Enam

4 6 4
                                    

Happy Reading
----
--------
------------
--------------------

🌹

Satu minggu sudah berlalu sejak kejadian di belakang halaman sekolah. Perasaan balas dendam ingin sekali Masya luapkan kepada Vero setelah perlakuan yang Masya terima. Akan tetapi, setelah kejadian itu Vero seperti menghindar saat tidak sengaja bertemu.

Bukan seperti Vero yang menyeret Masya ke halaman sekolah, bukan juga Vero selama ini Masya kenal. Belakangan ini tingkah laku Vero selalu menjadi pusat perhatian Masya karena sangat berbeda.

Rasa balas dendamnya harus tersingkir ketika Masya menyadari akan satu hal. Vero yang terlihat sempurna di mata semua cewek bukanlah sesempurna itu, yang di kenal akan sifat super cueknya.

Dalam satu minggu belakangan ini Masya banyak mengaitkan berbagai macam opsi atas perlakuan Vero. Sehingga Masya dapat menyimpulkan perlakuan Vero atas dirinya hanya karena satu kali berinteraksi dengan Aldi sahabatnya. Vero seperti sedang melindungi sesuatu yang sangat berharga dengan jaminan dirinya sebagai tamengnya.

Setelah kejadian itu juga persahabatan Masya dan Putri semakin erat, tidak ada lagi tembok pemisah antara mereka berdua. Masya mulai terbuka dengan Putri tentang keadan keluarganya, tetapi tentang kejadian di halaman belakang sekolah masya masih enggan bercerita kepada Putri. Karena masya mengenal betul bagaimana Putri, jika dia sampai bercerita Masya takut akan menambah masalah.

"Selamat pagi anak-anak!" seru pak Adi yang selalu bersemangat saat mengajar.

"Selamat pagi pak." Semua siswa pun tak kalah bersemangat dengan pak Adi.

"Baik sudah siap untuk belajar?" Tanya pak Adi dengan gaya uniknya.

"Belum pak." Celetuk Risky adri deretan bangku belakang.

"Baik Risky, karena kamu belum siap belajar bapak akan kasih hadiah." Ucap pak Adi yang berjalan menuju meja Risky.

"Enak banget, kalau kayak gitu saya juga belum siap belajar pak." Renal yang duduk di pojok kelas tiba-tiba berteriak.

Kini mata berpusat kepada langkah pak Adi.

"Baik, Risky dan Renal hari ini bapak kasih hadiah," ucap pak Adi.

"Bodoh banget emang Renal," Bisik Putri.

"Seneng gue liat kebodohan Renal di kelas, moodboster banget," sahut Masya yang juga berbisik.

Masya dan Putri tersenyum dengan topic obrolan mereka.
Pak Adi menepuk pundak Risky, " Rizky bapak boleh minta tolong sebelum memberikan Risky hadiah?" tanya pak Adi.

"Iya jelas boleh pak." jawab Risky tegas.

"Renal boleh kesini." Titah pak Adi.

"Gue mencium bau-bau hukuman," bisik Putri.

"Sebagai pengamat yang baik, mari kita lihat adegan selanjutnya," ucap masya.

Renal berjalan menuju pak Adi. Orang yang namanya Renal sikap konyolnya emang tidak ada bandingannya. Sudah tahu pak Adi suka buat jebakan tetapi selalu saja Renal terperangkap.

"Hadiahnya harus yang keren Pak," Renal terlihat kegirangan.

"Wohh itu pasti." Kata pak Adi.

"Ambil buku dan pena kalian sekarang." Perintah pak Adi kepada Renal dan Risky.

Renal berjalan kembali kebangkunya untuk mengambil pena dan buku. Masya dan putri sebisa mungkin menyumpal mulutnya agar suara tawa tidak sampai terdengar. Kocak banget kelakuan renal, entah bagaimana cara berpikirnya selama ini.

MasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang