Bab 16. Laboratorium Terlarang

79 19 0
                                    

BAB 16.
LABORATORIUM TERLARANG

***

SIAPA yang tidak mengenal sosok Mr. Jenkins? Pria tua berusia setengah abad itu sangat terkenal dalam dunia kedokteran. Suka sekali bereksperimen menciptakan obat-obatan untuk penyakit yang langka, sangat ahli dalam bedah mayor dan selalu berhasil.

Namun selama dua tahun terakhir ini, ambisinya berubah. Beliau menyukai dunia perkloningan. Awalnya hanya sekadar mengkloning hewan. Tetapi beralih menjadi ingin sekali menciptakan manusia kloning.

Pengikutnya banyak, salah satunya Grace. Wanita yang bisa dikatakan memiliki ambisi yang sama dengan Mr. Jenkins. Ia dengan setia mengekor ke manapun pria tua itu pergi, berlagak seperti dirinya memiliki kedudukan yang tinggi. Pekerjaannya memang terlihat seperti itu. Ia selalu menurut kala Mr. Jenkins memerintahkan sesuatu padanya, termasuk mencari manusia baru untuk bahan telitian. Tetapi selama ini Mr. Jenkins hanya melihatnya sebagai salah satu karyawannya saja.

Ini sudah kesekian kalinya pertemuan dengan Mr. Jenkins semenjak objek terakhir penelitian mereka yang gagal. Pencarian manusia yang dimaksud belum juga membuahkan hasil. Begitu pula dengan manusia baru yang akan menjadi target mereka sebelumnya.

Grace berjalan dengan gelisah menuju ruangan Mr. Jenkins bersama Dean di sebelahnya. Sejak semalam, ia sudah memikirkan banyak hal yang tidak-tidak mengenai pertemuan kali ini. Terakhir ia menghadap, Mr. Jenkins memarahinya habis-habisan karena belum juga menemukan objek penelitian mereka lagi.

Berbeda dengan Grace, Dean justru berjalan dengan santai sambil sesekali bersiul. Ia memang sudah berulang kali kena amukan, bahkan mendapat luka-luka usai keluar dari ruangan Mr. Jenkins. Tapi ia tidak pernah menganggapnya serius.

"Ku rasa aku akan mendapatkan luka lagi hari ini," ujar Dean dengan kekehannya.

Grace menatap Dean aneh. "Aku heran kenapa kau selalu bersikap sesantai ini," balasnya.

Dean tidak menjawab apapun karena keduanya telah tiba di depan ruangan Mr. Jenkins. Grace menoleh sejenak pada Dean. Wajahnya menunjukkan rasa penuh kekhawatiran. Namun Dean, pemuda itu menepuk pundak Grace, berusaha menenangkannya.

Hal pertama yang dapat mereka lihat begitu masuk ke dalam adalah wajah penuh keriput milik Mr. Jenkins yang menatap mereka, seakan sedang menyambut kedatangan keduanya. Tetapi sama sekali tidak menunjukkan amarah seperti kala terakhir kali mereka menemuinya.

"Silakan duduk," perintahnya. Grace menurutinya dengan kaku. Ia berdeham sejenak, berusaha menetralkan detak jantungnya yang menggila.

Sementara itu, Mr. Jenkins kembali duduk di atas kursi kekuasaannya, terlihat sibuk mengamati beberapa kertas yang ada dalam genggamannya.

"Ku tebak kalian masih belum ada perkembangan tentang objek penelitian," kata Mr. Jenkins diakhirnya tertawa yang mengejek. Kemudian terdengar suara bantingan dari meja Mr. Jenkins. Pria tua itu lalu berdiri dan menghampiri bawahannya.

"Sebenarnya apa yang kalian mau?" Tanyanya. Grace bisa mendengar suara geraman begitu pria tua itu mendekatkan diri padanya. Tatapannya sangat tajam.

"Mereka sangat pandai bersembunyi dari yang kami duga. Kami tidak dapat menemukan jejak apapun." Dean menjawab. Ia masih sama seperti saat pertama kali masuk ke ruangan Mr. Jenkins, santai.

Mr. Jenkins tertawa lebar. "Huh, bukankah seorang Dean sangat ahli dalam menemukan buronan? Ada apa denganmu? Kemampuanmu menurun? Kau telah menerima dirimu kalah dengan orang-orang amatir seperti mereka?"

Perkataan Mr. Jenkins membuat Dean naik pitam. Siapapun yang telah mengenal Dean, pemuda itu sangat ahli dalam peretasan, mencari jejak manusia, menghilangkan bukti, karena ia juga bekerja sama dengan Marco—si peretas handal. Apa yang diucapkan Mr. Jenkins tidak sepenuhnya salah.

THE CHILD [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang