i. karena jalan menuju keimanan dimulai dari akal

1K 155 55
                                    

"Jadi ... sebetulnya, jalan menuju keimanan itu dimulai dari akal melalui proses berpikir, baru setelah itu dibimbing oleh wahyu. Kalau manusia mencari keimanan dengan jalan akal ini, nggak mungkin ada manusia yang nggak percaya bahwa Tuhan itu nggak ada. Kenapa? Karena semesta dan seisinya ini terlalu sempurna untuk terjadi secara kebetulan. Misalnya, kita analisis sama-sama tentang teori penciptaan alam semesta yang paling terkenal, Teori Big Bang. Ada yang tahu gimana proses penciptaan alam semesta menurut Teori Big Bang?"

Pertanyaan yang dilontarkan Rein di tengah sesi diskusi kajian muslimah sore ini di hadapan tiga puluh dua mahasiswa Universitas Negeri Pallawa dari berbagai jurusan membuat keadaan selasar Masjid Al-Faruq hening seketika. Rein tersenyum tipis sambil melirik seluruh peserta yang hadir. Meskipun lokasi kajian Islam sore ini dilaksanakan di tempat umum, tetapi karena kajian ini diselenggarakan oleh Departemen Nisa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) LDK Al-Hizan, peserta kajian ini dikhususkan perempuan. Rein sebagai ketua Departemen Nisa LDK Al-Hizan menyampaikan materi dengan tema "Finding Faith #2: Finding God".

Setelah satu menit hening, akhirnya Mecca, mahasiswa semester dua dari jurusan Perpustakaan dan Sains Informasi yang bertanya kepada Rein tentang "Mengapa jalan menuju keimanan diperoleh melalui akal atau logika dan bukan dari dalil yang ada di kitab suci?" mengangkat tangan.

"Saya, Kak," ujar Mecca. Rein mengangguk, lalu meminta Mecca menjawab pertanyaannya. "Setau saya, Teori Big Bang dikenal juga dengan nama teori ledakan besar. Teori ini menjelaskan bahwa alam semesta berasal dari sesuatu yang super padat dan panas yang kemudian meledak dan mengembang sekitar 13 miliar tahun yang lalu. Hasil ledakan besar itu menjadi alam semesta seperti sekarang."

Rein mengangguk. "Baik. Terima kasih atas penjelasannya ya, Mecca. Betul. Teori Big Bang mengatakan bahwa alam semesta ini terjadi karena ledakan besar. Pada teori ini, dijelaskan bahwa alam semesta ini berasal dari suatu materi yang meledak dengan kekuatan yang sangat tinggi dan kristalisasi materinya membentuk bintang dan planet. Teori ini meniadakan peran Tuhan dalam pembentukan alam semesta. Nah, di sini saya memang nggak setara dengan para ilmuwan yang mencetuskan dan terus mengembangkan Teori Big Bang ini. Tapi, dari kacamata seorang awam dengan menggunakan akal, sebetulnya nggak perlu menjadi ilmuwan untuk menyatakan bahwa kalau teori ini keliru."

Rein terdiam sejenak, lalu melirik Neira yang menjadi MC pada acara kajian sore ini. Rein melirik isi goodie bag Neira yang berisi tembikar hasil ciptaannya yang dikembalikan dosen untuk dibuat ulang karena bentuknya yang belum sesuai. Rein bertanya apakah Neira mengizinkannya untuk memecahkan tembikar tersebut. Meskipun bingung, Neira mengangguk. Rein meletakkan kertas di atas keramik dan memegang tembikar itu di tangannya. "Oke, kita coba simulasi sederhana ya. Bayangkan kalau tembikar ini materi awal pembentuk alam semesta dan energi yang saya keluarkan untuk memecahkan tembikar ini beberapa detik selanjutnya adalah ledakan besar." Tiga detik setelahnya, tembikar itu pecah menjadi beberapa kepingan dan berserakan. Rein kembali melirik peserta kajian dan pecahan tembikar yang ada. "Pecahan-pecahan ini adalah benda langit yang ada di alam semesta ... atau supaya sederhana, kita persempit ke matahari dan planet-planet yang ada di tata surya saja."

Setelah itu, Rein membuat lintasan-lintasan pada kertas yang mengalasi pecahan tembikar yang ada. Ia membuat lintasan itu seperti orbit yang ada di tata surya. Rein memfoto pecahan lintasan orbit dan tembikar yang ada dan menampilkannya di layar. Para peserta memperhatikan gambar yang tertera di layar. "Ini pecahan tembikar yang tadi saya jatuhkan. Dan garis-garis ini saya ibaratkan sebagai lintasan orbit dalam tata surya kita. Nah, sekarang kita lihat pecahan tembikarnya. Semuanya berantakan dan tidak beraturan. Ada yang ukurannya kecil, sedang, besar, bahkan sangat besar. Posisinya juga tidak beraturan. Ada yang terpental jauh, bersisian, dan menumpuk pada pecahan yang lain. Ini semua adalah pecahan tembikar yang terjadi dengan sendirinya, yang terbentuk tanpa ada yang mengaturnya, yang pecah dan terbagi begitu saja. Hasilnya? Semuanya berantakan dan tidak tertata. Sekarang, kita lihat bagaimana matahari dan delapan planet yang ada di tata surya mengorbit sempurna. Semua planet yang katanya hasil dari ledakan besar itu jatuh tepat pada tempatnya. Semuanya berada di tempat yang aman, berjarak, dan tidak saling bersisian atau menumpuk. Bisa kita lihat bahwa semua planet ini bergerak dan bekerja sempurna tanpa cela. Kita bisa hidup di bumi dengan aman. Bayangkan kalau posisi hasil pecahan Bumi itu terjatuh menempel dengan planet lain, Mars misalnya, apa yang akan terjadi dengan Bumi dan seisinya?"

RefereinsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang