Hidup memiliki dua sisi yang saling bertentangan, diibaratkan gelap dan cahaya. Jika boleh memilih, maka sisi mana yang akan kau singgahi? Aku memilih keduanya, aku mengingat salah satu kutipan yang ku tulis sekitar satu tahun yang lalu, bahwa jika kau hanya terpaku dengan satu rasa, maka kau tak akan menyadari bahwa rasa yang kau miliki adalah sesuatu yang berharga.
"Jika kau ingin menyadari bagaimana manisnya rasa gula, maka kau juga harus merasakan pahitnya rasa kopi."
Namun, bagaimana jika kehampaan yang menyenangkan memelukmu? Berbisik syahdu dengan alunan musik sayu. Seakan hanya kehampaanlah yang bisa menerima tubuh rapuhmu. Mata sembab, hidung berair, tubuh lunglai, suara serak, pikiran tak karuan, dan kejiwaan yang terombang-ambing kenyataan. Terdengar dobrakan memaksa setiap ada celah yang terbuka. Sayangnya tubuh ini tak berdaya untuk membukakannya. Tak jarang pula isi kepala berdebat tak berguna, menyiksa untuk memilih jalan yang sesungguhnya. Jika masih ada dirinya, aku tak akan pernah berada di situasi yang menjijikan seperti ini.
Cahaya memaksa masuk dari celah rotan yang usang. Setiap ia mengintip, gelapku meraung murka, meminta untuk segera mengusirnya menjauh. Jika dipikir lagi, selama dirinya pergi, jiwaku tak terarah seakan raga dijadikan boneka tak berdaya. Aku lelah, tapi aku takut takkan ada yang mau menerima diriku, selain kegelapan lembab yang kini memelukku erat.
''KAU, MENGAPA PERGI JIKA SUDAH TAHU AKU AKAN BEGINI?!''
"KAU, LUKAMU MASIH MENJERAT TUBUHKU, LIHATLAH. LIHATLAH, HANYA KEGELAPAN YANG MENAMPUNG AIR MATAKU."
"NISANMU, BUNGA MAWAR MERAH YANG MENGHIASI GUNDUKAN TANAH LIAT MERAHMU, BOLEHKAH AKU MEMBENCINYA? AKU MARAH ATAS NYAWA YANG SUDAH MEMBUATKU BAHAGIA, NAMUN TANPA ABA-ABA, IA LENYAP BEGIITU SAJA!"
Ya Tuhan, akankah berakhir seperti ini hidupku? Dengan kegelapan yang tak pernah mengijinkan untuk bertemu cahaya-Mu. Pernah sekali waktu, aku memberanikan diri untuk melongok cahaya yang mengintip di sela-sela dinding kayu. Aku mendengar suara khawatirnya, "keluarlah dari sana, lihatlah aku. Lihatlah cahaya indah yang dahulu pernah kau rasakan bersamanya."
Kini terulang lagi hari-hari tanpa raga, nyawa, hanya tinggal nama yang membersamaiku. Dengan hampa yang mengajak mengarungi luka. Gelap selalu berbisik membelai daun telingaku. Malam, waktu ternyamannya untuk bersamaku. Bercerita bahwa cahaya hanya omong kosong semata. Namun, kali ini aku tak akan mempercayainya, karena malam itu, mimpi yang sama lagi-lagi menghantuiku. Sosoknya seakan hidup kembali, mengajak tertawa di bawah naungan rumah pohon yang sudah lama tak ku kunjungi karenanya.
"maaf, telah mempersulit jalan mu. Jika aku tahu akan seperti ini, lebih baik kita tak pernah bertemu. Namun, tolonglah aku kali ini, bukalah pintu yang kau kunci rapat-rapat itu. Aku ingin masuk untuk melihatmu."
Perkataannya selalu sama, nadanya, raut wajah sedih dan iba nya. Aku merindukan senyum hangatnya. Hanya bayang pudar yang bisa kuingat. Hanya nama yang bisa kuucap. Kemarilah, usirkan gelap, gantikan hampa yang memelukku erat. Kali ini, aku bertekad memeluk cahaya, menggenggam rasa si tinggal nama. Tatapan tajam penuh tekad membuka pintu yang diketuk lebih pelan dari biasanya. Aku tau siapa dia.
"cahaya, bawalah aku bersamamu."
Ini hidup bukan mesin yang dapat berhenti begitu saja jika salah satu bagiannya lelah. Ketika jam pasir mulai dibalikkan, waktu akan terus berjalan, tanpa peduli akan siapa saja yang berduka atas gugurnya orang yang telah lama bersamanya.
Cerita ini kutulis tanpa seseorang yang selalu berada di sisiku. Tertawa dan marah jika yang kutulis tak sesuai dengan tebakkannya. Tinggal nama, judulnya. Karena seiring berjalannya waktu, hanya wajah buram yang bisa terbayangkan. Hanya nama dan kenangan yang bisa ku simpan.
@bynrchl
14 september 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal nama [CERPEN]
Short StoryCerita ini kutulis tanpa seseorang yang selalu berada di sisiku. Tertawa dan marah jika yang kutulis tak sesuai dengan tebakkannya. Tinggal nama, judulnya. Karena seiring berjalannya waktu, hanya wajah buram yang bisa terbayangkan. Hanya nama dan ke...