Arvin menghempaskan tubuhnya di kasur. Di tangannya masih ada belanjaannya tadi.
"Ah iya lupa."
Arvin segera berdiri dan mengambil kantung ice cream. Ia berlari turun ke lantai satu dan menuju dapur. Arvin membuka freezer dan memasukkan kantung ice creamnya. Bersamaan dengan asisten rumah tangga yang masuk melalui pintu belakang.
"Eh udah pulang." Sapanya.
"Iya mbak." Jawab Arvin.
Arvin melihat dua kantong belanja besar yang dibawa asistennya. Ia mengambil salah satu kantong dan meletakkannya di atas meja makan.
"Tumben mbak Wina belanjanya siang." Ujar Arvin.
"Tadi Enggar rewel. Ngga mau ditinggal sendirian. Jadi baru bisa belanja siang."
Arvin menganggukkan kepalanya dan membantu mengeluarkan semua belanjaan. Ia meletakkan sayuran ke dalam wadah dan memasukkannya ke dalam lemari pendingin.
Aktivitas mereka terhenti saat bunyi klakson yang sepertinya berhenti di depan rumah. Arvin mengisyaratkan mbak Wina untuk melanjutkan aktivitasnya. Sedangkan ia berjalan ke depan untuk mengecek.
Bunyi klakson berhenti saat Arvin membuka gerbang. Seseorang di dalam mobil menurunkan jendelanya dan tersenyum.
"Halo ponakan tante tersayang." Sapa perempuan yang ada di dalam mobil.
Arvin tidak menjawab. Ia membuka gerbang lebih lebar sehingga mobil tersebut bisa masuk ke pekarangan rumah.
"Maaf tante ngga ngomong dulu kalau mau kesini." Ucap perempuan itu. Arvin menggendong balita yang sedang tidur di bangku tengah mobil.
"Mendadak sih, mama kamu tuh yang nyuruh."
"Gitu ya tan." Arvin menggangguk dan mengekor saat tantenya masuk rumah dengan berbagai barang di tangannya.
Mbak Wina yang berjalan dari arah dapur langsung membantu Tante membawa barang-barangnya. Ia segera meletakkannya di kamar dekat dapur.
"Oh iya, Daffa kamu tidurin di kamar kamu. Tante mau bersihin kamar ini dulu."
"Biar saya aja mbak yang bersihinnya, mbak istirahat aja di kamar Arvin." Ucap mbak Wina
"Engga engga. Biar aku aja yang bersihin kamarnya. Mbak Wina masak aja." Ucap Tante menolak tawaran mbak Wina. "Belum masak juga 'kan mbak?" mbak Wina menggangguk dan melanjutkan kegiatannya.
Setelah membersihkan kamar dan mandi. Tante naik ke lantai dua untuk melihat anak dan keponakannya. Saat membuka pintu kamar, ia melihat Arvin yang tertidur di samping Daffa. Ia segera mengambil ponsel di sakunya dan memotretnya.
Tante kembali turun dan menuju dapur. Ia melihat mbak Wina yang masih belum selesai memasak. Ia menghampiri mbak Wina dan berkata.
"Masaknya selalu jam segini ya mbak?"
"Iya mbak, Arvin kalua pagi jarang sarapan. Siangnya makan di sekolah. Sorenya ya habis ini." Jelas mbak Wina. Tante menganggukkan kepalanya.
Arvin terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah samping dan tidak menemukan Daffa di sampingnya. 'Mungkin dipindahin Tante Mei' pikirnya. Ia mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Arvin turun dengan handuk yang menggantung di kepalanya. Tante Mei yang melihatnya langsung berujar.
"Kalau udah selesai, ajak Daffa keliling ya."
"Bentar lagi selesai kok." Lanjut tante Mei.
"Masak banyak tan?" Tanya Arvin.
Tante Mei tersenyum tipis. "Iya, nanti anak-anaknya mbak Wina juga ikut makan di sini ngga papa 'kan?" Ucap Tante Mei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
أدب المراهقين"See. Ngga ada kecantikan yang abadi." - Laksana Andhitya Semesta "Tapi setidaknya ia pernah memperelok jagad meski sementara." - Arvina Alvaro Goenaoean Rasanya seperti ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam perutku saat dia tersenyum. Aku tidak ta...