banyak typo..
Malam sedikit terasa lebih dingin dari biasanya, Chifuyu diam masih duduk sembari menghabiskan tisunya untuk menangis. Setelah pemakaman Baji selesai, ia memilih mengurung diri di kamarnya. Ia lelah hati lelah pikiran. Dirinya bahkan tak bisa menenangkan kehisterisan dari ibu Baji.
Pikiran Chifuyu mulai berkelana, dimana kala mereka baru saja bertemu di awal tahun pelajaran. Bagaimana lelaki itu terlihat sangat culun dengan kacamata dan rambut yang terikat kelimis.
Tapi Chifuyu merasa ketertarikan lebih padanya. Itu aneh, iya kok Chifuyu sadar. Dia dulu terkenal sebagai salah satu berandal di sekolah, dan hanya karena lelaki itu ia justru berubah menjadi lelaki manis begini.
Ya Baji sih yang bilang dirinya manis. Bahkan ia masih ingat kala lelaki itu menyisir rambut miliknya kedepan sembari berujar "Kau lebih bagus begini, tidak alay seperti pereman pasar.."
Kalau diingat Chifuyu pun malu akan tampilan anehnya dulu.
Tapi tentu itu dulu, lelaki yang bahkan tak bisa menulis kanji Tora iti nyatanya benar-benar membuatnya berubah. Sebenarnya tak sebanyak itu sih.
Mata Chifuyu sedikit membengkak, kala tadi ia berkaca di kamar mandi. Bahkan kamar mandi pun menyimpan kenangan mereka berdua. Yah sesuatu yang seharusnya tetap menjadi rahasia, walau sebenarnya sudah jadi rahasia umum.
Foto di meja Chifuyu pandang, fotonya dan Baji. Lalu matanya beralih memandang wallpaper smartphonenya dan disana pun terpasang foti Baji.
Chifuyu pun akhirnya kembali menangis lagi "Baji-san.."
Merasa lelah menangis, tanpa sadar Chifuyu berakhir tertidur di meja belajarnya. Tetap dengan bibir yang menyebut nama Baji lirih.
Ketika pukul 8 malam tiba, pintu kamar Chifuyu diketuk "Matsu-chan, Ada Mitsuya di luar.."
Itu suara Ibunya.
"Iya.." Chifuyu menjawab singkat, dengan langkah lunglai membuka pintu kamar, dan melewati sang Ibu tanpa menoleh.
Wanita paruh baya itu hanya dapat menghela nafas. Ia tahu kedekatan mereka, ditambah lagi keluarganya tinggal berdekatan dengan keluarga Baji. Jadi sedikit banyak ia mengerti apa yang tengah anak lelakinya rasakan.
Chifuyu membuka pintu apartemennya dan menemukan Mitsuya bersandar di dinding sebelah pintu. Lelaki yang memiliki bakat menjahit itu, menatap ke arah Chifuyu. "Kau baik-baik sajakan?" tanyanya.
Chifuyu hanya dapat tersenyum paksa "kau jelas tahu jawabannya Mitsuya-san.."
Mitsuya sedikit menyesali pertanyaan, ia pun juga merasa sedih dan kehilangan yang banyak atas kepergian Baji, tapi tentu tak lebih banyak dari Chifuyu. Karena Mitsuya yakin mereka pasti memiliki hubungan lain dari sekedar persahabatan, karena itulah alasan Mitsuya datang kemari.
"Ini.." Mitsuya meletakan satu kotak hitam berukuran sedang pada pelukan tangan Chifuyu.
"Ini apa?"
"Aku tak tahu, tugasku hanya memberikannya padamu..."Mitsuya menatap lurus ke arah Chifuyu, dimana ia dapat melihat salah satu matanya sedikit membiru dan kedua duanya membengkak akibat terlalu banyak menangis "Baji mendatangiku semalam dan memberikannya, ia ingin aku memberikan itu padamu.."
Chifuyu diam, sedikit meremas kotak hitam dipelukannya. Kepalanya mendongak ke atas, berusaha menghalau air mata yang bersiap turun, ia tak ingin menangis didepan orang lain, termasuk Mitsuya.
"Arigatou Mitsuya-san.." Chifuyu merespon pelan, dan sedikit menundukan tubuhnya pada si rambut purple.
Mitsuya menghela nafas lelah, sebelum memaksakan sedikit senyumnya "Jangan terlalu hanyut pada perasaan sedihmu Chifuyu, ingat kami semua ada untukmu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah ✔️
FanfictionIni adalah alasan kenapa Chifuyu menyisakan setengah mie yakisoba di mangkuknya. Warning spoiler!