Opposite

274 49 3
                                    

"eumm... tidak, tidak. hanya demam berdarah, tak usah khawatir. besok pagi aku pulang, ya kan Chaeng?" Jawabnya dan Chaeyoung mengangguk ragu.

Jihyo mengangguk paham walau sebenarnya ia merasa sedikit ada yang aneh tapi ia mengabaikan saja.

Mereka nelanjutkan obrolan mereka. Jihyo tak bisa berhenti menatap Jeongyeon, wajahnya masih sama, cantik seperti dulu tetapi rambutnya yang sekarang lebih panjang. Betapa rindunya Jihyo dengan gadis ini.

Rasa yang dulu pernah Jihyo rasakan muncul kembali. Jantungnya selalu berdebar cepat jika melihat gadis itu apalagi mereka sudah tidak bertemu dalam waktu yang lama.

Jihyo bercerita tentang kehidupannya selama beberapa tahun kebelakang tentang kesuksesannya menjadi seorang penyanyi. Ia juga menceritakan kembali kepada Chaeyoung bagaimana ia bertemu Jeongyeon dan bagaimana mereka berpisah.

Jeongyeon mengatakan kalau ia punya satu adik lain bernama Dahyun. Ia juga bercerita kalau enam tahun lalu mereka pindah ke rumah neneknya di Ansan. Jeongyeon kembali ke Seoul sebulan lalu setelah Chaeyoung lulus kuliahnya, jadi ia ikut dengan Chaeyoung yang ke Seoul mencari pekerjaan, sedangkan Dahyun sudah pindah duluan setahun lalu.

Jihyo merasakan ada sesuatu yang aneh di sini. Saat ditanya mengapa ia pindah, Jeongyeon tidak memberi alasan yang jelas, seperti membuat alasan, seolah-olah ia tidak ingin memberitahunya.

Awalnya Jihyo pikir ia terlalu jauh dalam bertanya. Tapi ia memperhatikan Chaeyoung sedari tadi. Ia berubah diam dan dan terlihat gugup, sepertinya ia tahu kalau Jeongyeon tidak mengatakan sebenarnya. Jihyo semakin yakin jika memang ada sesuatu.

Mereka melanjutkan obrolan ke topik yang lebih ringan. Tertawa dan saling meledek satu sama lain memeriahkan suasana, terutama Jeongyeon dan Jihyo. Rindu yang mereka pendam sudah terlalu dalam.

"umm.. sepertinya ini sudah malam dan aku harus pulang" ucap Chaeyoung.

"kau tidak menemani kakakmu di sini?"

"seperti anak kecil saja pakai ditemani" Jeongyeon meledek.

"aku maunya juga seperti itu, tetapi aku ada interview kerja besok. Tapi besok pagi ada Dahyun unnie yang datang dan menjemput Jeongyeon unnie" jelas Chaeyoung yang diangguki Jihyo.

"kalau begitu aku juga pulang, kau tak apa disini jeong?" ucap Jihyo sambil berdiri.

"tenang saja, aku tak apa. dan Chaeng" Jeongyeon memanggil Chaeyoung dan menatapnya. ia menyampaikan sebuah pesan tersirat padanya. Chaeyoung mengangguk paham setelahnya.

"okay kalau begitu kita keluar, bye" Mereka melambaikan tangan kepada Jeongyeon dan keluar dari kamarnya.

Saat berjalan di koridoor, Jihyo teringat obrolan tadi. Ia masih penasaran akan sesuatu.

"hey Chaeng"

"ne?"

"bisakah kita bicara sebentar? aku ingin bertanya sesuatu"

"t-tanya apa unnie?" Chaeyoung langsung gugup.

"umm.. bicaranya sambil duduk saja biar enak, oke?"

Chaeyoung mengangguk setuju, ia menjadi sangat gugup. Mereka berdua menuju ke cafetaria belakang rumah sakit, memesan minuman dan duduk di salah satu meja.

"okay Chaeng kita langsung saja" Jihyo menatap tepat di mata Chaeyoung. "sebenarnya, Jeongyeon sakit apa?"

Chaeyoung langsung membeku setelah mendengarnya. Ketakutannya kini benar-benar nyata. Ia bingung tak tahu harus menjawab apa.

"b-bukannya Jeongyeon unnie s-sudah menjelaskan?" tanya Chaeyoung gugup.

Jihyo menghela nafasnya kasar. "maaf sebelumnya, aku tahu ini memang bukan hakku untuk bertanya, tapi aku tahu kalian menutupi sesuatu kan?"

Opposite | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang