Diary 3

98 8 2
                                        

Hari ini Dimas membawa bekal ke sekolahnya. Salah satu hal yang dia benci dari SD harus dia lakukan hanya agar bisa menjauh dari malapetaka dan malaria.

Dia membuka tutup cupperwoe nya, bau masakan rumah menyerbak ke penjuru ruangan.

"Anjir bau ayam goreng. Bagi tahunya dong, Dim!" salah satu teman sekelasnya menghampiri dia.

"Ogah. Gue laper," tolak Dimas garang, lagian siapa juga yang membawa ayam ataupun tahu goreng.

Dia memungut dua roti yang disiapkan Mamanya dari dalam cupperwoenya. Hm, rasanya kaya gandum.

"Tiati, kalo pelit ntar bool lo sempit," celetuknya.

Dimas mengernyit, "Apa hubungannya bego?"

"Ya dihubungin aja, ribet amat."

"Kalo boolnya Dimas sempit, biar gue yang longgarin. Kan, Dim?"

Dimas terperanjat saat suara Gilang berdengung di telinga kirinya, "Ck. Ngapain disini?"

"Gue juga bawa bekel, Dim. Mau makan bareng lo aja," ujar Gilang.

Dia tanpa disuruh segera duduk di hadapan Dimas, "Makan apa, Dim? Kok baunya kaya roti."

"Makan angin, bacot banget," sengak Dimas.

Gilang nyengir lebar, dia membuka bekal makanannya, "Wih, Emak gue bawain orek tempe campur selai coklat. Mau nggak, Dim? Enak tuh dimakan bareng roti."

"Jorok banget. Makan di kelas lo sendiri gih," tolak Dimas.

Gilang menggeleng, "Di kelas gue nggak ada lo. Nggak seru."

"Yaudah biar gue yang dikelas lo," jawab Dimas.

"Tega!"

Dimas entah kenapa terkekeh mengingat obrolan tak bermutu yang mereka berdua ciptakan.

"Dimas, lo pasti bawa tisu kan? Bagi dong," seorang gadis mendekati Dimas.

Dimas menghentikan kekehannya dan digantikan dengan tersenyum ramah, sampai - sampai matanya menyipit.

Dia mengeluarkan sekotak tisu ke gadis tadi, "Ambil aja."

Gadis tadi menarik beberapa lembar tisu, "Makasi, Dim. Lo tu pahlawan banget ya hehehe."

Dimas mengangguk sembari berusaha mengontrol ekspresi wajahnya.

"Wajah lo aneh," komentar Gilang.

Dimas mendecak, "Wajah - wajah gue, serah dong."

"Seneng banget," gerutu Gilang.

"Gue cemburu," lanjutnya.

Dimas mengerutkan keningnya, "Ya terus apa masalahnya sama gue?"

"Bagi tisunya juga," pinta Gilang.

Dimas lantas menggeleng, "Nggak bisa. Tisu ini khusus buat cewek."

"Kok gitu?!-"

"Dimass, minta karet dong. Punya gue putus nih, gerah!" seorang gadis lagi - lagi mendekati Dimas.

Dimas mengangguk patuh, dia mengambil kotak kecil di dalam tasnya lalu memberikannya ke gadis tadi, "Pilih aja warna yang lo suka."

Gadis tadi mengangguk senang, "Ini aja. Thanks ya, Dim!"

Dimas mengangguk bangga, dia kembali memasukkan kotak tadi ke laci mejanya.

"Apa?" sensi Dimas saat dirinya ditatap Gilang sebegitunya.

"Lo bawa gituan ke sekolah? Buat apa?" tanya Gilang.

Dimas mencomot tempe milik Gilang, "Mau tau? bentar."

Dimas' DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang