Bukti nyata dari kesungguhan cinta adalah melihat orang yang mengisi hatimu bahagia. Meskipun taruhannya adalah kau yang harus menghilangkan keberadaanmu dari dunianya.
_Regina Tyas Anggraini_
2
"Hati-hati ya nak disana. Yang baik sama orang tua asuhmu, jangan suka ngambek kayak dirumah, jangan males. Kalau hari minggu jangan suka bangun siang. Terus sakit kan, nanti tambah nyusahin orangtua asuhmu disana." Ucap ibu dya sambil melepaskan pelukannya, dan mencium kedua pipi anak kesayangannya itu.
"Jangan lupa, sering-sering telepon, kasih kabar. Nanti kalau bapak punya uang yang cukup, bapak sama ibu akan pergi ke London buat jenguk kamu." Tegur ayahnya
"Iya pak, bawel ah sama kayak ibu nih" balas dya dengan tertawa
"Biarin bawel, gini-gini tetap ibumu kan." Balas ibu dya sambil menghapus air mata
"Ih.. ibu gitu aja kok nangis, cengeng ah. Nanti kalau aku libur,aku pasti pulang ke Indonesia. Nanti kita liburan bareng, dan ibu jangan lupa buatin aku sambel teri ya, kayaknya aku bakal kangen berat sama makanan yang satu itu. Habis di London kan, nggak ada yang jualan sambel teri" jawab dya dengan memeluk ibunya sekali lagi.
"Hati-hati ya nak disana, jangan lupa berdoa "
"Iya-iya. Bawel ah." Balas dya, lalu menghampiri sahabat terdekatnya.
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan suka makan pedas sama asam berlebihan nanti tifusmu kambuh. Kalau tifusmu kambuh , nggak ada aku yang bakal jenguk kamu dan ngasih semangat kayak dulu. Terus kamu ngambek nggak mau makan deh, tambah sakit lagi kan." Ucap dya sambil memeluk regina
" iya-iya, bawel deh persis seperti ibunya. " protes regina sambilmembalas pelukan dya
" namanya juga anak, nggak bakal jauh-jauh deh dari sifat orang tuanya." Lalu mereka berdua tertawa
" gimana nih?" Tanya regina
"gimana apanya?"
"aga. Sudah berhasil move on nih? Sudah nggak ngarepin lagi?" Tanya regina pelan, takut menyakiti perasaan dya
"ngapain kamu Tanya gitu? Aga kan sudah punya evelyn."
" kurang ajar tuh evelyn,teman nggak tau balas budi. Gebetan temen juga di embat."
" jangan gitu ah, evelyn kan anaknya baik ,cantik lagi. dia pasti jaga aga dengan baik-baik. Aku percaya kok."
" kalau sama evelyn aja kamu percaya, apalagi sama aku. aku kan orangnya baik, cantik lagi, gimana kalau aga pacaran dengan aku, kamu pasti lebih yakin deh" Goda regina sambil mengedipkan sebelah mata
" kamu ini..." balas dya dengan menjitak kepala regina
" aduh sakit..." kata regina sambil mengelus kepalanya. Handhonenya berbunyi
" Aga." Ucap regina sambil menunjukkan layar handphone yang berkedip
Aga? Untuk apa aga menelepon regina batin dya
" diangkat nggak ya enaknya? " kata regina dengan ragu
" angkat aja, sapa tahu penting" balas dya dengan nada agak serak. Tapi regina membiarkan panggilan itu sampai berhenti. Panggilan ke-2 segera menyusul
" beneran nih nggak apa-apa?" Tanya regina
" emang kenapa kamu Tanya gitu? Aku sapanya aga? Angkat aja deh, berisik tahu." Balas dya dengan senyum kecut, regina membiarkan panggilan itu. Dan panggilan ke-3 menyusul, seperti tidak menyerah akan apa yang regina lakukan
" udah diangkat, sapa tahu aga nembak kamu, baru putus sama evelyn. Kamu kan barusan janji sama aku bakal jaga aga lebih baik dari evelyn."
" kamu itu, doanya kok jelek banget"
" yang penting kamu seneng kan. Udah angkat aja aku mau ke dison dulu sebentar." Kata dya sambil memeluk regina untuk yang terakhir kali dan berjalan menuju dison. Regina menjauh sedikit, mengangkat telepon aga.
" hai..." sapa dya canggung kepada dison
" hati-hati ya disana, inget wejangan orang tuamu." Tangannya menunjuk kedepan, persis seperti guru yang sedang mengingatkan anak didiknya
" ih, kenapa semua jadi bawel sih," jawab dya dengan gaya cemberutnya
" kamu ini, di bilangin susah." Dison memasang ekspresi cemberutnya
" biarin, gini-gini tetap teman yang kamu sayangi kan?" balas dya dengan gaya membanggakan diri
Lebih dari sayang dya,
" oh ya, jangan lupa sering telepon aku, atau kalau nggak kamu kirim e-mail atau apa gitu,"
" kirim bon boleh? Takutnya tunggakan makan aku banyak. Kamu tahu sendirikan kalau aku lagi stress makanku jadi banyak , numpuk, he he he"
" kalau itu pengecualian, masak kirimin aku bon. Enak kamu bisa makan, akunya nggak dapat apa-apa malah suruh bayarin utang."
" iya.. iya... bercanda deh. Oke aku harus pergi, pesawatnya mau take off"
" hati-hati ya.."
" dison," ucap dya dengan suara pelan dan serius
" ada apa?"
" jangan lupa, kasih surat kemaren buat aga. Bilangin juga , maaf nggak bisa pamit."
" dya..."
" apa?"
" kamu masih ngarepin aga?" Tanya dison hati-hati. Gadis itu membalas dengan senyuman, senyuman yang sama ketika ia tersenyum pada aga. dya berbalik, melangkah menuju teman-temannya yang akan berangkat, meninggalkan pertanyaan dison tanpa jawaban.
Dya memasuki ruangan untuk pemeriksaan. Tangannya meletakkan tas ke dalam mesin pendeteksi.
Dari arah berlawanan terdengar bunyi langkah orang berlari, bahkan lebih keras dari keramaian bandara, langkah yang dipenuhi dengan ketakutan. Laki-laki itu berhenti, tepat di depan regina yang masih memegang telepon dan terkejut melihat kedatangan aga.
" dimana dya?" Tanya laki-laki itu dengan nafas yang terengah-engah
" dya... barusan masuk. Pesawatnya bentar lagi berangkat." Tangannya menunjuk pada pesawat yang terparkir di luar ruangan itu. Laki-laki itu berlari, menerobos ruang periksa, memaksakan diri lewat meski di tahan oleh petugas.
" lepasin, biarin saya masuk. Saya mau ketemu dya, tolong please. Dya kamu denger aku nggak, dya ini aku aga," teriak laki-laki itu yang berhasil menarik perhatian seisi bandara.
" dya kamu denger aku nggak? Ini aku aga" teriaknya lebih keras lagi.
Gadis itu menghentikan langkah, jantungnya berdegub kencang, keringat dingin mulai membasahi wajahnya.
Aga?
Lalu ia menoleh kebelakang, menyaksikan sesosok laki-laki yang sedang memberontak petugas bandara. melihat ekspresinya, tatapan matanya, teriakan memanggil namanya. Tak percaya, ia melihat sosok lain.
Dya berusaha mengacuhkannya, memutar tubuhnya dan kembali berjalan, dengan tangan gemetar dan jantung yang berdetak lebih kencang. Meninggalkan aga , dengan semua ketakutannya.
Karena gadis itu berusaha menjauh dari kehidupan aga.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBRANCE
Teen FictionAga dan Dya Mereka selalu menghabiskan waktu tapi tidak pada saat yg bersamaan. Mereka saling mengisi kekosongan tapi tidak pernah saling melengkapi. Mereka saling memberikan genggaman tapi tidak menerima kesempatan. Mereka saling memiliki rasa t...