Dia sekarang gak tau dia dimana. Masih dia ingat bahwa di udah terlena indah di kasur miliknya kemarin malam. Dan bangun saja dirinya sudah berada di pinggir sungai dengan separuh bajunya yang sudah basah.
Jujur Dia kaget. Masa enggak! Hei dengan tiba-tiba nya dia udah ada di sini. Hutan belantara. Yang dia aja gak tau dimana. Bukan saja kaget. Takut juga sama banyaknya.
Dia berjalan saja masuk ke hutan. Mencari jalan keluar dari sana. Hingga pada saat dia terdengar bunyi cekikikan orang orang. Dia cepat melangkah. Mencari arah terdengarnya bunyi itu.
Tanpa sadar dia sudah ketemu, suasana riuh sepertinya perkampungan desa. Dia membaca papan nama bertulisan agak aneh itu.
"Pasar Inderaloka,"
"Jala!"
Jala menoleh. Di sana ada satu cowok sedang melambai padanya. Jala tersenyum. Mengira bahwa hanya dia yang sudah tersesat di tempat aneh ini. Jala balas melambai. Sosok itu mendekat. Dia menghulur tangan sebagai salam pada Jala.
"Kau disini rupanya. Puas aku mencari. Kau hilang semalaman. Kau pergi kemana Jala?"
"hah!!! Gue? Jala?? Baku banget lo siput!! Lo kenapa sih Jeff!!"
"Jeff? Siapakah gerangan yang bernama Jeff, Jala? Aku tidak pernah mendengar nama seperti itu di inderaloka. Apa dia orang luar yang baru berlabuh?" Jala menggaru punggung kepalanya yang tidak gatal. Wajahnya semakin bingung. Sama seperti orang di hadapan nya juga.
"Sumpah ya Jeff gak lucu banget! Elo Jeff woi! Lo namanya Jeffery!" Jala menggongcang bahu milik manusia yang dia panggil Jeffery itu. Dia menghentikan perbuatan Jala.
"Tenang Jala. Tenang. Jangan berlaku seperti ini. Hari masih Dini dan kau sudah mulai berbuat olah pada aku," Jala kemudian mengikut saja kata-kata itu. Walaupun dia sedikit pun tidak mengerti. Terlalu baku untuk dia fahami.
'Baku amat ya ampun!'
" Dengar ya, nama Aku bukan Jeffery seperti yang kau kira. Nama aku Jehar , Jala. Aku sungguh tidak menyangka kau akan melupakan nama ku begini. Dua puluh satu tahun kita berteman dan kau sanggup melupakan nama aku Jala,"
"Plis deh ga usah lebay!" Jala mengguling matanya.
"Apa itu lebay?" Ekspresi bingung yang di tunjuk Jehar malah membuat Jala semakin sebal.
"Udah ga usah tahu. Btw kita dimana Jeff?"
"Btw? Apa itu? Sudah kau melupakan nama aku, berbicara dengan bahasa yang aneh, sekarang tanah lahir kau juga sudah kau tidak tahu. Kau begitu lupa diri Jala!" Jehar entah kenapa emang terlihat serius di mata Jala. Jala udah gak enak aja. Dia makin gelisah seiring semuanya mulai menyambung.
"Inilah Inderaloka Jala. Tempat dimana kau dilahirkan. Aku juga. Kita orang sini. Orang asal sini. Ada juga darah kesultanan melayu dalam tubuh kita," Jehar berkata sambil berjalan sekeliling. Menunjuk itu dan ini. Melebarkan perkataan nya hingga jauh nun negri sebelah.
"Hah???"
'Sejak kapan anjir gue ada darah malay!'
"Apa karna kau menghilang kemarin malam? Kau melupakan semuanya. Apa jangan-jangan kau juga lupa tentang upacara hari ini?" Mata Jehar membesar. Kemudian menggapai tangan Jala lalu menariknya masuk melalui pasar inderaloka.
"Mari. Dikarna kau sudah lupa dan hilang segala ingatan. Akan aku pimpin dan tunjukkan segalanya. Tentang diri mu. Mumpung kita masih ada waktu sebelum pertabalan Tun Teja di istana," Jala semakin bingung jadinya. Si Jehar menyebut nama orang orang yang dia gak kenal sama sekali.
'Istana???! Apaan anjrit!'
"Selamat pagi Herna," Jehar berhenti di perhentian pertama. Tempat sepertinya toko baju dan menjahit.