Prolog

4.6K 493 84
                                    

Hallo... apa kabar?

Rindu aku nggak? 😆
Btw, cerita ini sudah pernah aku post sebelumnya di Wattpad tapi aku unpublised
Sekarang aku post lagi disini.

Kalian yang mau baca duluan, bisa langsung ke Karyakarsa ya.
Sudah sampai 19 Part di sana.


Enjoy Reading.

******

Ah I'm burning up
It's so suffocating, Im about to burst
I'm so thirsty
Fill this cup up
To the brink
On this dangerous night I..
Oh, it's the love shot!
~ EXO - Love Shot ~

*****

"Lee, lihat Sammy deh! Makin lama makin ganteng ya," bisik Rina teman satu timku di bagian wardrobe para artis. Aku dan Rina, kami berdua adalah fans Samuel Bramana, atau yang biasa kami sebut Sammy. Salah satu model kesayangan dari The Staragency tempat kami mencari nafkah sudah dua bulan ini.

Aku hanya mengangguk menanggapi bisikan Rina ditelingaku. Kedua mataku siaga. Aku menoleh, menatap ke arah makhluk Tuhan paling seksi yang kini sedang melintas di hadapanku.

Oh Em Gi! Oh Em Gi! Oh Em Gi!!! Ganteng banget, Ya Tuhan! Jeritku dalam hati.

Sebisa mungkin aku menjaga ekspresi wajah serta pembawaanku di posisiku saat ini. Menyembunyikan inner child-ku yang melompat-lompat kegirangan sedari tadi hanya karena melihat sosoknya memasuki ruangan dan mendekat dimana aku dan Rina berada saat ini.

Aku dan Rina berusaha tetap terlihat santai dan tak terpengaruh dengan kehadiran Samuel yang sedang melangkah melintasi kami berdua. Sudah dua bulan ini aku dan Rina melatih ekspresi wajah. Sekaligus bagaimana kami harus bersikap saat Samuel berada di dekat kami. Walau, kenyataannya hati kami sudah jumpalitan, berdebar tak keruan karena euphoria menggila setiap melihat sosok tampan itu berada di dekat kami.

Sebagai seorang fans, jangankan melihat sosok Samuel dari dekat seperti sekarang. Dulu, melihatnya dari jarak lima meter dari posisiku berada saja bisa jadi aku sudah berteriak histeris tak keruan begitu heboh. Namun, semuanya berbeda saat ini. Dan, tentu saja aku harus menjaga image serta pembawaanku jika masih ingin bekerja di perusahaan yang menaungi karir dari seorang Samuel Bramana.

Kenikmatan lainnya bekerja di salah satu agency terkenal di kota Jakarta, yaitu tak hanya dapat melihat Samuel, aku pun dapat melihat banyaknya artis dan juga model papan atas ternama lainnya hilir mudik disekitarku setiap hari. Walau, tentu saja yang paling membuat jantungku berdegup kencang dan hatiku berteriak kesenangan adalah saat melihat Samuel. Model papan atas the Star yang sudah tiga tahun ini aku idolakan.

Aku bahkan rela bekerja di divisi wardrobe hanya demi untuk selalu melihat Samuel. Padahal, sebuah label pakaian ternama asal negara Singapura sudah mengundangku untuk menjadi salah satu desainer mereka. Tapi lihat, bukannya menerima pinangan tersebut, aku malah memilih berkarir di sini. Di tempat yang bahkan tak banyak orang sadar akan eksistensiku.

Seperti hari-hari sebelumnya, Samuel melewati aku dan Rina begitu saja. Ya, siapa juga yang mau melihat remahan rengginang seperti kami? Apalagi hitungannya, baik aku dan Rina masih tergolong karyawan baru. Banyak artis dari agency ini yang belum mengetahui eksistensi kami berdua di sini yang notabene masih karyawan percobaan yang kinerjanya akan dievaluasi di tiga bulan pertama. Butuh satu bulan lagi untuk membuktikan akankah kami dapat kembali dipekerjakan di agency ini, atau kami harus gigit jari, jika kontrak kerja kami tidak akan diperpanjang nanti.

Well, terdengar riskan dan tak sebanding dengan pengorbanan yang sudah aku lakukan memang. Tapi, aku tak menyesal dengan keputusan yang telah aku ambil. Semua itu kulakukan demi Samuel. Demi agar aku dapat melihat sosoknya sesering mungkin, sebelum aku benar mengejar mimpiku menjadi seorang desainer pakaian nantinya.

I MARRIED THE STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang