bab 1

60 26 20
                                    

Seorang gadis berlari mengejar gerbang sekolah yang sebentar lagi akan tertutup, namun setelah ia sampai ke depan pintu gerbang akhirnya.

Brakk ...

"Sial!" Umpatnya.

"Pak tolong buka pintu gerbangnya, saya cuma telat 2 menit doang kok pak," ujar gadis itu dengan keringat membasahi pelipisnya.

"Meskipun telat hanya 2 detik sekalipun, peraturan tetap peraturan tidak bisa di langgar, mengerti!" Ucap pak satpam dengan tegasnya.

"Tolonglah pak, ini hari pertama saya masuk ke sekolah, kalo saya gak masuk nanti bisa didiskualifikasi," mohon gadis itu.

"Kamu ini baru masuk aja udah terlambat apalagi kedepannya, kamu mungkin ..." malas mendengarkan pidato lagi, gadis itu pun pergi tanpa pamit.

'Hah ... percuma mohon-mohon juga, gak bakal di bukain tuh gerbang,' gumam gadis itu dalam hati.

Gadis itu bernama Devana Johansyah, ia adalah siswi pindahan dari Surabaya, sebenarnya dulu waktu masih di sekolah dasar ia pernah tinggal dan bersekolah di Jakarta, namun karena ayahnya sangat sibuk maka ia di bawa dan di asuh oleh neneknya di Surabaya, sedangkan ibunya sudah lama meninggal sewaktu melahirkannya.

Sekarang Devana sudah masuk ke kelas 3 SMA, terpaksa ia pindah sekolah lagi ke Jakarta karena nenek yang mengasuhnya sudah meninggal, maka dari itu hak asuhnya di ambil oleh Ayahnya lagi.

Meskipun penampilannya sangat tomboy dan urakan, namun ia termasuk anak yang pintar dan selalu mendapat peringkat di sekolah lamanya.

Devana memutar otaknya mencari cara agar bisa masuk ke sekolah itu, ia tidak mau ketinggalan pelajaran, apalagi bolos di hari pertamanya, sambil mondar mandir tak jelas akhirnya dia mendapatkan sebuah ide.

Dia melihat ada sebuah rumah yang berada tepat di samping sekolahnya, dengan pohon yg menjulang tinggi hingga sampai ke atas tembok sekolahnya.

Dia berencana akan naik ke pohon itu melewati tembok sekolah, lalu ia akan lompat ke bawah. 'Hm ... rencana yg sangat mudah bukan?'

Sudah beberapa kali dia mencoba membunyikan bel yang ada di depan gerbang rumah itu, namun tidak ada seorang pun yang keluar dari sana. membuat gadis itu semakin frustasi

"Nih rumah gak ada penghuninya apa?
Jari gue sampe kapalan begini," ujar Devana kesal.

Gak patah semangat akhirnya ia menerobos masuk ke dalam gerbang tanpa permisi, sambil celingukan kesana kemari memperhatikan sekeliling. 'Untung gerbangnya gak di kunci'

'Wah, ternyata di dalamnya sangat besar dan luas, tapi sayang gak ada penghuninya,' gumam Devana.

kemudian ia menuju ke pohon itu berada, "Ternyata cukup mudah," ucap Devana dengan senangnya.

Disaat dia akan naik ke atas pohon, tas ranselnya seakan mendadak menjadi berat.

"Perasaan bawa buku sedikit, tapi kenapa tas gue lama lama makin berat? Apa jangan-jangan ada monyet yang nemplok di ransel gue?" Ujar Devana bingung.

"Monyet?" Suara terdengar dari arah belakang devana, gadis itu pun langsung membalikan badannya, terlihat olehnya seorang pemuda dengan kedua tangannya yang berada di samping pinggangnya. 'Terlihat tidak bersahabat'

Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal Devana tersenyum kikuk, merasa malu karena kepergok oleh pemilik rumah itu, dengan raut wajah yang tegang ia langsung berpikir, apa dia akan meminta maaf atau kabur.

"Lo yang mirip monyet kecil, masuk ke tempat orang tanpa izin," Ujar pemuda itu.

"A ... anu," ucap Devana terbata-bata bingung mau beralasan apa.

DevanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang