“Sayang…” panggil mamaku beberapa saat kemudian. Ku rasa mama hendak menegurku lagi.
“I-iya ma?”
“Mama tahu kok kalau kamu penasaran dengan buah dada mama. Selama ini kamu bahkan selalu berpikiran jorok kan setiap melihat mama menyusui adikmu? Kelihatan lho dari matamu” ujar mamaku yang membuat aku jadi salah tingkah.
“Eh, i-itu…” kataku mencoba menyangkal, tapi aku terlalu grogi karena tebakan mamaku benar adanya.
“Gak usah gemetaran gitu. Itu normal kok untuk anak laki-laki seusiamu. Kalau kamu ingin melihat boleh saja, tapi hanya melihat saja yah, gak boleh lebih” ujar Mama sambil tersenyum. Aku tak menyangka mama akan berkata seperti itu. Aku pikir tadi dia akan marah. Tapi mendengar mama berkata seperti itu aku malah tidak tahu apa yang sebaiknya aku lakukan.
“Be-beneran ma?” tanyaku memastikan.
“Iya… tapi tidak lebih dari melihat saja. Mama ngerti kok kalau kamu sedang penasaran-penasarannya dengan tubuh wanita. Walau mama tidak menyangka kalau malah tubuh ibu kandungmu sendiri yang kamu jadikan objek fantasi, bandel yah kamu, hihihi” ucap mama tertawa kecil. Aku hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala.
“Sebentar lagi kamu UN kan? Sebagai gantinya, mama minta kamu untuk lebih rajin belajarnya. Bisa kan?” lanjutnya lagi.
“Bi-bisa Ma”
“Janji?”
“Iya Ma, aku janji” ucapku.
“Bagus… Ya sudah, mama masih ingin terus menyusui adikmu, kalau kamu masih pengen lanjut lihat silahkan, kalau mau pergi juga silahkan” ujar mama sambil senyum-senyum.
“Pengen di sini aja Ma”
“Dasar kamu, udah mama duga kok” ujarnya dengan tertawa kecil lagi. Mamapun kembali konsentrasi menyusui Shita, sedangkan aku juga konsentrasi memandangi buah dadanya dengan pikiran jorok melayang kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
suka susu mama
Jugendliteratur18+,setiap hari rabu dan kamis baru di upload part selanjutnya