One

1.6K 219 21
                                    

— «» —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


— «» —

Bagi Jendra, punya temen modelan kayak Aksa itu antara berkah dan beban berat. Berkah karena cuman Aksa yang mau temenan sama dia dari orok. Gak pelit apalagi perhitungan. Bagian bebannya, banyak. Contohnya sekarang.

Jendra sama Javin lagi nontonin temen seperjuangan mereka lagi diinterogasi berjam-jam sama Bu Wulan. Dari lantai dua, wajah tengil Aksa gak kelihatan kelelahan sama sekali, padahal terhitung sudah hampir tiga jam dia berdiri sambil hormat di depan tiang bendera.

"Temen lo," kata Javin seraya kembali fokus ke papan tulis di depan sana.

"Bukan Jav, ogah gue temenan sama manusia modelan Aksa." Jendra membalas, lalu mengundang kekehan kecil dari Javin.

Tanda-tanda lonceng istirahat udah ada, dilihat dari banyaknya anak murid yang kebetulan jamkos udah ambil ancang-ancang mau lari ke kantin dan rebutan es serut mba Yaya. Begitupun dengan kelas XI Bahasa, Jendra bahkan udah beresin seluruh alat tulisnya diam-diam.

"Jav, buruan beresin. Ntar telat!" Desak Jendra, takut kehabisan stok es favorit di sekolah ini.

"Sabar ngapa, tuh Pak Aji belum selesai ngomong Jen!"

Jendra diam. Menatap malas Javin yang kini sedang maju ke depan guna menjawab pertanyaan dari pak Aji. Guru bahasa Jepang itu memang dikenal ramah dan baik hati, makanya Jendra tidak bolos seperti Aksa dan memilih mengikuti pelajaran. Namun kalau tahu bakal lama dan suka lupa jam ngajar alias budeg bel istirahat, Jendra nyesel.

Matanya kembali menuju ke arah lapangan, dimana Aksa dihukum karena bolos dan gak sengaja ngerobohin gerbang masuk tadi pagi. Tapi waktu diperhatikan lagi, sosok Aksa sudah tidak ada di sana.

Jendra melebarkan matanya saat melihat siluet manusia jangkung sedang berdiri di depan pintu masuk kantin dengan satu cup es serut di tangannya. Mata keduanya bertemu, Aksa dengan sengaja memasukan sesendok es tersebut ke dalam mulutnya dengan ekspresi nikmat, sengaja menggoda dirinya.

"Aksa bangsat, bisa-bisanya lo ninggalin kita," gumam Jendra penuh emosi. Pasalnya, hari ini adalah jadwal es serut edisi spesial ada di stand mba Yaya. Enak dan segar, sayangnya limited edition. Makanya, banyak siswa siswi yang menunggu hari ini. Sialnya, di jam pertama, mapel pak Aji.

Mulut Aksa terbuka, seperti membicarakan sesuatu. Jendra mengerti, entah dengan kekuatan apa hingga dia bisa tahu apa yang Aksa bicarakan bahkan dengan jarak yang lumayan jauh.

"Es serut nya habis! Lupa gue pesenin, UPS!"

Brak!

Aksabiru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang