SORRY YA KALAU BANYAK TYPO. TANDAI TYPO AGAR BISA LEBIH BAIK LAGI SAAT MENULIS.
KALAU KALIAN SUKA CERITANYA, KASIH AKU SEMANGAT DENGAN MEMBERIKAN VOTE. DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN.
🙏🙏{*~*}
Beberapa tahun kemudian...
Seorang gadis dengan rambut panjangnya yang dikuncir, berlari memasuki kelas dengan wajah bahagia. Ia duduk di sebelah temannya.
"Sha..." Panggilnya. "Sha..." Ulangnya karena temannya tidak menjawab panggilannya. Wajahnya berubah cemberut.Ia melepaskan headphone yang sedari tadi temannya pakai.
"Apaan sih Livia?" Tanya Kesha kesal. "Makanya, orang manggil tuh dijawab! Gak usah sok-sokan tidur." Ucap Livia. "Coba tebak?" Lanjutnya sambil bersemangat. "Apaan?" Tanya Kesha."Ih... Tebak aja!"
Kesha menghela nafas--- malas. "Putri Belle ditalak sama beast?" Tanya Kesha asal.
"Bukan, tebak lagi!"
"Emak Lo nyemplung di kali?"
"Ih... Bukan! Dari tadi jawaban Lo ngaco!""Ih... Makanya to the poin aja!" Balas Kesha menirukan Livia. Livia mendengus sebal. "Ok... Lo - lolos - seleksi - lomba - fisika nasional tingkat SMA!!" Ucap Livia semangat. Berbeda dengan Livia, Kesha justru tampak tenang tanpa ekspresi.
"Kok Lo diem aja sih?" Protes Livia. "Ya, terus, gue harus gimana? Harus mencak-mencak gak jelas kayak kecoa kesetanan?" Sahut Kesha. "Seenggaknya Lo seneng kek, apa kek. Tadi tuh, gue kepanasan sampe gak bisa nafas gara-gara desak-desakan sama murid lain cuma buat liat Lo lolos apa nggak," jelas Livia--- emosi.
Kesha menarik nafas panjang. "Makasih ya Livia, sahabat gue yang paling cantik. Lo rela desak-desakan sama murid lain cuma buat liat gue lolos seleksi apa nggak." Sahut Kesha. "Ikhlas gak ngomong kayak gitu?" Tanya Livia penuh semangat. "Nggak," jujur Kesha. "Au, ah. Sini balikin headphone gue." Lanjutnya.
Livia segera memberikan headphone milik sahabatnya itu. Kesha pun memakainya dan kembali menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya di atas meja. "Sha, Kesha..." Panggil Livia.
"Kesha..." Panggilnya lagi sambil menggoncang kan lengan sahabatnya.
"Apaan lagi sih? Mau tidur aja susah banget." Ucap Kesha. "Ikut gue yuk Sha," ajak Livia.Kesha melepas headphone-nya dengan sangat terpaksa dan menegakkan tubuhnya. "Kemana?" Tanya Kesha malas. "Ke kantin. Gue laper." Jawabnya. "Ayo, udah laper banget ini. Abis desak-desakan di lautan manusia. Lo gak kasian apa sama tikus-tikus di perut gue udah pada sholawat an." Lanjutnya dengan ekspresi wajah yang tak enak dilihat.
"Ya udah, ya udah. Ayo!" Kesha akhirnya mengiyakan permintaan Livia, dari pada dia semakin meracau tak jelas.
{*~*}
Setelah makan, mereka memutuskan untuk langsung kembali ke kelas. Ketika mereka melewati lapangan, lapangan itu penuh dengan murid SMA Pradana. "Itu ada apaan sih? Rame banget." Tanya Kesha. "Oh, itu. Pasti si Eric lagi main basket sama temen-temennya." Jawab Livia.
"Ayo!" Tiba-tiba Livia menarik tangan Kesha. "Eh, eh. Mau kemana?" Tanya Kesha bingung. "Gue pingin liat Eric main basket. Pasti keren abis." Jawabnya. "Nggak, ah. Gue males, mau balik." Ucap Kesha. "Ya udah, kalo gak mau liat. Gue mau liat sendiri aja." Kesha mengangkat kedua bahu nya, lalu menatap sahabatnya pergi menuju lapangan basket.
"Eric, semangat Ric!"
"Eric, pasti haus ya. Ini aku bawain minum."
"Eric, ganteng banget."
"Eric, kereenn."Kesha dapat mendengar teriakan alay dari gadis-gadis itu. Ia hanya mengernyit bingung lalu melanjutkan langkahnya ke kelas.
{*~*}
Selama 15 menit Kesha mengerjakan soal fisika. "Allahu Akbar. Livia!" Seru Kesha--- terkejut. Livia malah nyengir tak berdosa dan duduk di tempatnya--- di samping Kesha. "Kaget ya?" Tanya Livia.
"Ya, iyalah. Lagian lo ngapain pake grebek meja?" "Gue seneng banget hari ini, Sha."
"Seneng kenapa?" Tanya Kesha---kembali mengerjakan soal. "Gue tuh, seneng gara-gara gue puas liatin si Eric main basket." Jawab Livia.Kesha langsung menghentikan aktivitas nya. Ia menatap Livia lekat. "Eric tuh, sebenarnya siapa sih? Dari tadi gue denger anak-anak pada nyebut namanya si Eric." Ucap Kesha. Livia langsung melebarkan kadua matanya. Ia balik menatap Kesha.
"Ha...ha...ha... Lo gak tau Eric? Ha...ha..." Livia tertawa mendengar perkataan Kesha. Sedangkan Kesha hanya menunjukkan raut wajah tenang. Lalu tawa Livia terdengar sumbang. "Lo seriusan gak tau Eric?" Tanya Livia menatap lekat wajah Kesha. "Seribu rius gue," jawabnya.
"Emangnya Eric tuh siapa sih? Adik kelas atau kakak kelas?" Tanya Kesha. "Lo gak tau Eric? Yang ada di depan gue ini sebenernya manusia purba atau alien sih?" Livia mulai meracau tak jelas. "Nih ya, Sha. Gue kasih tau. Eric itu anaknya ganteng, cool, keren, kaya, dingin, ketua tim basket, dan cerdas." Jelas Livia panjang lebar.
"Oh, ya?" Tanya Kesha dengan satu sudut bibir tertarik dan satu alis terangkat. "Iya deh iya, Lo yang paling cerdas di SMA Pradana ini." Jawab Livia yang mengerti arti tatapan Kesha. "O iya, dia bukan adik kelas atau kakak kelas. Dia se-angkatan sama kita." Lanjut Livia. "Kelas 11 juga?" Tanya Kesha dan mendapat anggukan dari Livia.
"Kok gue gak tau sih?" Tanya Kesha lagi. "Ye, itu mah Lo nya aja yang kudet! Murid mana coba yang gak tau sama Eric." Jawabnya. "Lebay Lo!" Sahut Kesha tajam. Ketika Livia akan membalas ucapan Kesha, pak Bandi datang dengan buku-buku tebalnya. Semua muridnya langsung duduk di tempat masing-masing. Ia meletakkan buku-bukunya di meja dan membuka kelas.
"Selamat pagi anak-anak." Ucapnya.
"Pagi, pak!" Jawab murid-murid serempak. "Sebelum pelajarannya dimulai, mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa dimulai!" Serempak murid-murid menundukkan kepala. "Berdoa selesai!""Baik anak-anak, sebelum pelajarannya bapak mulai, bagi anak yang disebutkan namanya silakan maju ke depan." Ucapnya.
"Likesha Siena Margaretha."Kesha segera maju ke depan menghadap Pak Bandi.
"Kesha, sekarang kemasi barang-barang kamu dan segera ke ruang olimpiade!"
"Baik, Pak." Kesha segera mengemasi barang-barang nya. "Yah, Sha. Kalo lo ke ruang olimpiade, gue sama siapa dong? Masa gue sendirian?" Livia setengah berbisik saat Kesha mengemasi barang-barang nya."Sama hantu yang duduk di tempat gue." Jawabnya dengan senyum merekah. "Sha, Sha! Gue pinjem buku matematika lo dong. Gue belum ngerjain tugas." Bisiknya lagi.
"Lo kapan pernah ngerjain?" Balas Kesha--- memberikan buku tugasnya. Livia hanya memberikan cengiran khas nya.
"Kesha, di ruang sana Eric dan Lilis sudah menunggu. Kamu belajar yang rajin ya." Pesan Pak Bandi. "Siap Pak!" Kesha segera melangkah ke ruang olimpiade.
"Tadi Pak Bandi bilang sudah ada Eric? Eric siapa sih?"
Hayoo coba tebak Eric siapa...
Sampe ketemu di next chapter ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Likesha
Jugendliteratur"Orang bilang masa putih abu-abu adalah masa yang paling indah. Masa di mana kita bisa mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan cinta. Tapi tidak dengan ku. Aku tidak menyukai masa putih abu-abu ku. Karena di masa inilah aku bersembunyi di balik top...