KEDUA

20 0 0
                                    


➖➖➖

Mendengar deru mobil didepan rumah, Raya segera menyibakkan gorden kamarnya. Nampak sosok pria matang keluar diikuti perempuan dengan pakaian minimnya dari dalam mobil mewah.

Bukanlah pemandangan yang asing, bukan juga tertangkap basah, bahkan perempuan itu terang terangan menunjukkan sikap tak bermoralnya kepada anak gadis satu satunya. Apakah perempuan itu tidak malu?

Bahkan dengan melihatnya saja, Raya sudah lebih dulu malu. Untuk malam ini, Raya enggan menemui ibunya, walaupun ada rasa rindu mengingat ibunya berhari hari tidak pulang ke rumah.

Hufttt

Setelah keluarganya hancur. Ibu dan papanya cerai, dia yang kekurangan kasihsayang orang tua, ahh bahkan sejak dia masih kecil dia lebih sering diasuh oleh pembantu di rumahnya atau dititipkan di rumah Om Briyan-ayah Cakrawala.

Bahkan sampai sekarang semua semakin abu abu. Hidupnya semakin rumit, ibunya yang bahkan kadang sampai berhari hari tidak pulang kerumah ngasi kabar pun jarang apalagi pekerjaan tak bermoralnya itu membuat Raya frustasi bukan main.

Sekarang, dia hanya punya mamanya. Papanya entah karena malu dengan pekerjaan mamanya dia menghilang begitu saja, bahkan nomor teleponnya yang sering dia pakai untuk menghubungi pria itu kini tidak aktif. Benar benar menghilang tak memedulikan anak gadisnya.

Bahkan mungkin saja, papanya sudah berumah tangga dan memiliki anak hingga dirinya benar benar tidak dipikirkan lagi.

Oleh karena itu sebejat bejatnya ibunya, dia tidak sebejat papanya yang meninggalkannya tanpa alasan. Dan oleh karena itu Raya tetap menyayangi mamanya apapun alasannya.

Tanpa sadar air matanya jatuh, rasanya benar benar berat, punggungnya bahkan tak kuasa manahan beban seberat itu. Setidaknya dia harus bertahan demi mamanya. Anak gadis dengan usia 16 thn itu harus tetap tegar walaupun banyak rintangan atau pun hal yang mencoba menjatuhkannya.


Dia meraba nakas disamping tempat tidurnya, mengotak ngatik benda pipih itu, kepalanya terasa sakit akibat kelamaan menangis, sudah jam 12 malam pun dia masih terjaga, rasa kantuk itu masih belum juga menjemputnya.

"Halo, Raya."

"Kenapa belum tidur? Hmm?"

"Hiks, Cakrawala."

➖➖➖

"Mama mana, Bi?" tanya Raya seraya duduk dikursi makan. Matanya bergerak liar mencari sosok perempuan yang dia rindukan sedari kemarin.

"Oh itu, neng, Bu Maya sudah berangkat jam lima pagi tadi."

Tak perlu bertanya lebih panjang, dia sudah tau kemana ibunya pergi. Pasti diajak lagi.

"Raya berangkat sekolah dulu yah, Bi." setelah mengucapkan itu Raya keluar rumah tanpa menyentuh makanannya. Moodnya benar benar rusak, bahkan matanya masih bengkak, akibat kelamaan menangisi nasibnya.

Bi Ati memandang kasihan punggung rapuh yang perlahan lahan hilang dari pandangannya. Perempuan tua dengan uban hampir putih menyeluruh itu menempelkan benda pipih ketika sambungan teleponnya terhubung.

Raya melangkahkan tungkainya, setapak demi setapak dilaluinya. Entahlah pikirannya kini melalang buana. Bohong kalau sekarang dia baik baik saja. Dia hanya butuh bahu tempat bersandar, tempat mengeluarkan keluh kesahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALTHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang