Keadaan kediaman Haitani serasa seperti kapal pecah, keadaan rumah yang berantakan juga dapur yang berserakan berbagai bahan makanan.
Pagi hari mempersiapkan keberangkatan sang anak Haitani Ran sibuk mencari dimana letak sisir yang ia genggam tadi, kepala bersurai ungu itu celingukan ke sana kemari.
"Rindou mana sisir?!" Teriak Ran namun tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang adik yang sedang berkutat di dapur mempersiapkan sarapan pagi
(Name) hanya diam melihat papanya yang kebingungan mencari letak sisir, jemari mungil terulur menunjuk ke arah genggaman Ran.
"Kan papa pegang daritadi." Tunjuk (Name) polos.
Ran sontak menaikkan genggaman tangannya terdapat sisir bermotif princess yang ia genggam.
"Lah sejak kapan ada disini?" Gumamnya mengeryit bingung membuat sang buah hati menepuk keningnya tertekan.
Ran kalau panik rada bego, karena pagi ini keduanya tidur larut dan berakhir kesiangan membangunkan sang buah hati.
Jemari Ran menggapai pinggang sang anak, menaruhnya pada pangkuan. Perlahan jemari bergerak mengelus surai milik sang anak dengan lembut.
Menyisir juga membagi tiga, lalu di gapai selang seling menjadi kepangan yang cukup rapih.
"Rambut (Name) mirip papa ya." Gumam Ran yang dapat di dengar oleh (Name).
Sang anak mengeryit bingung, ia menaruh telunjuk pada pipinya "Papa yang mana?" Tanya (Name).
Soalnya papanya ada dua, Haitani Ran, Haitani Rindou.
"Papa Ran." Ran menjawab pertanyaan sang anak yang dihadiahi anggukan.
"Memang papa dulu di kepang seperti ini?" Tanya (Name) menunjuk jemari Ran yang lihai mengepang surai sang anak.
Ran berdehem sebari mengangguk pelan, (Name) sedikit menengok ke arah Ran.
"Kaya cewe dong? kaya yang di film es itu! ah iya kaya anna!" Antusiasnya memikirkan film kesukaannya tentang kakak beradik di film Fro*zen.
Ran mengeryit tidak suka disamakan dengan perempuan.
"Walau gitu tetap tampan." Cetusnya mengikat ujung rambut sang anak dengan karet.
Rindou yang baru saja datang dengan sepiring telur dadar tertawa terbahak bahak mendengar kakaknya disamakan oleh film anak anak.
"Iya mirip anna." Ucapnya gemetar menahan tawa.
Ran memasang manik tajam menatap pria berambut ubur ubur dihadapannya itu.
"Kalau rambut papa Rin botak sebelah." Ran bales dendam nunjuk ke arah Rindou, yang sontak dibalas decakkan kesal dari sang pemilik nama.
"Itu model keren pada zamannya." Rindou memasang wajah tidak suka.
Debat antara kedua papanya terjadi, (Name) hanya menghembuskam nafas tertekan, punya dua ayah cukup melatih batin juga mental.
Ia turun dari pangkuan Ran, jemarinya membalikkan telur yang Rindou masak.
Kepalanya mendongak menatap ke arah Rindou yang masih berdebat dengan Ran, jemarinya kini teralih menggapai ujung baju milik Rindou membuat sang empu sedikit menunduk.
"Papa telurnya gosong." Cetusnya menunjuk nunjuk telur yang gosong diatas piring.
Telur setengah gosong, bawahnya gosong atasnya kering.
Ran mendelik tidak suka, "Kau menyuruh anakku memakan telur gosong?" Tanya Ran kesal.
"Kau disuruh masak gamau, dia anakku juga aniki." Balasnya kesal.
Karena Ran memecat pembantu rumah padahal ia sudah menyuruh Ran untuk memasak tapi sang kakak tidak mau jadilah Rindou yang memasak daripada anaknya tidak sarapan, segitu juga udah perjuangan keras di dapur.
Bahkan udah nyoba dua kali tetep gosong, hasil yang ketiga sudah yang paling bagus walau setengah gosong.
Skill yang meningkat batinnya.
Bagaima tidak gosong? Rindou memasak sambil main game.
"Udah (Name) minum susu aja." Gumamnya lelah mendengar keributan bapak bapaknya dipagi hari.
Rindou yang mendengar suara (Name) seperti tertekan menutup mulutnya berhenti mengoceh, ia berlari ke arah dapur mengambil sekotak susu melon untuk sang anak yang sontak langsung diterima.
Labium menyesap susu rasa melon itu dengan wajah berseri seri.
"Enak?" Tanya Rindou berjongkok dihadapan (Name) mengelus surai milik sang anak.
Pertanyaan Rindou diangguki sang buah hati dengan antusias membuat kepangan terayun pelan.
"Jelek kepangannya." Decih Rindou.
"Lebih cantik diurai." Lanjutnya lagi mengomentari penampilan hasil jerih payah kakaknya.
"Komen terus, resign aja jadi papa ya (Name)?" Tanya Ran yang muak dengan komenan Rindou.
(Name) menggelengkan kepalanya, "Papa Rindou juga papa (Name)." Ucapnya tidak setuju bila Rindou di resign jadi papanya.
Rindou yang mendengar itu sontak langsung memeluk sang anak membuat rasa sesak.
"Rin lepas, nanti (Name) terlambat sekolah." Suruh Ran yang melihat wajah sang anak terasa sesak.
Ran mengambil tas yang berada di atas sofa memakaikannya pada pununggung sang bocah.
Rindou menatap malas ke arah Ran sambil berpangku tangan.
"Yasudah tidak usah sekolah." Gumamnya yang dibalas pukulan oleh Ran.
"Kita bodoh tidak masalah asalkan (Name) jadi pintar." Ucap Ran membenarkan Rindou yang tersesat dalam perkataan.
Rindou paling nempel sama (Name), kadang tidak suka jika anaknya di pegang oleh orang lain, bahkan jika ditinggal (Name) mau sekolah mukanya tampak kesepian.
Berbeda dengan Ran yang diluar tampak biasa namun selalu merindukan sosok anaknya.
***
18/O9/21
KAMU SEDANG MEMBACA
DAUGHTER • haitani
Humor❝ Jangan macam" papa (Name) ada dua! ❞ !‹ rasanya jadi anak dari kakak beradik haitani ? ՙ ៸៸ WARNING! ˚◞ !! ooc . comedy . slice of life . DRABBLES ─ Rindou x Reader x Ran ⁽²⁾ ࿖ Tokyo revengers ࿖ : Ken wakui. ՙ ぱ. fanfiction...