Cinta ✔

104 13 4
                                    

Jatuh cinta bukan berarti perasaan nya tetap sama. Semuanya bisa berubah. Mungkin bagi setiap orang, persepsi mereka tentang jatuh cinta itu beda-beda. 

Bagi doyoung, jatuh cinta itu beraneka dan fleksibel. Sesiapa bisa jatuh cinta. Kapan pun itu dan Dimana saja. Tidak mengira situasi yang di alami. Atau apa yang sedang berlaku disekitarnya.

Seperti sekarang, Doyoung melihat kelopak bunga yang berterbangan disekitar orang itu. Dengan muka bengisnya memarahi Doyoung yang sudah merempuhnya. Namun Doyoung merasa ekspresinya terlampau gemes untuk di takuti.

"Heh!! Lo dengarin gue gak?" Yedam menolak bahu milik cowo dengan muka yang bengong itu. Yedam lagi marah dan cowo itu malah melamun nggak jelas. Makin kesal tau gak?

Doyoung yang tercengang malah terhuyang kebelakang menyebabkan dia kembali sedar. Doyoung kemudian tersenyum kecil melihat wajah si kecil didepan nya yang masih kelihatan kesal.

"Gue gak mau tau, pokok nya lo harus gantiin baju gue yang udah basah. Haishh!!" Yedam mengibas kemeja putihnya yang udah basah bersama tompokan berwarna cokelat itu. "terus gue mau ke kelas gimana nih!" yedam menggumal perlahan. 

Mereka menjadi perhatian satu kantin fakultas psikologi itu. 

"Iya saya gantiin. Kamu mau kaos sementara? saya punya cadangan di mobil." Doyoung tersenyum lagi. Yedam melihat itu. Senyuman tulus milik Doyoung yang baginya malah menyebalkan. 

Setelah mendapat anggukan dari yedam, Doyoung menggapai lengan kecil itu lalu menuntun nya untuk ke parking. Yedam memandang lengan nya yang digenggam. Tersadar dari itu, dia menepis kasar tangan Doyoung darinya.

"erkhem, ga usah pegang-pegang juga,"

"ohh i-iya," Doyoung menggaru punggung kepala nya yang tidak gatel. Canggung pokoknya.

Masih dalam perjalanan menuju mobil, mereka sungguh dilanda kesunyian. Dua-duanya tidak berbicara. Doyoung tidak suka dengan rasa canggung itu, "Salam kenal, saya Kim Doyoung Fisip," tangan nya dihulur sebagai salam.

Masih asik mengibas kemeja nya, Yedam hanya menjawab bersahaja. "Bang Yedam Psikologi sosial," tangan yang tidak di sambut itu doyoung tarik kembali.

 Sesampai dimobil, doyoung terus mengambil sweatshirt punya nya dan langsung dihulurkan pada Yedam yang masih merenung polos.

Sweatshirt kuning bercorak abstrak itu diambil Yedam.

'Nyerlang banget warna nya ya ampun siapa sih yang masih pake warna begini. Okey huft huft semua style adalah bagus. Jangan menilai orang bang yedam. Jangan toxic.'

Doyoung tahu Yedam ragu. Tapi mau gimana lagi sweatshirt kuning itu aja yang dia punya sekarang. Lagian dia juga enggak tahu sweatshirt itu akan di pake orang lain.

"Maaf ya sweatshirt warnanya nyerlang begitu," Doyoung berkata pelan.

Yedam merenung pakaian yang cowo dihadapan nya kenakan. Dengan atasan sweatshirt berwarna merah terang bersama beanie yang juga berwarna merah. Joggerpant hitam serta sepatu nike abstrak.

Berbeda dengan yedam sendiri, hanya kemeja putih, jeans oblong dan sepatu nike putih. Mereka keliatan berterbalikan. Jelas sekali, Doyoung juga tahu Yedam tidak suka dengan selera fesyen nya.

"Emm, makasih ya," Dia mengangkat benda berkain yang telah ada di tangan nya. Yedam kemudian pergi dari sana tergesa. Dia udah telat. Dan mengambil masa yang lama buat pergi ke toilet untuk bertukar pakaian. Jadilah Yedam hanya menyarung sweatshirt itu sebagai luaran. Tak semena, fesyen nya malah keliatan seperti baru di ajari oleh Doyoung sendiri.

Doyoung masih diparkiran. Memikirkan bagaimana Yedam yang tadi hanya mengeluh tentang sweatshirt yang sekarang dipakainya. Doyoung terkekeh.

"Manis banget. Gapapa lah beda selera fesyen doang,"

Seperti yang kita tahu, perbedaan itu yang melengkapi setiap pasangan.

:211130

MiDea [Treasure] PromptTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang