[3] meet psychologist kim

213 49 18
                                    

"pasien nomor tiga belas."

Panggil seorang suster dengan papan alas menulis di tangannya.

Wooyoung menatap Yeonjun. Lalu berbisik, "Habis ini giliranmu, bersiaplah."

Yeonjun menghela nafasnya berat, dia masih waras, tidak gila. lalu kenapa Wooyoung membawanya ke klinik jiwa ini? Menjengkelkan sekali, Batinnya.

"Aku ingin pergi dari tempat ini." Yeonjun membuka suaranya, kemudian menatap Wooyoung yang kebetulan tengah menatapnya juga.

Wooyoung menahan tangan Yeonjun yang hendak bergegas pergi. "Duduk kembali, ini demi kebaikanmu. Yeonjun-ah," bujuknya pelan.

"Aku bisa gila jika terus terusan berada disini." Balas Yeonjun geram. Manik rubah itu menatap orang-orang disekitarnya yang terlihat tak mempunyai semangat dalam hidup.

"Mereka sama sepertimu," tegur Wooyoung seperti mengerti dengan tatapan yang diberikan oleh temannya.

"Pasien nomor empat belas,"

Keduanya menoleh ke asal sumber suara, kemudian kembali menatap satu sama lain.

"Aku janji, setelah ini kehidupanmu akan berubah menjadi lebih baik."

••••

"Siapa namamu?" Tanya seorang psikolog muda yang kini berada dihadapan Yeonjun.

"Bukan urusanmu." Jawab Yeonjun singkat dengan wajahnya yang berekspresi datar.

Wooyoung menyikut lengan Yeonjun. Tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar barusan.

"Baiklah, kalau begitu kau bisa memanggilku psikolog Kim." Ujarnya lembut, disertai dengan tatapan hangat yang ia berikan kepada Yeonjun.

Yeonjun mengangguk pelan.

Psikolog itu meraih lengan kirinya, menatap beberapa luka bekas sayatan yang mungkin baru saja Yeonjun lakukan semalam. Ia tersenyum, mengusapnya perlahan dengan sangat lembut.

"Apa alasanmu melakukan ini?" Tanyanya dengan hati-hati.

Yeonjun diam.

"Ceritakan saja, tidak perlu takut." Psikolog Kim masih berusaha untuk mendapatkan jawabannya.

"Ayahku, dia selalu menuntutku untuk segala hal. Aku muak." Beritahunya dengan nada yang bergetar.

Beberapa detik kemudian, Yeonjun merasakan usapan lembut di kepalanya. Ia menatap sang psikolog yang masih tersenyum.

"Apa kau menyukai kerajinan tangan? Kita bisa melakukanya jika kau mau."

Yeonjun menggeleng.

"Aku pikir dia tidak menyukai hal apapun selain menari." Ujar Wooyoung tiba-tiba.

Psikolog Kim menganggukkan kepalanya paham. "Berhenti melukai lenganmu, itu tidak akan membuat masalah selesai." Beritahunya dengan tegas.

Tak ada tanggapan yang ia dapat.

"Dan ya, kau suka menari kan? Minggu depan temui aku, kita bisa melakukannya bersama. Kebetulan aku juga menyukainya." Kekeh psikolog Kim.

Yeonjun lagi-lagi hanya mengangguk.

"Sampai jumpa Minggu depan, psikolog Kim."

Bekasi, 25-09-2021.

vjun kok karam banget ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

vjun kok karam banget ya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psikolog Kim | KTH X CYJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang