YOUR LAST JOURNEY

325 21 4
                                    

" Kasan... " wanita yang sedari tadi melihat kearah kebun bunga tulip itu, menoleh kearah suara. Ia mendapati anak bungsunya yang sedang tersenyum lelah, memegang segelas air hangat dan pisang ditangannya.

" Its time for your medicine, kasaan " oh...wanita yang terlihat lebih tua daripada umur sesungguhnya, mengangguk dengan mantap ajakan anaknya itu. Si bungsu merapat ketempat tidur ibunya, duduk secara perlahan disebelahnya.

" Kasaan want to take a stroll after this ?" Si ibu, Mikoto, sebelum menjawab ajakan anaknya, meraih obat dinakas dan meraih air juga pisang yang dibawanya. Ia terlihat sangat fokus untuk memakan obat yang jumlahnya bisa membuat orang memuntahkan kembali semuanya. Sehari 3x, masing-masing sebanyak 15 biji obat, belum lagi obat suntikan yang harus ia terima 3x seminggu. Manusia siapa yang bisa taham terus disiksa seperti itu ?

Si bungsu dengan telaten dan sabar menunggu jawaban sari ibunya. Salah dua orang didunia ini yang mampu membangkitkan senyum tipisnya. Tapi sepertinya Tuhan sedang membalaskan dendamnya, dengan membuat ibu tercintanya sakit dan tak mampu lagi menemaninya sampai akhir. Dia tersenyum sebal sekaligus risau, dikala mata elangnya lengkat menatap tubuh yang dulu ia ingat berisi dan sehat itu, mengering perlahan dihadapannya.

" Kasaan mau ?" Setelah Mikoto selesai melakukan rutinitas, yang si bungsu percayai sangat melelahkan itu, ia bertanya lembut.

" Okey, kasaan want to go to the 7 colour fountain, will my sweet child bring me there ?" Anaknya tersenyum kembali, meraih tangan ibu nya dan menggenggamnya mantap.

" Whatever you want, kasaan " dia berfikir sejenak " I will pick up aniki along the way, so the three of us could spend our time together " Mikoto membalas semua perlakuan manis sang anak dengan menatapnya lembut. Betapa ia sebagai seorang ibu, merasa sangat beruntung mempunyai dua orang anak, laki-laki yang tidak hanya akur namun peduli satu sama lainnya. Ia akan tidur dengan tenang mendapati betapa ikatan mereka begitu kokoh.

" That would be great, Sasuke " Mikoto memberi kecupan sayang di pipi tirus nan putih percelain, miliki Sasuke.

Iya, Uchiha Sasuke, si bungsu keluarga Uchiha. Jika sekolah tempatnya menimba ilmu memandang ia sebagai makhluk dingin penghuni neraka, beda bila didepan ibu nya, ia akan menjelma sebagai malaikat penghantar wahyu Tuhan. Lembut, perhatian dan penyayang. Tidak pernah satu kata kasar pun pernah terucap bila didepan ibunya. Baginya, seberapun banyak uang yang ia miliki, tidak akan pernah cukup untuk membeli kasih sayang seorang ibu. Kasih sayang tanpa pamrih, tanpa diminta balasan dan hanya akan terus memberi, membuatnya tak sanggup memperlihatkan sisi gelapnya. Biarlah, selama ia didepan ibunya, walaupun hanya tersisa 15% sisi terang didalam dirinya, ia akan terus memaksimalkan cahayanya. Ia juga ingin memberi dan memberi yang terbaik bagi orang kesayanganya, biarlah aniki nanti yang akan mendapat pelampiasan rasa kesalnya.

" Okay, I will prepare for you clothes right away. We could wear something matching for the day " Sasuke segera mempersiapkan baju untuk ibunya, menyeragamkan warnanya sesuai warna yang ia dan aniki pakai hari ini. Betapa hatinya berbunga, sudah lama ia tidak jalan-jalan bersama ibu dan anikinya, biarlah tugas kuliah ia telantarkan terlebih dahulu, peduli setan dengan tatapan setan tapi tak berdaya milik dosennya. Hal penting sekarang yang harus ia fokuskan adalah membuat ibunya senang. Setelah mendapatkan baju yang ia inginkan, Sasuke menaruhnya dipangkuan ibunya, memberinya anggukan dan segera melenggang keluar kamar untuk memberi ibunya waktu.

Sasuke mengeluarkan ponselnya, dan dengan cepat meng-dial no hp anikinya.

" Aniki, I will pick you up at 5 pm sharp. Kasaan want to take a stroll at 7 colour fountain "

" Great, I will wrap things up in here and wait for you at the lobby " balas sang aniki dari seberang sana.

" Hn "

Ah..My Angel, My MUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang