l i m a

1.7K 172 38
                                        

Miyu, Haruka dan Yamaguchi memakan makan siang mereka dalam diam. Satu kursi di dekat mereka terlihat kosong, namun bayangan seseorang yang biasa mendudukinya masih melekat di benak mereka. Bagaimana gadis itu tersenyum lebar, bagaimana rambut hitamnya bersinar ditimpa sinar matahari dari jendela, mereka merindukan itu.

Kelas itu tak seramai biasanya. Tidak hanya mereka bertiga yang mendadak enggan bicara, namun juga hampir semua penghuni kelas. Dua hari semenjak kabar pahit dibawakan oleh wali kelas, dua hari pula atmosfer di dalam kelas itu terasa kelabu.

"Yamaguchi! Ayo ke gym!" suara itu memecah keheningan kelas. Namun sang pemilik nama sepertinya memang benar-benar tidak ingin lakukan apapun, buktinya saja ia tak menyahut, bahkan tak menengok.

Tsukishima berdecak kesal dari pintu sebelum menghampiri meja itu.

"Dia sudah meninggal, Yamaguchi. Murung seperti itu tidak akan membuatnya hidup lagi."

Kalimat darinya membuat Yamaguchi menoleh cepat, memberi tatapan tersinggung pada Tsukishima yang sama sekali tak merasa bersalah telah berucap demikian.

"Tsukishima."

"Kau bahkan baru berteman dengannya beberapa hari tapi sudah sesedih itu. Apa dia seberharga itu sampai-sampai kau dan semua orang seketika berubah jadi seperti ini?"

"TSUKISHIMA!"

Yamaguchi bangkit secara tidak santai dari kursinya, membuat Haruka yang berada di sebelahnya refleks menahan lelaki itu untuk tidak menanggapi Tsukishima.

Semua orang di kelas itu ikut menoleh, ucapan Tsukishima juga membuat mereka emosi. Bagaimana bisa dia berucap demikian pada teman sekelasnya sendiri? Padahal (y/n) bukan orang yang suka membuat perkara, mereka juga tidak terlihat punya masalah satu sama lain, lantas kenapa Tsukishima seperti amat membenci gadis itu bahkan setelah dia pergi?

"Kau benar-benar tidak punya hati." Haruka menyoroti Tsukishima dengan wajah marah.

"Tidak perlu hati untuk mengatakan sebuah logika." balasnya dengan wajah menyebalkan.

"Bisa-bisanya kau!"

"Dia menyukaimu."

Semua orang, termasuk Tsukishima menatap Yamaguchi yang tengah menunduk sembunyikan wajah duka. Dia sedang sebisa mungkin menahan airmatanya sebab Miyu bilang tak baik menangisi seseorang yang telah tiada.

"Dia amat menyukaimu! Dan kau menjahatinya bahkan ketika dia sudah tidak ada di dunia ini!" Yamaguchi menelan ludah. Mendongak menatap kawan baiknya dengan mata yang memerah, sedangkan Tsukishima masih diam di sana, mendengarkan dengan wajah yang tak bisa diartikan.

"Yamaguchi-"

"Kenapa, Miyu? Haruka? Kenapa (y/n) menyukai orang seperti dia?! Kenapa dia tidak menyukai seseorang yang bisa berbuat jauh lebih baik padanya?"

Miyu dan Haruka menggeleng pelan, airmata mereka lolos begitu saja. Mereka sama-sama menatap kursi kosong di hadapan, mereka pun tidak tahu alasannya.

Dan sebelum Yamaguchi bisa katakan apapun lagi, Tsukishima sudah melangkah pergi dari kelas itu. Kedua tangannya tercekal, dia ingin pergi, dia ingin menjauh dari Yamaguchi. Sebab kalau dia dekat-dekat dengannya, dia akan terus-terusan mengatakan itu, mengatakan bahwa (y/n) ternyata menyukainya.

Tidak. Itu pasti tidak benar. Gadis itu tidak pernah terlihat menyukainya 'kan?

"Permisi."

Tsukishima sedikit terlonjak, ditatapnya perempuan berkemeja merah jambu di depannya.

Dan dalam lima menit, dia sudah bersama perempuan itu di kafe tak jauh dari gedung sekolah.

"Namaku Kaminari Yuko. Aku ... ya ... (y/n) menyebutku sebagai kakaknya. Tapi kurasa aku tidak pantas untuk itu." perempuan itu, Yuko, tersenyum kecut. Wajahnya pucat dan tampak lemas.

Her Last; Tsukishima KeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang