50. KEMBALI KE KANTOR

3.7K 316 39
                                    

🍒Happy reading🍒

"Aku turun di halte aja, Mas," pinta Adel ketika mobil yang dikemudikan El Fathan sudah dekat dengan kantornya. Dan halte yang dimaksud Adel tidak sampai dua ratus meter dari kantor, dan Adel tidak keberatan jika memang harus berjalan kaki.

"Gak bisa, Yang. Aku gak akan biarin kamu jalan kaki sendirian. Aku parkir basement aja."

Mana mungkin El Fathan akan membiarkan isterinya jalan kaki dengan jarak seperti itu?

"Tapi gimana kalo kepergok karyawan lain, Mas? Gak enak tau!"

El Fathan melirik isterinya.

"Gak enak ya dilepeh, Yang. Ngapain juga mikirin omongan orang lain. Yang penting di hadapan Tuhan kita itu udah sah. Udah halal mau apa aja. Mau jalan bareng kek, mau tidur bareng kek, mau nungging juga gak ada yang larang. Iya gak?" Jemari El Fathan mencubit dagu isterinya. Bibirnya tersenyum menggoda.

Adel terdiam. Memang gak salah juga sih jika harus berduaan. Apalagi pekerjaan mereka juga beriringan, sebagai bos dan asisten sekretaris. Tapi dirinya belum siap saja jika mendengar jika ada orang lain yang iri dengan kedekatannya dengan bos mereka, mengingat seorang El Fathan memiliki penggemar fanatik di kantornya.

"Kalo ada yang omong macem-macem, kamu bisa kasih tau aku, Yang. Biar aku buat perhitungan sama mereka," pinta El Fathan bermaksud menghibur.

"Bisa aja kamu, Mas. Memangnya aku anak TK?" Cibir Adel jengah. "Ya udah gak pa pa deh. Terserah Mas aja mau nurunin aku dimana."

"Nah gitu dong! Ini baru isteriku. Isteri yang tahan banting. Apalagi ketika di atas ranjang. Fyuh ... Dibolak balik gak ada protesnya. Mantap! Jadi makin cinta sama kamu deh, Yang!" Seru El Fathan cerah, ceria, segar dan penuh semangat ketika mengucapkannya.

Pengantin baru belum genap seminggu itu jika berbicara selalu larinya ke ranjang. Sudah dari tadi pagi Adel mendengar suaminya yang berisik. Memujinya dengan rayuan yang membuat wajahnya memanas, dan ujung-ujungnya merajuk pingin lagi.

"Kayak ikan digoreng aja dibolak balik," cibir Adel.

"Aku gak bilang kamu ikan loh, Yang. Cuman aku bahagia aja karna kamu gak pernah nolak keinginanku. Aku apain aja bibir kamu ini cuma bilang 'ya' dan 'ah' doang."

Mata El Fathan mengerling dan tangannya mencubit bibir isterinya setelah menghentikan laju mobil di lampu merah.

"Gimana mau bilang lainnya kalo seluruh tubuh aku Mas jelajahi kayak gak kenal lelah gitu?" Protes Adel malu-malu.

El Fathan tertawa, pikirannya jadi kembali ke kegiatan panas mereka semalam. Dua jam yang panas sebelum mandi. Kemudian setelah makan malam yang niatnya untuk beristirahat tiba-tiba ada yang menggeliat minta tambah lagi. Ibarat makan, El Fathan tak cukup hanya satu piring karena hidangannya begitu sedap dan cocok dilidahnya. Dia nambah-nambah terus, apalagi ketika isterinya tak menolak dan hanya menjawab dengan kata 'ya' dan 'ah' saja.

Energi pengantin baru sepertinya tidak mengenal kata lelah. Istilah orang jawa sih 'kemaruk', masih hangat-hangatnya.

"Tapi kalo Mas El ngomongin kayak gitu terus gimana aku bisa konsentrasi kerja nanti?" Keluh Adel menyindir kemesuman suaminya yang menurutnya sih masih dalam batas wajar, hanya saja kalau dibicarakan terus menerus Adel merasa malu dan jengah.

"Gimana kalo kita honeymoon, Yang? Seminggu aja dan cari lokasi yang dekat-dekat gitu. Jadi kalo kondisi darurat kita bisa balik cepat," usul El Fathan antusias. "Yang penting kita bisa ...."

Adel melihat suaminya yang menggerakkan pinggulnya dan mengingatkan kegiatan ketika berada di atas ranjang semalam. Meskipun terkesan lucu tapi membuat dirinya malu. Seketika tangannya menepuk paha suaminya.

Engkau Masih KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang