17 | 𝐊𝐮𝐜𝐡𝐞𝐥 𝐀𝐜𝐤𝐞𝐫𝐦𝐚𝐧

226 56 9
                                    

Hange tak berkutik sama sekali ketika melihat siapa orang yang mengetuk pintu depan rumahnya. Seorang perempuan berwajah masam yang memiliki aura seperti membunuh dalam dirinya. Berdiri dengan tegap tepat di hadapannya. Mengenakan sepatu ber-hak tinggi yang membuat tinggi badannya setara dengan Hange.

"A-ada apa?"

"Hange, aku butuh bantuanmu"

"Heh? Bantuanku?"

Perempuan tersebut masuk begitu saja kedalam rumah Hange tanpa permisi. Keningnya sempat mengernyit ketika melihat keadaan dalam rumah tersebut. Kertas-kertas yang berantakan di lantai bersama bau rokok dan alkohol yang menyeruak di seluruh ruangan.

"Sebaiknya kau segera bereskan rumahmu. Ini tak lebih seperti kandang sapi" ucapnya sembari menjinjitkan kaki-kakinya agar tidak menginjak kertas-kertas di lantai.

"Ahaha.." Hange tertawa garing, "lupakan tentang itu. Kau bilang kau butuh bantuanku, apa itu?" tanyanya mengalihkan.

Si perempuan bersandar pada dinding dekat jendela, "katakan padaku dimana rumah Levi" ucapnya tanpa basa-basi. Baginya, waktu sangat berharga.

Hange tersentak, "hah?!"

"Tidak usah pura-pura bodoh. Kau pernah kesana, kan? Cepat katakan padaku dimana alamatnya!"

Hange mengangkat kedua tangannya di depan dada, "hei, hei, tenang dulu. Bukannya kau sudah tahu?"

"Aku tahu dia pindah ke Jepang. Tapi aku tidak tahu pasti dimana alamat rumahnya"

"Setelah aku beritahu, kau akan apa?" tanya Hange penasaran. Firasatnya berkata bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Aku akan berangkat ke Jepang dan tentu saja aku akan membawanya pulang, memangnya apa lagi, hah?!"

Damn.. Ternyata dugaan Hange benar. Perempuan ini, kenapa masih saja mengusik kehidupan Levi? Mereka berdua sudah tak memiliki hubungan apa-apa. Karena dirinya juga Levi pergi ke Jepang dan berniat tuk menetap disana. Levi pernah berkata kepada Hange bahwa ia ingin kebebasan. Levi tidak ingin terikat lagi dengan siapapun, terutama orang ini. Namun perempuan di hadapannya terus saja menghantuinya.

"Sebenarnya.. Aku juga tidak tahu dimana rumahnya" Hange mengambil satu batang rokok lalu menyulutnya. Menghisapnya, dan mengeluarkan asapnya.

Si perempuan menatap geram Hange. Pandangan mata kelamnya begitu menusuk mata maroon wanita berkacamata itu sampai membuat Hange menelan saliva nya berkali-kali.

"Hei, jangan menatapku begitu. Seram tahu!"

"Aku tahu kau bohong. Jangan anggap aku bodoh!"

"Aku serius. Aku benar-benar tidak mengetahuinya"

"Kalau begitu, bagaimana dan dimana kau bisa bertemu dengan Levi? Bukannya itu tujuan utamamu ketika pergi ke Jepang saat itu?"

Hange menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia memang tak pandai berbohong "ahh... Itu.. Aku.. Aku tidak sengaja bertemu dengannya saat di supermarket. Dan.. Dan.. Kami pun akhirnya mengobrol,, setelah itu ya... Aku kembali ke penginapan karena ada pekerjaan yang belum aku selesaikan"

"Setidaknya Levi memberitahu dimana rumahnya, kan? Meskipun hanya sedikit. Ayolah... Kalian berdua sudah bersahabat sejak lama"

Perempuan tersebut melangkah mendekati Hange dan berbisik di samping telinganya. Membuat bulu kuduk Hange bergidik ngeri. Matanya membulat seketika saat perempuan itu mengatakan hal yang paling menakutkan di muka bumi bagi Hange.

"Kalau kau masih bersikeras tidak mau memberitahuku, aku akan melakukan sesuatu pada pajangan tersayangmu itu"

"Hah?! A-apa.. Apa maksudnya?"

𝐖𝐢𝐭𝐡 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐨𝐫𝐞𝐯𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang