Bad Pesantren - 3

20 6 1
                                    

-Kelaparan


Angin malam yang dingin datang seakan menembus dinding sebuah kamar kecil. Hal itu mampu membuat mata Pangeran terbuka. Pangeran meregangkan tubuhnya seraya mengusap sekujur tubuhnya yang terasa dingin.

Pangeran meneliti sekelilingnya. Ah, ia lupa bahwa sekarang dia bukan lagi tinggal di rumahnya. Tetapi tinggal di sebuah pesantren di desa terpencil.

"Jam berapa sih?" tanyanya tatkala menemukan jam di sekelilingnya. Ia melihat dua orang yang sudah terlelap nyenyak itu. Fawwaz dan Bilal. Dua orang yang sekarang menjadi teman sekamarnya.

"Eh, gue kan pake jam tangan. Kenapa gue nyari jam sih?" monolognya sendiri.

Mata Pangeran terbelalak ketika melihat jam di pergelangan tangannya.
"Buset! Gue tidur kayak latihan jadi jenazah aja," katanya terkejut mengingat dirinya memang tidur dari jam 4 sore hingga sekarang, pukul 10 malam.

"Ini si dua kucluk gak bangunin gue atau gimana sih?"

Pangeran memegangi perutnya yang keroncongan. Ah shit! Ia belum makan sejak datang ke pesantren ini. Jadilah ia memutuskan untuk bangun dan pergi ketempat dimana makanan berada untuk kengisi perut kosongnya.

Pangeran memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua lengannya. Gila saja, ia berjalan sendirian malam-malam begini. Kalo tidak untuk perutnya sih, mana mau dirinya berjalan sendirian. Apalagi suasana pesantren saat malam terlihat seram seperti ini. Ah, dirinya jadi merinding dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

Setelah berjalan kurang lebih 10 menit entah kemana. Mata Pangeran berbinar saat tiba di depan bangunan yang juga terbuat dari kayu dan bertuliskan 'dapur'. Segeralah Pangeran masuk ke bangunan yang katanya dapur itu.

"Wahh.... akhirnya. Sabar ya perut sayang. Ini daddy otw makan," katanya mengusap perut seolah-olah perut tersebut adalah anak yang harus ia nafkahi.

Wajah Pangeran yang semulanya sumigrah menjadi datar saat membuka tudung saji di meja. Kosong? Astagfirullahalazim!!

"Maapin gue ya perut. Hari ini makannya alpa dulu." ucapnya tersenyum sampul.

Tak lama, suara orang berjalan terdengar di luar sana. Hal itu tentu saja membuat Pangeran langsung menegang. Di tambah kulitnya yang tiba-tiba merasa merinding.

"Anjir, kok gue merinding,"

"Serem juga nih pesantren,"

"Apa gue ke kamar aja kali ya?"

"Ah, gue ke kamar aja dah. Disini serem. Kalo ada hantu terus makan gue tiba-tiba kan gak lucu. Ntar populitas orang ganteng berkurang,"

Belum membalikkan badannya, Pangeran kembali bergetar saat merasa ada tangan yang memegang pundaknya.

"Anjir! Apaan yang megang bahu gue?" Suaranya terdengar bergetar.

"Lo setan ya?"

Krik krik

"Kok gak jawab? Lo beneran setan?"

"Gue bacaain doa lu yee!! Pergii gak lu!!"

Oceh Pangeran masih pada tempatnya. Pangeran memejamkan mata, memutuskan membaca doa agar setan di belakangnya ini segera pergi. "Allahummalakkasumtu– itu doa buka puasa Riel goblok!" umpat Pangeran pada dirinya sendiri.

PANGERANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang