"Duh kayaknya mau hujan lagi, ini gak ada apa ya yang mau ambil orderan."
Bhanu baru saja selesai dari kuliahnya dan kini jam telah menunjukkan pukul 16.30 sore, cuaca yang mendung membuat sore ini terasa begitu gelap seperti malam. Bhanu begitu gelisah karena sudah beberapa kali ia mengorder ojek online, selalu saja di cancel.
Sahabatnya Raisa sudah pulang duluan dengan motornya, padahal tadi Raisa telah menawarkan tumpang kepadanya, namun ia tolak dengan alasan ingin ke perpus terlebih dahulu, dan sekarang Bhanu merasa menyesal.
"Apa minta Janu jemput atau Jelani aja? Eum jangan deh mereka kadang suka ngaret aku mesti gimana ini."
Bhanu masih mengutak-atik ponselnya semoga saja ada yang mau menerima orderannya. Namun tepukan dibahu membuatnya terkejut. "E-eh?"
Orang itu tersenyum. "Ngapain disini kok belum pulang? Mau hujan juga."
Bhanu memutar bola matanya malas. "Yah kak kalau aku ada transport udah dari tadi pulang... masalahnya enggak ada gojek yang mau ambil order."
Yovie mengangguk. Iya orang itu adalah Yovie, kebetulan sekali jam kuliah keduanya sama dan sama-sama baru saja selesai. Yovie kemudian duduk di kursi halte sambil menatap Bhanu dengan senyuman.
"Kita belum kenalan lho dek," Bhanu segera menoleh pada Yovie.
"Emang harus banget aku kenal kakak?" Tanya Bhanu bingung.
Yovie hanya terkekeh bagaimana bisa wajah dan perkataan tidak sinkron. Wajahnya sangat polos sedangkan pertanyaannya begitu retoris. "Kan tak kenal maka tak sayang. Kenalin Yovie Sebastian semester 4 Fakultas Sains, prodi matematika." Ujar Yovie sambil mengulurkan tangannya.
Bhanu mendengus pelan lalu menerima uluran tangan tersebut. "Rescha Bhanu Opaline semester 3 fakultas bahasa dan seni, Sastra Indonesia."
Yovie tersenyum lagi. "Hm anak sastra rupanya, kamu pasti anaknya puitis, ya?"
"Enggak juga." balasnya. Yovie mengangguk-angguk, lalu keduanya mulai hening beberapa saat sampai suara gemuruh mulai terdengar.
"Yah, bakalan hujan." Ujar Bhanu sambil menengadah ke atas. Yovie pun melakukan hal yang sama.
Yovie menatap Bhanu. "Karena kita udah saling kenal, kebetulan aku bawa mobil kamu mau nebeng?"
Bhanu terlihat berpikir, mereka baru saja kenal apa tak masalah jika ia menumpang? Tapi suasana akan begitu canggung nantinya. Bhanu terlihat berpikir lama, hingga membuat Yovie sedikit jengah.
"Kalo nggak mau, ya gak papa sih." Ia bergerak untuk pergi dari halte, tapi tangannya di genggam oleh Bhanu.
"Y-yaudah deh aku ikut."
Yovie terkekeh, gemas sekali gadis didepannya.
Benar saja, beberapa saat meninggalkan daerah kampus, hujan deras turun mengguyur jalanan. Bhanu merasa bersyukur untung saja kakak tingkatnya ini menawarkan tumpangan, kalau tidak mungkin ia akan disana sampai hujan berhenti, itupun tak tahu sampai kapan.
"Kak makasih ya udah kasih tebengan, untung aja ada kakak... kalo enggak aku mesti nunggu di halte sendirian sampe hujan berhenti."
Yovie menoleh sebentar lalu tersenyum. "Iya sama-sama santai aja, kebetulan kita searah kan."
Mereka pun akhirnya hening, Bhanu rasanya makin canggung, ini adalah pertemuan ketiga mereka setelah Tumblr itu.
Menempuh perjalan kurang lebih setengah jam, akhirnya Bhanu dan Yovie sampai di pekarangan rumah Bhanu. Dan saat itu pula hujan deras mulai berhenti.
"Eum, kak makasih ya sekali lagi, mau mampir dulu kak?" Tawar Bhanu dan dibalas gelengan oleh Yovie.
"Lain kali aja ya, soalnya aku masih ada urusan." Bhanu mengangguk, saat akan keluar Yovie memegang lengannya.
"Kenapa kak?"
Yovie terlihat gugup, akhirnya dia berani berucap. "Boleh minta nomor mu gak?"
Bhanu terkekeh geli, lalu akhirnya dia mendikte sederet nomor yang dicatat oleh Yovie dalam ponselnya. Setelah urusan bertukar nomor selesai, Bhanu segera keluar dari mobil Yovie.
Ia menatap mobil Yovie sampai mobil itu hilang dari pandangan, dan entah mengapa Bhanu jadi ingin tersenyum mengingat hal ini. "Ish apaan deh," gumamnya lalu masuk ke dalam rumah.
"Balik ame sape lu?" Bhanu sontak terkejut.
"Ih babeh nih ngagetin aja, Assalamu'alaikum."
"Iye waalaikum salam. Ame sape ntu tadi?" Tanya Ayah Bhanu penasaran.
"Sama kakak tingkat," Jawab Bhanu singkat.
"Kok kagak di suruh mampir?" Belum Bhanu menjawab, sebuah teriakan terdengar.
"Mpokkkk, kemane aje sih aye dari tadi nungguin, laper kagak ada yang masakin." Ucap seorang remaja lelaki dengan tubuh yang lumayan tinggi dan berisi.
Bhanu menepuk dahinya. "Aduh maaf ye Mpok lupa, tadi hujan jadi Mpok pulangnya agak lambat. Ayo sini Mpok masakin." Bhanu pun memegang pundak laki-laki yang merupakan adik bungsunya itu, dan mendorong pundak layaknya kereta.
Ayah Bhanu hanya memperhatikan lalu ia bergumam. "Tadi mukanye mirip orang Jepang ye, cakep."
Hehehe update nih, ada yang rindu sama book ini? i hope you like it. Sorry for typo guys!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT (HIATUS)
Fanfiction"Kak, aku suka kakak. Tapi maaf kita nggak bisa bareng karena kita beda." Slow update! Start : 100921 End : -