Hello Baby!

24.1K 1.4K 705
                                    

Happy Reading!!


















Junkyu terbaring diatas bangsal rawat di rumah sakit biasa ia periksa rutin bulanan. Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian khas rumah sakit. Di hidungnya terpasang oksigen sejak setengah jam yang lalu. Matanya terpejam dengan dahi yang mengerut karena menahan sakit yang sedang mendera perutnya. Ini sudah kesekian kalinya ia mengalami kontraksi dalam waktu enam jam sejak sampai dirumah sakit.


Setiap lama jeda kontraksinya semakin singkat dan sakitnya semakin bertambah, Junkyu tak kuat menahannya. Tubuhnya melemas karena pernapasannya berat hingga akhirnya dokter memutuskan untuk memasang selang oksigen di hidungnya. Matanya tak lagi mengeluarkan air mata karena merasa sudah terbiasa dengan sakitnya.


Sedangkan Haruto hanya bisa duduk disamping ranjang Junkyu, mengusap pinggang sang istri meskipun ternyata istrinya tak lagi merasakan usapannya. Wajahnya terlihat khawatir karena sudah selama ini Junkyu belum juga bisa melahirkan dan harus menunggu lagi tanpa kepastian. Ia menarik kursinya agar lebih dekat dengan sang istri. Wajahnya sudah pucat dan istrinya hanya meminum air mineral karena tak nafsu makan.


"Haru-kun..." lirih Junkyu.


"Kau ingin sesuatu?"


"Sa—kit..."


Haruto rasanya ingin menangis saat ini. Junkyu terlihat sangat kesakitan hingga tak bisa berucap dengan kuat dan jelas seperti biasanya. Ia menatap mata lelah sang istri yang sedang menatapnya. Tangannya tergerak mengusap lelehan air mata yang kembali membasahi pipi gembil sang istri. Ia menganggukan kepalanya, kemudian mengecup dahi Junkyu lembut.


"Apa Juju— tak ingin keluar? Kenapa— lama sekali?" terdengar nada merajuk disela rintihan sakitnya.


Junkyu memegangi perutnya yang kini semakin terasa sakit. Tulang pinggulnya seakan mau patah karena tertekan anaknya yang ingin keluar. Ia mengetatkan rahangnya lalu bernafas dengan dalam dan teratur lewat mulutnya. Oksigen yang terpasang di hidungnya hanya untuk memasok, tidak untuk mengurangi sakitnya. Memusatkan pikirannya pada nafasnya guna mengalihkan rasa sakit di perutnya. Kedua tangannya menggenggam lalu meremat kuat tangan Haruto.


"Ibu... aku mau— ibu, Haru-kun" pinta Junkyu.


Haruto kembali mengangguk tanpa mengucapkan apapun. Prediksi Dokter Park, Junkyu akan melahirkan minggu depan sehingga Nyonya dan Tuan Kim berani melakukan perjalanan bisnis ke China bersama Doyoung. Setelah di hubungi, mereka baru bisa mengambil penerbangan besok pagi. Junkyu membutuhkan Nyonya Kim disampingnya tetapi Haruto tak bisa berbuat banyak.


"Sebentar lagi Nyonya Kim sampai" ucap Haruto menenangkan. Tangannya mengusap rambut Junkyu dan menyisirnya kebelakang. Istrinya berkeringat dingin karena merasakan sakit.


"Aku— harus bergerak" gumam Junkyu.


Pemuda itu melepas selang oksigen dari hidungnya, menumpukan sikut kanannya keatas ranjang karena berusaha untuk bangkit. Junkyu merasakan bahwa kontraksinya mereda. Meskipun pemuda itu merasa takut, namun ia memberanikan diri untuk bergerak demi kelancaran persalinannya. Junkyu memegangi perutnya yang semakin turun dan mengusapnya beberapa kali. Memegang kedua tangan Haruto yang terulur sebagai pegangan.


Dengan hati hati Junkyu turun dari ranjangnya. Berusaha berdiri dengan tegap meskipun kakinya terasa lemas karena tadi perutnya nyeri luar biasa. Tuntunan Haruto membantu Junkyu untuk terus melangkahkan kakinya hingga keujung ruangan vip mereka yang cukup luas. Sesekali Junkyu menghentikan langkahnya karena kontraksinya kembali terasa.


Nine Month Period | Harukyu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang