Dan bogor

16 3 1
                                    

Siang nan mendung dengan latar belakang suara penyiar radio, berduaan aja sama si bunda menikmati jalan tol yang seperti tidak ada habisnya kalau ga dibuat untuk tidur dulu.

"Antimo sudah kan nei?" Ini tuh sebenarnya basa-basi bunda aja untuk membuka percakapan kalau ga begini ya cuma ada dua opsi kalau neira ga tidur ya paling neira melakukan kegiatan kesukaannya, melamun. Apa lagi?

"Sudah bunda cantik, nei sudah besar juga kali bun gaakan mabuk perjalan juga kan cuma satu jam" alasan, libur semester tahun kemarin aja habis tiga kantung kresek dua kali berhenti di rest area dasar.

"Mencegah aja nei, sayang kan mobil nya baru bunda bawa ke steam" ah si bunda bisa aja singgungan halusnya

🦋🦋🦋

Tepat sekali perkiraan neira, satu jam akhirnya mereka sampai dirumah dengan halaman yang sedikit luas yang 'dulu' setiap harinya selalu wangi kue bolu buatan oma. Sampai di depan pagar pasti akan selalu di sambut, nah kenalkan ini abah sani namanya supir pribadi oma saat oma sebelum pensiun.

"Assalamualaikum abah sani" kata neira setelah membuka kaca jendala mobil

"Eh eneng, waalaikumsalam warahmatulah hiwabarakatu" jawab lengkap abah dengan aksen sunda khas nya.

Dengan durasi yang singkat akhirnya mobil bunda terpakir juga dengan rapi dan telaten, sekarang waktunya angkat angkat barang deh...

"Punten bu, biar sama abah aja" inisiatif abah sani

"Gapapa bah tas nya juga sedikit bah, masih bisa bawa sendiri ko bah" tolak bunda sopan.

"Abah sani bantu neira aja deh"

"Muhun neng nei, abah bisa bantu apa?"

"Ini nih bah, bantuin nei habisin martbak telurnya hehe" nyengir neira sambil memberikan sekotak martabak telur yang sengaja ia beli untuk abah sani yang notabennya suka martabak telur.

"Aduh si eneng nuhun pisan ini mah jadi semangat nih abang mau nganter neng jalan-jalan muter-muter"

"Sami-sami abah, benar ya bah? Isuk kita muterin bogor dari a-z yey" samangat neira sambil ajak tos-an abah sani

"Setuju" teriak kecil abah, sambil menerima high five dari neira, ada ada saja.

"Neira ayo sini, dicari oma" panggil bunda yang tadi duluan masuk ke dalam.

Sesuai intrupsi bunda akhirnya neira masuk, mungkin abah sani menjadi sambutan didepan gerbang tapi ada satu sambutan lagi yang lebih akan membuat neira menjadi melankolis, foto-foto kecil neira yang masih setia berada di rak depan pintu masuk rumah oma. Sibuk melamun lagi fren masuk ke dalam kenangan dulu sebentar...

"Selalu cantik" suara oma memecah lamunan neira dan di sambut dengan senyuman yang berartian khusus.

"Oma juga begitu" peluk neira

"Oma ada buat bolu pisang, mau?"

"Ko pake ditanya sih oma? Pasti mau dong" semangat neira ikut masuk ke ruang keluarga bersama oma, ternyata sudah ada bunda.

"Wangi oma, sama seperti setiap tahunnya" katanya sambil mengambil satu potong bolu pisang

"Belajar dong nei, makan nya aja paling semangat" sindir bunda

"Iya nanti nei belajar deh bun, t-tapi rasanya kan akan beda bun sama yang oma buat" benar juga sih, sekalipun kw satu pasti akan beda sama yang orisinil.

"Mau belajar nei?"

"Mau oma, tapi tentu dengan resep oma ya? Gapapa deh kw satu dulu nantikan kalau sudah pindah bisa nikmatin yang orisinil tiap hari" ga tiap hari dong nei, kan ketahuan neira tuh emang bawel fren

"Pindah?'' linglung oma

"Iya mah, rencananya begitu lagipula aku akan lebih banyak kegiatan di bogor" keterangan lanjut dari bunda

"Loh? Neira kan sudah mau lulus, apa ga tanggung?"

"Oma cantik tenang aja ya, nei juga kira nya begitu di awal tapi bunda bilang pindah nya setelah nei lulus aja biar bisa kuliah di sini deh" bawel.

"Oalah oma kira dadakan, soalnya ini juga udah bawa barang banyak banget kirain mau pindah sekarang hahaha" humor oma, gapapa fren memang ga lucu untuk di jadikan humor tapi kalau pas baca ya ketawa aja fren walau cuma sekedar hehehe

"Seminggu disini juga waktu yang lama mah, apalagi aku juga sambil kerja jadi lebih banyak kebutuhannya apalagi soal pakaian"

"Loh bunda kerja?" Lesu, rusak sudah semua rencana nei yang dia susun sejak lama sebelum liburan akhir semester ini.

"Ga setiap hari ko nei, kalau bunda di panggil ke kantor cabang aja terus paling kalau ada seminar aja" terang bunda

Neira cuma bisa diam, mengehela nafas lalu take a deep breath , ayo dong nei masa sedih sih gaseru ah kan lagian juga sudah biasa di tinggal bunda kerja.

"Misi bu ini teh nya" satu tokoh lagi, bi tita. Sudah menemani oma sejak lama juga tepat nya saat neira masih kecil. Bi tita tuh apa ya? Eum... Baby sister nya neira sih lebih tepat nya.

"Bitit" kata neira semangat lagi sambil memeluk bi tita, 'bitit' itu kependekan dari bi tita fren agak terdengar asing, aneh tapi lucu kan? Ya gitu deh neira manggilnya bitit udah terbiasa dari kecil soalnya.

"Si kaka meni geus gede kiyeu, ga berasa ya bu" kata bi tita sambil membalas pelukan neira

"Bitit apa kabar? Nei kangen tau mau di suapin sayur sop ayam lagi sama bitit sambil naik sepeda keliling komplek" nei udah dong bawelnya.

" Da udah gabisa ka, geus kolot kamu nya ge" realistis dong nei kalau punya kemauan.

🦋🦋🦋

Setelah acaran kenang-mengenang masa lalu neira berakhir di halaman belakang sambil melihat bi tita yang sedang menyirami tanaman sore hari.

"Nei bersyukur tau menjadi nei yang sekarang bitit, tapi kadang nei mau mengulang dan menghambat waktu nei di masa lalu" curhat neira tiba-tiba

"Atuh da gimana lagi ka? Waktu mah harus tetap berjalan geulis"

"Iya sih bi" lesu lagi si neira kalau sudah begini

Ada yang mendengar sesi curhat-curhat neira tadi, si bunda. Ada sedikit rasa bersalah di hati kecil bunda, mencoba mengerti kalau putrinya sedang kecewa.
Sudah ya, lagian sudah terjadi juga.

Dengan sedikit ragu bunda mengahampiri neira yang sedang melamun, lagi.

"Nei" panggil bunda tulus

"Permisi bu, bibi mau ngebalikin baju dulu ke belakang, mangga di lanjut" potong bi tita sebentar lalu kemudian segera beranjak pergi, tersisa bunda dan neira aja.

"Iya bunda?"

"Maaf bunda sering buat nei kecewa ya?" Kata bunda ikut lesu.

"Kecewanya nei sudah kemarin ko bun, bohong kalau nei ga ngalamin fase itu"

-tapi nei coba mengerti pelan-pelan sama kondisi kita yang sekarang bun" lanjut nei

"Harusnya ga jadi seperti ini ya kalau bunda masih mau bertahan?"

"Bunda nei gatau apa yang melatar belakangi bunda membuat keputusan sebesar ini berasama ayah, kalaupun ada clue nya nei juga gamau coba cari tahu. Yang nei mau sampein ke bunda cuma terima kasih, terima kasih sudah mau bertahan selama tiga belas tahun hanya karna agar nei punya keluarga yang utuh, sekarang nei mengerti bunda mengambil keputusan itu untuk kebaikan nei kedepannya, terima kasih lagi ya bunda sudah menjadikan nei menjadi versi terbaik diri nei" jelas panjang neira dengan senyuman di setiap kata yang dilontarkan

"Terima kasih juga nei, sudah mau menjadi putri kecil bunda" peluk bunda erat

"Terima kasih kembali lagi sudah menjadi bunda terbaik nei dan sudah menjadi role model untuk nei" balas peluk bunda.

NeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang