Part 5.1 - The Decisions

518 70 1
                                    


Enjoy Reading, Bestie ...

LEANATA

Aku memandang keluar dari kaca jendela mobil yang aku naiki saat ini. Sedikit berembun karena sore ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Bagaimana perjalananku dari Menteng ke Kalibata? Jangan ditanya lagi macet dan semrawutnya seperti apa? Sudah pasti mengerikan. Untung saja saat ini aku hanya duduk manis di kursi penumpang di bagian belakang. Sedang supir di depan sana berjibaku melawan arus kejamnya ibu kota sore ini di belakang kemudi. Well, setidaknya walau kepalaku pening tapi aku tidak harus menambah bebannya lagi dengan memikirkan harus lewat jalan mana agar cepat kembali ke apartemen dan terhindar dari kemacetan Sparta ala kota Jakarta.

Aku merapatkan jaket yang kupakai lalu melipat kedua tanganku di bawah dada. Bersidekap untuk menghangatkan tubuhku yang mengigil kedinginan karena terkena embusan angin dari AC mobil yang memang terasa sedikit lebih dingin sore ini. Walau sudah memakai jaket dengan tudung sebagai atasan dan celana jeans sebagai bawahan tapi tetap saja rasa dingin dari guyuran hujan di luar serta hembusan angin dari AC di dalam mobil menusuk hingga ke tulang. Membuatku menggigil karena kedinginan.

"Maaf, Pak. Bisa tolong dikecilkan volume AC-nya. Saya kedinginan," pintaku kepada sang supir.

Supir tersebut mengangguk sebagai balasan dari perkataanku. Lalu, tanpa diperintah dua kali tangannya segera memutar volume AC menjadi lebih kecil.

"Terima kasih ya, Pak!" ucapku.

Kembali hanya anggukan yang kudapat. Ya, biarlah. Yang terpenting rasa penderitaanku berkurang untuk saat ini. Aku melempar kepalaku merebah di sandaran jok mobil. Seraya tetap menatap jalanan kota Jakarta yang semrawut aku mengembuskan nafas kasar. Teringat mengenai kesepakatan yang baru saja kusetujui beberapa saat lalu. Kesepakatan, yang tentu saja akan mengubah hidupku mulai esok nanti.

"Kita akan adakan meeting besok pagi untuk mengatur bagaimana drama percintaan Lee dan Sammy dimulai hingga akhirnya memutuskan menikah. Draft konsepnya akan dibuat malam ini oleh tim kreatif. Saya harap semua orang dapat melaksanakan perannya secara maksimal." Pak Tommy memberikan jeda pada ucapannya.

"Lee, Sammy." Mau tak mau aku mengangkat wajah saat Pak Tommy menyebut namaku. Kedua mata Pak Tommy menatap baik aku dan Samuel dengan sorot tajam dan terlihat begitu serius. Membuatku menelan pelan saliva yang tiba-tiba saja mengumpul di kerongkonganku. Ya Tuhan! Aku panik.

"Semoga kita semua dapat bekerja sama dengan baik hingga satu tahun ke depan," imbuh Pak Tommy kepada diriku dan juga Samuel yang tentu saja kami balas dengan anggukan kepala.

Mengingat hal tersebut, jantungku terasa berdenyut dua kali lebih cepat. Aku mengigit kuku-kuku jariku disertai alunan kaki yang tak berhenti bergerak. Beberapa kebiasaan buruk yang sebenarnya sedang kucoba redam mati-matian beberapa tahun ke belakang. Tapi, sepertinya kini aku tak mampu lagi meredamnya. Aku terlalu panik saat ini.

Menjadi istri pura-pura Samuel Bramana selama satu tahun ke depan? Entah apakah aku harus bahagia atau sedih karena beban berat yang harus kuemban nanti! Arrghh, Leanata! Kenapa kamu terima ajakan Samuel tadi sih?! Seruku kesal kepada diriku sendiri.

Akhirnya mobil yang aku naiki pun tiba di lobi apartemenku. Setelah mengucapkan terima kasih kepada sang supir, aku pun turun lalu melangkah setelah memastikan wajahku tertutup sempurna oleh kaca mata, masker dan hoodie dari jaket yang ku kenakan. Langkahku lurus ke depan tanpa melihat kiri dan kanan karena masih banyak rekan-rekan media yang ternyata menunggu kehadiranku di lobi apartemen.

Entah apakah karena hujan di luar sana yang membuat mereka malas untuk kembali ke kantor, atau memang mereka pantang menyerah dalam mencari berita? Tidak tahu lah! Yang terpenting jangan sampai mereka melihat diriku.

Aku menghela nafas lega di dalam lift setelah lift yang aku naiki meluncur naik ke lantai dimana unitku berada. Setidaknya, dari sini aku sudah dapat memastikan jika diriku aman malam ini. Para pencari berita itu tidak mempunyai akses untuk dapat naik ke unit dimana para penghuni apartemen berada.

Setibanya di dalam apartemen segera kulepas sepatu kets yang kugunakan. Membiarkan telapak kakiku merasakan dinginnya lantai apartemen. Langkahku lurus ke arah ranjangku di depan sana. Aku ingin tidur.

Kulepas jaket yang membungkus tubuh bagian atasku. Kulempar asal hingga teronggok di lantai. Celana jeans yang awalnya membungkus kedua kakiku pun menyusul ku lempar ke lantai tak lama setelah itu. Kepalaku pening bukan main. Hari ini, begitu kerasnya takdir Tuhan mempermainkan nasib hambanya. Pikiranku lelah, begitu pun dengan tubuhku. Well, jika memang besok kegilaan ini akan terulang lagi, setidaknya biarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini.

~***~

5 April 2023

Yuhuuuu, yang mau baca duluan sila langsung ke Karyakarsa (Karyakarsa.com/Adellelia) ya.

Sudah sampai Part 40 disana.

See you, soon.

Love, Adellelia

I MARRIED THE STAR (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang