1st Month

41.4K 2.5K 945
                                    

Happy Reading!











"HARU-KUN!"


Haruto yang baru saja masuk kedalam rumah menghentikan langkahnya. Matanya mengikuti pergerakan istrinya berlari dari lantai atas menuruni tangga cukup cepat. Senyum yang menunjukan lekungan dipipi tak pernah lepas dari bibirnya dan matanya selalu berbinar saat menyambut Haruto pulang. Tapi Haruto merasakan hari ini ada yang berbeda, istrinya seperti lebih bersinar dengan kebahagiaan. Haruto tersenyum tipis setelah istrinya berhenti tepat didepannya.


"Sudah makan malam?" tanya Junkyu sembari mengambil jas kantor milik Haruto.


Haruto hanya menggeleng sebagai jawaban. Tidak ada makan malam dengan kolega bisnis atau tamu penting hari ini.


"Haru-kun ingin langsung makan atau mandi dulu?"


Haruto sedikit membungkukan tubuhnya saat Junkyu sedang melepaskan simpul dasi yang ia pakai. Jujur, Haruto masih merasa asing dengan hal seperti ini. Biasanya ia melepaskan sendiri dan tak ada yang menyambutnya pulang. Tetapi raut wajahnya datar tak terbaca. Ia tak pandai untuk menunjukan isi hatinya dan terbiasa dengan wajah seperti ini. Datar dan tak tersentuh. Tapi dalam hatinya, Haruto bahagia.


"Aku lapar" tuturnya singkat.


Junkyu mengangguk. Paham apa maksud dari suaminya. "Kalau begitu cuci tanganmu dan langsung ke meja makan. Aku akan menaruh ini dulu diatas".


Dengan cepat, Haruto mencekal tangan Junkyu saat pemuda itu ingin beranjak dari posisinya. Tidak, Haruto sudah lapar dan tak ingin menunggu lama. Itu alasan kedua. Alasan pertama adalah ia tak ingin Junkyu jauh jauh darinya dan tak ingin istrinya lelah naik turun kekamar hanya untuk menaruh jas serta perlengkapan kerjanya.


Haruto merebut semua miliknya dari tangan Junkyu, lalu menaruhkan di sofa. "Biarkan saja disitu", ucapnya seperti perintah.


Junkyu gelagapan seakan tak terima jika harus langsung ke dapur. Ada sesuatu yang tertinggal dan Junkyu harus mengambilnya dikamar. Haruto yang tak peka, lalu menggandeng tangan mungil Junkyu dan membawanya ke ruang makan.


Didapur terlihat bibi Jung sedang menaruh semangkuk sop yang baru saja matang. Terlihat banyak uap mengepul diatasnya. Junkyu sedikut mendoro Haruto melewati meja makan menuju ke wastafel agar pria itu mencuci tangannya terlebih dahulu.


Selagi Haruto mencuci tangannya, Junkyu berjalan menghampiri bibi Jung. Membisikan sesuatu sembari melirik kearah Haruto. Cih, percuma saja Junkyu takut takut ketauan. Suami dengan wajah datarnya itu bahkan tak melirik kearahnya. Hanya fokus mencuci tangan lalu mengelap tangannya dengan tissue yang tertempel ditembok bagian atas.


Merasa paham dengan permintaan Junkyu, bibi Jung langsung mengangguk dan berjalan keatas menuju kamarnya mengambil sesuatu yang Junkyu tinggalkan.


"Ada apa?"


"Uwah! Haru-kun~" Junkyu berjengit kaget lalu merengek kearah Haruto. Kedua tangannya menyatu dan memegangi jantungnya yang masih berdetak dengan cepat. Suaminya itu tiba tiba berdiri dibelakangnya. Langkah tak terdengar, apa suaminya itu hantu?


"Bibi Jung pergi?" Haruto tak menggubris rengekan Junkyu.


"Dia hanya keatas, mengambil sesuatu yang tertinggal. Ayo makan" ajak Junkyu lalu berjalan ke meja makan.


Junkyu membuka mangkuk yang menelungkup lalu mengambilkan nasi untuk Haruto dan juga untuknya. Ia menyodorkan sumpit serta sendok garpu yang sudah ia lap pada Haruto setelah pemuda itu duduk di posisi kepala meja.


Nine Month Period | Harukyu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang