Prolog

32 0 0
                                    

◽◽◽

"Raya!"

Pemilik nama itu sontak menghentikan langkahnya. Membalik dan mendapati cowok jangkung yang berjalan lebih dekat kearahnya.

Tampak cowok itu tersenyum tipis, juga rambutnya yang nampak basah, serta baju yang digulung sampai siku. Berarti cowok itu habis selesai wudhu.

Raya berdehem singkat,  mengingat perbedaan keduanya.

"Kenapa Cak? Gue mau ke toilet. Lo juga mau sholat kan?"

Cowok itu nampak mengangguk singkat, wajahnya datar tapi tidak dengan matanya yang selalu menampakkan kehangatan.

"Nanti pulang bareng, mama kangen katanya."

Cuman itu, Al Cakrawala repot repot menghampirinya? Padahal sudah adzan bisa saja cowok itu telat melakukan kewajibannya.

"Lo kan bisa chat gue, Cakra. Lagipula gue kan selalu berangkat sama pulang bareng elo. Ngaco banget deh."

"Gue udah ngechat tadi, nggak dibalas. Ditelpon juga nggak diangkat."

"Anjir." Raya menepuk jidatnya kemudian mengecek hpnya. Ada chat dan telepon yang dia tidak gubris disana. "Hp gue mode silent tadi, Bu Miranda soalnya."

Mendengar nama Bu Miranda Cakrawala berdecak kesal, wajar saja dibanding dengan guru lainnya, Bu Miranda tidak segan segan menghukum atau lebih parahnya tidak mengikuti ulangan harian kedepannya. Sudah pelit nilai, bagaimana jikalau sampai tidak mengikuti jadwal ulangan kedepannya?

Lagi cowok itu menangguk memaklumi, selain daripada Bu Miranda dia juga tidak suka jika dibuat khawatir. Dan cewek pendek didepannya ini sukses membuatnya khawatir.

Takut jikalau cewek itu diganggu oleh kakak tingkatannya, yang dimana hari hari kemarin jika tidak ada Ryshaka, mungkin cewek didepannya ini lagi lagi mendapatkan bullying. Cakrawala tentu saja tidak suka dengan hal tersebut dan membuatnya was was dari kemarin.

Dan jangan harap juga orang yang mengusik itu bisa tenang setelah menganggu teman kecilnya.

Teman? Kata itu berhasil menyentil hati Cakrawala. Ada perasaan tidak terima, jika Raya selalu menganggapnya teman kecil, abang, dia ingin dipandang sebagai lelaki didepan cewek yang disukainya.

Dia ingin lebih dari teman. Tapi disisi lain Raya bahkan sudah sangat senang dengan hubungan keduanya. Teman kecil,  abang adek, ahh...sudahlah. Cakrawala tidak ingin egois.

Takut jika Raya mengetahui perasaannya dan malah membuat hubungan keduanya canggung, retak atau lebih parahnya lagi Raya sudah tidak ingin temenan lagi dengannya.

Karena dengan Raya Grishellia, Al Cakrawala bisa menemukan kebahagian dan kesedihan yang tidak bisa dibeli dengan uang.

◻◻◻

ALTHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang