1OO% ' Haitani

3.2K 639 12
                                    

Demam sudah pulih, namun dari kejadian itu pula kedua kakak beradik Haitani tiada henti menempel pada sang anak.

Bisa diliat dari interaksi keduanya kini, (Name) yang dipeluk diatas ranjang dijadikan guling oleh Rindou.

Sedangkan Ran dengan wajah masam memandang kesal ke arah sang adik.

Rindou tak memperdulikkan tatapan dari sang kakak, wajah menyebalkan tersirat pada wajahhya dengan lantang ia mengacungkan jari tengah pada sang kakak yang membuat emosi memuncak.

"Sialan Rindou." Gumam Ran yang dapat di dengar oleh keduanya.

(Name) yang mendengar umpatan keluar dari bibir sang ayah menyipitkan mata pada manik kembar yang sama.

"Shh papa gaboleh ngomong kasar." Cemberutnya menaruh telunjuk pada bibir mungil miliknya.

Bagai terkena heart attack dari wajah menggemaskan sang anak dia menganggukkan kepala cepat.

"Lagian Rindou duluan." Ucapnya menunjuk kearah Rindou.

Rindou memasang wajah sok tidak bersalah menggesekkan hidungnya pada pipi chubby (Name).

"Padahal papa Rin hanya diam." Ucapnya sok membela diri.

(Name) mengeryit bingung, jadi yang benar siapa? bingungnya. Kalau dia hanya percaya salah satu papanya yang ada mengundang keributan.

"Tapi papa Rin diam daritadi." Ucapnya menatap manik milik Ran dengan polos.

Rindou mendongak menatap ke arah Ran memasang wajah senang menjulurkan lidahnya seakan mengejek.

Ran mengeryit kening, "(Name) lebih sayang papa Rindou ya?" Tuduhnya kearah (Name).

Ran memasang wajah tidak suka kearah Rindou yang terus mengejeknya seakan akan (Name) hanya miliknya.

Sudah ia duga papanya akan berkata seperti itu, ia menghela nafas menggeleng antusias.

"(Name) juga sayang papa Ran." Ucapnya memandang Ran dengan senyum lebar.

"Lalu kenapa membela Rindou?" Tuduhnya lagi.

"Kan papa Rin hanya dia─m"

"Karna (Name) hanya nenyayangiku." Potong Rindou memeluk (Name) dengan posesif.

"Dia bilang dia juga menyayangiku." Ketus Ran mengoreksi.

Rindou menggelengkan kepala, "Tidak."

Ran berdecak sebal, "Iya, dia bilang dia menyayangiku."

"Tidak, dia hanya menyayangiku."

Bagai anak kecil keduanya memperebutkan (Name), sedangkan sang anak kini hanya tersenyum tertekan mendengar perdebatan keduanya.

Ia mendorong tubuh milik Rindou pelan membuat sang pemilik menunduk menatap sang anak dengan wajah bingung kendati memberikan jarak antara keduanya.

"Jadi (name) sekarang hanya sayang aniki?" Rindou bertanya seraya memasang wajah kecewa menatap manik sang pemilik nama.

Kantung mata sang bocah beedenyut jengkel mengabaikan penuturan sang ayah kedua, sedangkan Ran kini tersenyum penuh kemenangan.

Rindou terpaku tak percaya perkataannya diabaikan sang anak seakan ada awan hitam diatas kepala juga sambaran petir bagai angan angan.

"Sini (name)." Ran merentangkan tangan mengode (name) beralih pada pangkuannya.

Sama halnya dengan Rindou, Ran diacuhkan begitu saja, senyuman kian meluntur pada labium miliknya.

Entah Rindou ingin tertawa atau menangis melihat wajah Ran yang 11 12 dengan ekspresinya tadi.

(Name) berjalan menuju meja rias dimana terdapat kursi disana, kaki perlahan menaiki kursi, berdiri bagai ksatria yang gagah berani.

Ia mematung pelan sedangkan kedua ayahnya masih melihat gelagat sang anak dengan wajah bingung.

Labium mungil menarik nafas sebelum membuka suara.

"huff." Hembusan nafas ia keluarkan.

Manik violet yang sama menatap tajam kearah kedua papanya juga telunjuk mengarah keduanya.

"MULAI DETIK INI JANGAN PERNAH MEMPEREBUTKAN (NAME)!" Teriaknya frustasi.

Teriakan sang anak membuat keduanya kembali dilanda diam, hingga kaki mungil itu kembali turun daru kursi menuju keduanya.

"(name)?" Ran membuka suara memecah keheningan menatap lamat lamat wajah kesal sang anak.

Ran juga Rindou bahkan hanya terdiam, jarang sekali melihat wajah kesal milik si kecil Haitani yang bahkan hampir tidak pernah keduanya lihat.

Rindou merapatkan bibirnya kala jemari mungil milik (name) menggenggam salah satu tangannya.

Lengan salah satunya juga menggenggam tangan Ran yang berada di pangkuan.

Kedua tangan ia genggam, kini senyuman ceria kembali terpampang di wajah gemasnya.

"(name) sayang papa Ran juga papa Rin, jadi jangan berantem, kata sensei kalau suka marah marah bisa darah tinggi." Ucapnya mengingat ngingat ucapan gurunya kala memarahi murid murid nakal.

"Kalau tidak ada papa Rindou terasa sepi, tanpa ada papa Ran juga gaada yang bisa ngerawat (name) selain bibi, soalnya papa Rin ceroboh." Lanjutnya memajukan bibir bawahnya.

Mengingat kecerobohan Rindou juga sifat Ran yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah juga lebih sering merawat (name).

"Jadi (name) sayang dua duanya!" Mata sedikit melengkung kala senyuman manis juga lebar terpampang pada labium miliknya.

Kata kata yang keluar dari bibir mungil sang anak membuat hati merasa sangat senang seakan terkena heart attack.

cup

cup

Ciuman di daratkan sebelah pipi kedua ayahnya.

"Astaga anakku menggemaskan sekali." Ran memeluk (name) dengan gemas, membuat sang anak terkekeh.

"Anakku juga aniki." Ucap Rindou mencium pipi (name).

"Tid─"

"Papa . ."  Potong (name) memajukan bibir bawahnya kala tercium bau bau keributan.

Ran terkekeh mengacak surai sang anak dengan gemas.

"Iya anak papa Ran juga Rindou."

(Name) tersenyum lebar memeluk keduanya bersamaan membuat keduanya terlonjak kaget namun membalas pelukan sang anak.

Memiliki kedua papa cukup aneh juga rumit bersamaan, namun dari situ juga (name) bersyukur memiliki ayah seperti Ran juga Rindou.

Karena keduanya menyayanginya walau sering memperebutkan siapa yang lebih disayangi olehnya.

Ran yang menjadi sosok ayah juga merawatnya bagai sosok ibu bersamaan.

Juga sosok Rindou yang menjadi ayah juga menghibur bagai teman juga kakak untuknya.




.

[ f i n i s h ]

.

***
22/O9/21
@SENATHIC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAUGHTER • haitaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang