TT 7 - Kukira Pacar Terakhir (D)

29 9 2
                                    

Masih terus teringat akan nomor yang diblokir, sebenarnya ada apa? hal apa yang Mas Prama sembunyikan dariku? sangat penasaran sejujurnya, tapi aku tidak ingin bertanya apapun. Aku hanya ingin menunggu kesadaran dirinya sendiri untuk bercerita, tanpa aku harus meminta diceritakan.

Sesungguhnya rasa percayaku sudah mulai luntur, semakin lama semakin banyak hal-hal tak terduga yang membuatku jadi sulit untuk kembali berpikir positif tentangnya.

Dilebaran hari ketujuh, radio kami mengadakan acara Halal Bi Halal. Tentu itu adalah hari sibuk, para ibu-ibu berkutat dengan bumbu dapur, lalu bapak-bapak sibuk dengan halaman depan yang mendadak kacau karena hujan. Karena halaman depan yang digunakan untuk acara masihlah tanah, jadi saat hujan lebat turun, tentu membuat tanah menjadi sangat becek. Upaya apapun dilakukan agar tanah tersebut layak untuk dipijaki tamu-tamu nanti ketika acara berlangsung.

Karena acara dimulai pukul 10:00 WIB, tentu para tamu sudah mulai berdatangan dan menduduki kursi-kursi yang telah disiapkan dibawah tarup. Panggung yang awalnya kosong, kini sudah dihiasi dengan banner radio dan salon-salon besar. Aku berkeliling untuk bersalaman dengan tamu-tamu yang baru datang.

Kebanyakan dari mereka sudah berkeluarga, jadi tentunya lumayan banyak anak-anak kecil yang turut hadir, menambah kesan meriah dengan suara-suara ributnya. Selama acara berlangsung, aku hanya duduk didepan meja yang sudah disulap menjadi prasmanan bersama beberapa adik-adikku yang manis. Banyak makanan-makanan enak tersaji didepanku. Tunggu, sabar, perut harus dikondisikan, makan bersama-sama tentu lebih menyenangkan, jadi jangan mencomotnya lebih dulu alih-alih mencicipi.

Karena bosen hanya duduk dan menatap makanan, aku berkeliling lagi dikursi-kursi yang sudah dipenuhi oleh penggemar radio kami. Dibarisan ketiga dari depan, ada Mamak dan Bapak yang juga turut hadir. Senang sekali melihat pemandangan seperti ini, dimana yang awalnya tidak kenal jadi kenal, yang belum pernah bertatap muka sekarang sudah didepan mata.

"Ndok, difoto-fotoin ya.. buat dokumentasi keBoss" ucap salahsatu seniorku sambil memberikan handphonenya padaku

"Oke, Kak. Siappp" kataku dan langsung mengambil handphone tersebut

Aku langsung membuka kamera dan mulai mengambil gambar mereka yang sedang bercengkrama sembari menikmati live music dipanggung depan. Seniorku dan para penggemar radio kami memiliki suara yang begitu indah didengar. Itulah kenapa suasana yang tercipta menjadi lebih hidup. Karena yang bernyanyi tidak hanya satu atau dua orang saja, melainkan sangat banyak. Aku begitu semangat untuk mengambil gambar mereka semua. Andaikan Fitri masih disini, pasti suasana akan semakin seru.

Disaat salahsatu lagu dangdut berjudul Kereta Malam sedang dinyanyikan, sontak antusiasme tamu-tamu membuatku tertawa lepas. Pasalnya hampir semua tamu pada berjoget didepan panggung, sesekali mereka mengikuti maksud dari lirik lagu tersebut. Membuat barisan panjang, saling berpegangan dipundak orang yang ada didepannya, seperti layaknya kereta yang berjalan. Sungguh, aku melupakan semua masalah yang terputar diotakku karena tingkah konyol mereka semua. Dan jangan tanyakan bagaimana bentuk tanah yang kini masih kami pijaki. Tentu sangat buruk dan tidak karuan, itulah kenapa beberapa dari mereka lebih memilih untuk melepas alas kaki. Malu? tentu tidak, karena kami semua bergembira.

Saat sedang sibuk merekam dan memfoto mereka, aku dikejutkan dengan hadirnya Mas Prama dan beberapa temannya dibarisan kursi belakang. Sejak kapan ia disana? apakah daritadi? seasik itukah aku sampai tidak menyadari adanya Mas Prama disana?

Langsung saja aku berjalan menghampiri Mas Prama dan teman-temannya, lalu bersalaman. Setelahnya aku duduk disamping Mas Prama yang sedang sibuk dengan handphonenya, entah sedang apa aku tidak tahu.

"Wes sui tekone, Mas?" tanyaku pada Mas Prama

"Rodok, Dek. Paling setengah jam" jawab Mas Prama sambil memasukkan handphonenya kesaku celana

Aku hanya mengangguk dan membalasnya dengan senyum tipis. Setelahnya hening, tidak ada obrolan apapun. Aku dan teman-teman Mas Prama asik dengan hiburan dipanggung, sedangkan Mas Prama sibuk lagi dengan benda pipih tersebut. Entah, aku tidak mau tahu dan tidak berniat untuk tahu.

Waktu terus berjalan dan makanan dimeja pun sudah hampir habis setelah diserbu sekitar satu jam yang lalu, lalu tak terasa sudah menjelang sore hari. Kulihat Mamak dan Bapak mulai beranjak dan berjalan keparkiran. Aku pun mengikuti mereka dan berjalan disamping Mamak. Benar, ternyata harus segera pulang karena Bapak masih memiliki pekerjaan dirumah.

Kudapati Mas Prama berdiri disebelahku. Ternyata Mas Prama menyusulku kemari, tidak pernah lupa Mas Prama selalu menyalami Mamak dan Bapak setiap bertemu. Lagi-lagi aku dibuatnya merasa hangat dan nyaman, semanis itu perlakuannya saat bertemu Mamak dan Bapak.

Setelahnya, tak lama kemudian Mas Prama dan teman-temannya juga berpamitan. Karena Mas Prama masih ada keperluan ditempat lain. Sepeninggalnya Mas Prama, akupun masuk kebasecamp untuk melihat daftar playlist lagu dikomputer. Karena adanya acara ini, kami disibukkan mengurus keperluan sehingga tidak ada yang bersiaran. Jadilah hanya membuat playlist lagu agar radio tetap hidup untuk pendengar yang ada dirumah.

Esok harinya, kembali beraktivitas seperti biasa. Aku berangkat pagi dan bersiaran selama empat jam, lalu pulang dijam setengah satu siang. Dan hari itu, Mas Prama sedang berada dibasecamp bersama Mas Bagus dan kedua seniorku.

"Uwes rampung, Dek?" tanya Mas Prama saat melihatku menutup pintu ruang siar

"Uwes, Mas" jawabku sambil membenarkan letak tas yang ada dipundakku

"Dijemput Bapak?" tanyanya lagi dengan alis terangkat

"Enggak, Mas. Numpak bis dino iki" jawabku dengan menampilkan sedikit senyuman

"Yawes, Mamas anter wae balek e. Sek tunggu, Mas jikok motor neng buri" ujar Mas Prama sambil merogoh kunci dari saku jaketnya, dan bergegas kebelakang basecamp untuk mengeluarkan motor yang diparkirkan disana

Aku langsung berpamitan dengan kedua seniorku dan juga Mas Bagus, lalu memakai sepatu, dan menuju halaman depan untuk menunggu Mas Prama. Cuaca nya cukup panas sehingga aku bisa melihat bayanganku dengan jelas ditanah. Iseng-iseng saja aku mengambil foto bayanganku sendiri.

Tak lama Mas Prama datang dengan motornya. Langsung saja aku duduk dibelakang dan Mas Prama pun menjalankan motornya perlahan. Melihat-lihat pemandangan kiri dan kanan jalan, sembari bertumpu pada kedua pahaku. Aku tidak berani untuk berpegangan pada Mas Prama, karena aku tidak terbiasa berinteraksi intens dengan seorang pria.

"Mamas sesok mangkat meneh, Dek" ucap Mas Prama sembari memelankan laju motornya

"Lah kok cepet tenan wes mangkat meneh, Mas?" tanyaku sambil memperhatikan wajahnya melalui kaca spion

"Kan wes dua minggu neng kene. Ora iso sui-sui jikok libur kerjone, Sayang" jawab Mas Prama

Iya, Mas Prama kuliah sekaligus bekerja disana. Karena dari cerita yang aku tahu, meskipun Mas Prama ini berasal dari keluarga mampu, ia masih tetap mencari uang sendiri. Katanya bisa digunakan untuk tambahan jajan dan membeli buku-buku. Tak jarang sebagian dari gajinya ia kirimkan pada orangtua, agar turut merasakan gaji dari anaknya yang jauh diperantauan.

Benar saja, besok harinya Mas Prama diantar oleh saudaranya untuk menuju dimana tempat Bus nya menunggu. Setelah satu minggu disana, kejadian kemarin terulang lagi. Profile WhatsApp yang hilang, lalu tanda ceklis satu. Semakin tidak paham dengan apa yang terjadi.

.
.
.
.
.
NOTE:
(Bahasa Jawa)
-yang sudah aku artikan dipart kemarin, tidak aku tulis lagi dipart selanjutnya ya-

- Rodok : Lumayan/Agak-agak
- Rampung : Selesai
- Dino : Hari
- Balek : Pulang
- Jikok/Jimok : Ambil
- Buri/Mburi : Belakang
- Sui-sui : Lama-lama
- Jikok : Ambil

-----

Part ke-tujuh sudah selesai✨

Gimana sama part ini?
Krisarnya sangat dibutuhkan.
Terimakasih♥️

#ParadeCakraBatch1
by : 03zacci_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TITIK TERAKHIR (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang