BAB 1

5 0 0
                                    


Aku tak percaya ia berhasil membuatku seperti ini, berubah menjadi sosok lain yang mengambil alih tubuhku. Ia berhasil memberikan aku pengertian apa makna ia datang dan memasuki hidupku. Dan sekarang aku berada disini , menatap matanya untuk menemukan perasaan yang mungkin ia sembunyikan, karena ia tak dapat mudah terbaca.

_Addison James_

1

Suara jangkrik menggema di sekitar pohon-pohon besar, lampu-lampu taman memancarkan temaramnya dari gelapnya malam, desiran angin membuat rambut Dya sedikit terkibas. Sepi. Sudah satu jam berlalu taman ini di tutup, tapi gadis itu masih disini. Petugas taman sudah terbiasa mengizinkannya bermalam di taman, asalkan ia selalu mengaktifkan telepon genggamnya. Dulu sebelum ayahnya naik jabatan menjadi orang kepercayaan bosnya, beliau bertugas di tempat ini. Mungkin ini bisa menjadi alasan mengapa ia begitu saja bebas berkeliaran di taman ini meski sudah larut malam.

Malam ini bukanlah malam seperti yang sudah-sudah. Gadis itu berada di tempat ini karena lagi-lagi tidak ada orang di rumah. Ayahnya sedang pergi rapat bersama bosnya ke luar kota, sedangkan Ibunya menjaga Nenek yang sakit di kota Solo. Kaki jenjangnya berjalan sambil menendang kerikil. Meresapi keindahan malam ini, telinga yang mendengar suara jangkrik dan hewan lainnya, kulit yang merasakan dinginnya malam.

Lalu ia duduk di pinggir jembatan gantung, mengayunkan kakinya di atas sungai yang mungkin dalamnya sekitar empat meter. Pikirannya mulai melayang jauh, mengenang hal itu. Ketika mereka bertemu. Ketika tingkah konyol menimbulkan tawa di antara mereka. Ketika laki-laki itu tak pernah membiarkan Dya sedih. Ketika laki-laki itu membutuhkan contekan PR fisika atau matematika. Ketika laki-laki itu memperhatikan Dya diam-diam dan berhasil membuat jantungnya berdegub kencang. Atau ketika Dya berani menaruh harap sekaligus berhasil membuat Dya meneteskan air mata dan menyisakan luka itu. Gadis itu semakin kencang mengayunkan kakinya, di tatapnya air bening itu yang gelap.

"Bagaimana kehidupan dibalik air sungai ini ?" ucapnya kepada seseorang yang berdiri di sampingnya dengan melemparkan kerikil.

"Apakah ada kehidupan di balik kegelapan air itu? Apakah kehidupan itu jauh lebih baik daripada di atas bumi ini? Apakah ada kenangan indah yang terkunci di balik kebeningan rupanya? " gadis itu tetap memandang kebawah, tanpa memperdulikan orang disebelahnya.

"Kita tidak tahu apa yang disembunyikan oleh kegelapan itu. Mungkin saja kita bisa tertipu oleh kebeningannya. Atau kita bisa mendengar rahasia dari pantulan cahaya dari kebeningan itu. " balas lelaki itu kepadanya.

"Yang pasti kita hanya perlu percaya bahwa yang terjadi sekarang adalah kenyataan, bukan mimpi. " imbuhnya sambil menatap beningnya mata Dya. 

Dya berdiri, turun dari jembatan gantung itu menuju pinggiran sungai. Ia mulai berjongkok, dan mengambil air sungai itu dan mencuci wajahnya. Segar, itu rasa yang pertama kali ia rasakan, ia berdiri kembali menaiki jembatan itu dengan air sungai yang menetes dari wajah, rambut yang terkena air.

"Ternyata kita hanya perlu menghadapi kegelapan air itu, setelah itu yang tersisa hanya kesegaran dari butirannya." Dya tersenyum.

"Ayo ikut aku kerumah pohon, aku ingin melihat bintang-bintang dan sunrise dari atas sana."

"Dya, kamu tidak apa-apa?" cemas laki-laki itu melihat wajah pucat Dya.

Dya hanya tersenyum lalu berjalan menuju rumah pohon yang berada di seberang jembatan. Ia berjalan pelan sangat pelan mencoba meresapi setiap angin malam yang mengenai tubuhnya. Sampai akhinya ia berhasil menyebrangi sungai yang panjangnya sepuluh meter itu, setiap anak tangga ia naiki dengan pelan, berusaha mengingat setiap kenangan di setiap anak tangga. Akhirnya ia sampai pada puncak pohon berusia lima dekade itu, dimana rumah pohon di bangun, ia duduk di pinggir rumah, lalu mengeluarkan beberapa makanan dan satu cup coklat panas. Diletakkan di sebelah kiri tubuhnya, sekaligus makanan & minuman itu menjadi pembatas antara ia dan laki-laki itu. Ia membuka mencicipi coklat panasnya, hangat. Ia tatap langit malam yang sedang purnama dan banyak bintang yang bersaing mengalahkan cahaya bulan.

REMEMBRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang