[2] friend

171 45 26
                                    

Yeonjun diam-diam menidurkan kepalanya di meja, tentu dengan kedua tangannya sebagai bantal. ia memejamkan matanya lelah, mengabaikan sang guru yang kini tengah menjelaskan materi di depan sana.

"Psst, apa yang kau lakukan?" Bisik Jung Wooyoung. Sebagai teman dekat sekaligus teman sebangku Yeonjun.

Merasa di abaikan oleh Yeonjun, Wooyoung mencoba untuk menepuk pundaknya.

"Biarkan aku istirahat Wooyoung-ah." Balas Yeonjun kesal seraya menepis tangan Wooyoung yang bertengger di pundaknya.

"Aku rasa kau sudah tidak waras."

Wooyoung menghela nafas berat, tak habis pikir dengan Yeonjun. Bagaimana bisa anak itu tidur di saat guru yang di takuti satu sekolah ini tengah mengajar?

Maniknya kembali menatap kearah depan, dimana sang guru masih sibuk menjelaskan materi pelajaran hari ini.

"Aku bisa melaporkanmu pada kepala sekolah, Yeonjun." Sindirnya pelan.

Dengan terpaksa, Yeonjun kembali membuka netranya, memakai kaca matanya kembali dengan cepat. mengganggu sekali lelaki yang berada di sampingnya ini.

Jika bisa, Yeonjun ingin merauk wajah temannya yang menyebalkan itu. Tapi sayangnya ia terlalu malas untuk melakukan hal tersebut.

"Aku iri dengan ayahmu." Entah ada angin apa yang membuat Yeonjun berkata seperti itu kepadanya.

Wooyoung mengerutkan dahinya heran. "Kenapa? Ayahku hanya seorang petani biasa. Dan ayahmu, dia pengusaha yang sukses." Jawabnya.

Yeonjun tersenyum miris mendengarnya, heol, ayahnya memang pengusaha yang terkenal di Seoul, ya dia pengusaha yang sukses. Yeonjun akui semua itu, tetapi—

"Tetapi dia sayang kepadamu, kan?" Tanya Yeonjun, lagi. Membuat teman sebangkunya itu semakin heran.

"Tentu," balas Wooyoung singkat.

"Jika disuruh memilih, aku ingin mempunyai ayah yang hanya bekerja sebagai orang petani biasa daripada seorang ayah yang terkenal sebagai pengusaha sukses tapi terus mengekang anaknya." Lirih Yeonjun.

Wooyoung diam, tidak bisa menjawab.

Selama tiga tahun berteman bersama Yeonjun, Wooyoung baru tau kehidupan Yeonjun yang sebenarnya, selama ini ia mengira bahwa anak itu hidup dengan bergelimang harta, mempunyai keluarga yang harmonis, dan cukup akan kasih sayang.

Dulu ia ingin menjadi Yeonjun. Tapi sepertinya untuk sekarang, ia menarik kata-katanya.

Wooyoung bisa mendengar helaan nafas lelah dari Yeonjun yang berada di sampingnya, ia menoleh. Kemudian melebarkan matanya bulat ketika melihat suatu hal yang lagi-lagi membuatnya terkejut.

Bekas sayatan yang begitu banyak terlihat di lengan kiri Yeonjun. Melihatnya saja sudah pedih, bagaimana jika ia yang merasakannya? Pikir Wooyoung.

"Ini menyakitkan, tapi kau tau? Rasanya aku ingin terus melakukannya setiap saat."

Tenggorokan Wooyoung tercekat. Beberapa saat kemudian ia mengeluarkan perkataan yang membuat Yeonjun menatapnya dengan tajam.

"Ikut aku ke psikolog."

Bekasi, 18-09-2021.

Maaf jarang update, akhir akhir ini lagi sibuk banget—HAHAHAHA, iya sibuk ngebulolin vjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf jarang update, akhir akhir ini lagi sibuk banget—HAHAHAHA, iya sibuk ngebulolin vjun.

Psikolog Kim | KTH X CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang