Jam menunjukkan pukul 23.30, tetapi ia benar-benar tidak dapat memejamkan matanya. Rasa sakit disekujur tubuhnya membuatnya susah tidur, tidak ada yang ia dapat lakukan untuk mengurangi rasa sakit yang seakan memeluk kewarasannya. Ditambah lagi, ia harus bangun pagi-pagi sekali. Part time job yang ia temukan dengan susah payah itu, tidak bisa ia lepas. Apa yang akan dia makan jika ia tidak bekerja ? Apa yang akan ayah lakukan jika tidak memberinya uang ? Another punch ? Another slaps on his tiny face ?
Sudah tidak terhitung luka lebam disekujur tubuhnya, ataupun luka robek akibat botol minuman keras yang dibenturkan ke kepalanya. Sekecil apa pun kesalahan yang ia lakukan, akan ada hukuman yang sama saja jika ia hidup di neraka.
Ia berusaha membalikan badannya, bermaksud mencari posisi yang lebih nyaman, namun rasa sakit menusuk pada punggungnya, membuatnya berhenti. Ah....beberapa hari yang lalu, ayah mendorongnya dengan kuat hingga punggungnya terbentur dengan keras dengan meja beton dihalaman belakang. Hal itu mampu mebuatnya hanya bisa terduduk lemas ditempat, seakan sekujur tubuhnya mati rasa. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan punggungnya, patah atau lebih parah lagi ? Namun, apa yng bisa dilakukan ia skrmg adalaha menelan rasa sakit itu, dan berusaha bersikap seperti biasa. Bossnya tempat ia bekerja tidak senang jika pekerjanya terlihat sakit hanya untuk membereskan isi toko yang tidak seberapa.
Ia memejamkan mata, dan mengepalkan tangannya, berharap kantuk cepat datang menghampiri dan bisa melepasnya sejenak dari belenggu neraka. Sesekali air mata merembes tidak kuasa ia tahan. Betapa kehidupannya berubahh 180 derajat begitu cepat. Hidup yang selalu ia syukuri itu berubah menjadi mimpi buruk yang siapa pun akan memohon Tuhan untuk mengambil nyawa mereka.
" God, if you feel pity to this life of me, please come take it as you please. Im ready " lirih ia ucapkan kalimat tersebut dan tak kuasa lagi menahan air mata deras yang menggebu gebu untuk dikeluarkan. Malam itu ia berhasil tidur dengan susah payah.
**************************************
" Naruto !!! Mana sarapannya ?! Apa kau berubah bodoh hanya dalam semalam ?!" Teriakan yang menggema diseantero rumah yang tidak seberapa itu, berhasil membuat Naruto terbangun kaget. Ia melirik jam kecil dimeja sebelah tempat tidurnya,06.35 ?!
Naruto mebelalakan matanya tidak percaya. Bagaimana ia bisa tidur sangat lelap ? Ia seharsunya sudah bangun 2 jam yang lalu, mebereskan rumah dan membuat sarapan sebelum Minato dtng, tapi apa gerangan yabg ia lakukan skrng ? Pura pura mati demi menghindari hukuman ?
" Apa kau tuli Naruto ?! Mau aku seret dirimu yang tidak berguna itu dan mematahkan kedua kaki kecilmu ?! "
Naruto hanya dapat bergidik ngeri, membayangkan kedua kakinya harus menerima nasib buruknya itu.
Not them....
Tanpa pikir panjang lagi, Naruto berusaha bangun secepat mungkin. Masa bodoh dengan tubuhnya yang lengket karena keringat ataupun mukanya yang membengkak akibat ia menangis semalaman, asalkan kakinya aman dari sentuhan keras ayahnya. Jika ia benar benar mematahkan mereka berdua, apa yang bisa ia lakukan ? Bekerja pun ia tidak akan bisa, jika ia tidak menghasilkan uang, apa yang akan Minato lakukan ?
Haha....pasti akan jauh lebih buruk. Mungkin dia akan mulai mematahkan jari jari tanganku satu per satu.
Naruto dengan kaki lebamnya itu berlalu menuju dapur, secepat mungkin menyiapkan apa yang Minato minta. Baru 15 menit ia berkutat dengan bumbu dan bahan masakan, seseorang menarik rambutnya kasar.
" Why not say anything ? Are lost yer tongue ? " jambakan di rambut Naruto semakin Minato kencangkan, dan secara reflex Naruto memegangi tangan Minato memohon untuk melepaskannya dalam diam.
Oh....betapa Minato senang melihat air yang mulai tergenang di mata biru Naruto, rambut yang sama persis seperti miliknya, namun terasa sangat kotor jika ia sentuh.
Silent begging yang Naruto pinta terhadap Minato tak kunjung ditanggapi, jambakannya hanya semakin mengencang setiap detiknya.
" I..Im sorry Dad...um..I just want to prepare for your breakfast as soon as possible. I swear, dad..." suara yang gemetaran itu, tak urung membuat Minato melepaskan jambakan mautnya. Hingga Minato menarik rambut Naruto semakin kebelakang dan nyaris mematahkan tulang punggung anaknya tanpa ampun.
Naruto yang harus mengikuti kemana jambakan itu menariknya, semakin tidak dapat mengontrol isak tangisnya. Lebam dan luka yang menghiasi punggung sekaligus kulit kepalanya itu, menjerit menjadi satu. Rasa sakit yang saling bersautan satu dengan yang lainnya, hampir saja membuat ia pingsan, namun ia tahan karena takut, hukuman jika ia pingsan akan jauh lebih hebat.
" Da....dad...Father...Im..ukh..begging you..pleash...It--akhhh !" Minato yang terlanjur termakan api emosi menyentakkan tarikan pada rambut Naruto, membuatnya terjungkal dengan kerasnya ke lantai. Tak hanya itu, kaki yang masih terbalut boots tebal, menendang dengan keras bagian ulu hati orang dibawahnya. Naruto menjerit kesakitan, ia memegangi bagian dadanya yang baru saja diberi kecupan gila oleh ujung sepatu kesayangan Minato.
Berselang beberapa detik kemudian, Naruto memuntahkan seluruh cairan lambung yang ia punya. Tak sekalipun terilhat butiran nasih dimuntahannya, hanya cairan kuning berbau yang menghiasi lantai.
Please....no Father...so hurt...ukh...
Tidak berani menyeruakkan kata tersebut, Naruto hanya bisa dengan pasrah menerima beberapa tendangan ke perutnya. Ia pasrah, tenaga pun ia sudah tidak punya.
" You idiot son of a bitch !! "
Another kick to his ankle.
" You lucky, you could crawl from that bitch hole !! "
Another kick on his side.
" You lucky, I raise you until now "
Another kick on his stomach.
" But here you are, treating me like low man !!"
A kick to Naruto's groin, yang mengakibatkan Naruto menjerit sekuat tenaga, akan rasa sakit yang menjalar dari sana ke otaknya. Rasa sakit yang teramat sangat, yaang membuat pandangannya mendadak gelap sesaat.
Disaat yang sama, Minato mengambil panci berisi air mendidih yang Naruto peruntukkan untuk kopi paginya, dan dengan entengnya menjatuhkan air panas tersebut pada kaki sebelah kanan Naruto, disaat ia masih pingsan. Naruto tersadar oleh rasa sakit dibagian kakinya dan menatap nanar apa yang telah Minato lakukan padanya. Ia hanya bisa menatatap kakinya yang berubah warna seperti udang matang. Ketika ia membuka mulutnya, Minato dengan boots tebalnya, menendang dagu Naruto hingga kepalanya terbentur keras dengan lantai dan kembali pingsan.
Disaat ia tersadar kembali, Minato hanya menatapnya dingin dari posisinya, tidak peduli jika kulit kaki anak semata wayangnya terlihat melepuh akibat air panas yang ia jatuhkan tadi.
" Get up. Dont be such a baby. And do your job quickly, if you dont one another burn join the other " tanpa menengok kembali, Minato meninggalkan Naruto yang memegangi kaki melepuhnya itu. Seakan energi yang tersisa tidak cukul untum berteriak, ia hanya bisa terisak pelan drngan rasa sakit yang membuat kepalanya berdenyut tidak karuan.
Sebenarnya ja juga sudah tidak mampu untuk berdiri, apalagi harus masak untuk Minato, tapi ia juga tidak mau kaki sebelahnya bernasib sama dengan kaki kanannya. Ia berusaha berdiri, namun ia harua gagal beberapa kali hingga ia mendengar dengusan yanh cukup keras dari ruang tamu. Disaat itu, Naruto dengan sekujur tubuhnya yang bergetar hebat, memasak sarapan demi seonggok iblis, ia panggil 'Father'
TBC...
P.S Im not to good at describing that...so bear with very little infomation that I could provide...pfft..
And sorry for the long wait....kinda stuck in IRL, I need to get out from it first so I could catch up with the entire scenario from my mind palace...
See you later guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ah..My Angel, My MUSE
FanfictionHidup sebagai seorang manusia pasti akan menemukan titik terendah dan titik tertinggi-nya. Baik kau maupun aku, tapi satu hal yang pasti, you are my other half, even if you were broken to pieces, Im ready to patch you up, bit by bit and hold you tog...