Prolog

59 8 2
                                    

-Awal dari semuanya


Halo, hai, arigato, salam kenal gengs!
Nama gue Pangeran Gabriel arzola. Kalian bisa panggil gue Pangeran, Gabriel, Riel, terserah kalian dah, panggil baby atau sayang juga boleh. Gue adalah anak pertama dari dua bersaudara. Seperti nama gue, gue itu bagaikan Pangeran dengan tampang wajah yang super duper handsome bak di kerajaan-kerajaan. Jadi, gak heran kalo banyak cewek yang suka sama gue. Selain itu, daya pikat gue terletak pada kedudukan gue sebagai wakil ketua geng paling brandal di Jakarta. Ya bisa kalian tebak, gue bukan anak baik-baik yang seperti kalian kira.

Tawuran, brantem, bolos sekolah, balapan, trek-trekan, ngebuat onar di mana-mana, gue rasa itu sudah menjadi makanan sehari-hari gue. Mungkin sifat gue yang brandal ini nurun dari bokap gue dah.

Hidup gue yang awal nya bahagia-bahagia aja ngejalanin hari-hari sesuai keinginan gue sendiri, sekarang sudah enggak lagi. Kalian tau kenapa? Itu semua karna bokap gue yang tiba-tiba mindahin gue ke pesantren. Bayangin!! Pesantrenn anjir!!

Mau tau awal bokap mindahin gue? Sini gue cerita.

2 jam sebelum kejadian.

Pukul 2 malam.
Gue berdiri di ruang tamu dengan kepala yang menunduk. Ya itu karena gue kepergok bokap pulang malem-malem. Gue kira bakal aman, ternyata pas gue buka pintu rumah, sudah ada bokap berdiri dengan tatapan yang tajam menunggu gue pulang.

"Kamu ini Pangeran! Dari mana kamu hah?!" tanya bokap gue, kalian bisa manggil bokap gue, Om Arzo. Bisa di bilang, bokap gue cukup terkenal di dunia perbisnisan.

Gue tetep diam tak menjawab pertanyaan bokap.

"Pangeran!!" sentak bokap gue yang ngebuat gue terkejut dan menaikkan kepala.

"Kamu ini, Papah tanya bukannya di jawab malah diam!!"

"Iya pah,"

"Dari mana kamu hah?! Jam 2 malam baru pulang!! Kamu pikir bagus pulang malam-malam!!"

"Pangeran tadi-"

"Diam! Sudah berani jawab kamu ya!"

Gue menatap bokap gue dengan tatapan melas. Gini banget punya bapak. Gak jawab salah, dijawab juga salah. Mau nya apa sih pak.

Bokap gue maju dan merogoh seluruh kantong di baju gue. Gue pikir bokap mau grepe-grepe gue. Ternyata.... mata gue melotot saat bokap ngambil handphone, kunci motor, dan segala fasilitas gue. Termasuk semua kartu-kartu yang ada di dompet gue.

"Pah pah, itu mau di apain pah. Jangan di ambil dong pah," rengek gue seperti anak kecil.

"Papah sita semua fasilitas kamu selama kamu gak mau nurutin kata-kata papah!"

"Tapi kan pah-"

"Princces!!"

Gue kembali tersentak saat bokap gue tiba-tiba teriak memotong pembicaraan gue. Gue memutar kepala ke belakang. Sesuai dugaan gue, benar saja, ada seorang gadis yang berpakain sangat minim di ujung pintu sana. Dengan tangtop hitam berbalut jaket kulit dan celana jeans pendek di atas paha.

PANGERANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang