Three

718 140 17
                                    

— «» —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— «» —

Biru tersenyum lebar ketika melihat mobil sang kakak terparkir tak jauh dari gerbang. Dengan semangat, dia melangkah menuju mobil Tirta sambil menenteng tas bekal serta beberapa buku-buku yang dibagikan Bu Citra si penjaga perpustakaan.

Tetapi, langkahnya berhenti saat tiga orang tiba-tiba berdiri di depannya. Tubuhnya yang kecil terlihat sangat kontras dengan tinggi ketiganya. Tatapan takut Biru berikan, tanda ia tak nyaman.

"Eh gak usah takut gitu aya— AW! Apa sih?!" Lelaki dengan rambut hitam legam itu meringis saat sang teman menyikut perutnya.

"Panggil yang bener, bego!"

"Emang manggil ayang tuh salah?"

"Aksa tolol!"

Jendra mendengus sambil merapalkan seribu satu macam umpatan pada sang sahabat. Ia berusaha menahan diri agar tak meninju wajah tengil itu.

"Dek Biru, sendirian aja nih? Pulang sama Kak Aksa mau?"

Biru memundurkan tubuhnya saat wajah Aksa maju beberapa senti. Dia takut, sumpah tidak bohong. Ingin rasanya berteriak agar Tirta menolongnya, tapi jangankan bersuara, membuka mulut saja Biru susah.

Javin yang sadar akan ekspresi adik kelasnya ini segara menghentikan Aksa. "Udahan, Sa. Anaknya gak nyaman, tuh," ujar Javin setengah berbisik, sebab jarak mereka benar-benar dekat sekarang.

Aksa yang awalnya tengah berdebat dengan Jendra langsung mengalihkan atensinya pada Biru yang kini menunduk sambil memainkan tas bekalnya sendiri. Kakinya ia rapatkan. Jika saja ada seseorang yang menyenggolnya, maka Biru akan dengan mudah terjatuh.

"Eh? Biru gak nyaman, ya? Maaf! Maafin Kak Aksa! Jangan nangis!"

"Aduh mampus gue."

"Cupcupcup," kata Aksa sambil mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Biru.

"Sentuh dia seujung jari, gue bakar motor lo."

Namun belum sempat menyentuh rambut si manis, sebuah suara menginterupsi mereka. Keempatnya menoleh ke belakang, melihat siapa sosok yang berhasil membuat tangan Aksa mengembang di udara.

"KAK TIRTA!" Biru segera berlari kearah sang kakak, bersembunyi dibalik punggung lebar Tirta.

"Ngapain lo pada? Mau malak adek gue?"

Kedua temannya mundur dan mendorong badan Aksa agar lebih depan dan tentunya lebih dekat dengan Tirta. Aksa menggaruk tengkuknya seperti orang gila, tersenyum lebar dengan terpaksa agar menutupi kepanikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aksabiru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang