Air langit jatuh bercucuran menimpa bumi. Bersatu padu dengan cairan asin yang mengalir deras dari kedua kelopak mata. Kesedihan dan kekecewaan terpampang jelas di sorot sendu itu. Hingga membuat seluruh langit pun ikut bersedih bersamanya.
Tubuhnya ia biarkan basah untuk menghilangkan gemuruh panas yang sejak tadi ia simpan rapat-rapat di dalam hatinya. Mengeluh pada kehampaan atas semua kemalangan yang telah menimpanya. Bertanya-tanya tentang kesalahan apa yang sebenarnya telah ia lakukan di kehidupan sebelumnya, sampai-sampai semua hal buruk pun selalu berakhir menghantuinya.
Belum cukup kah langit mengambil kedua orang tuanya? Belum cukup kah langit merampas keberuntungannya? Bahkan langit pun telah mengambil salah satu ginjalnya. Lalu kenapa masih belum cukup juga?
"Jimin" lelaki lain yang bertubuh lebih besar datang menghampiri sosok Jimin yang sejak tadi menangis di tengah guyuran hujan.
"Jungkook hiks"
"Jimin maafkan aku" ucap Jungkook. Kemudian dibawanya lah tubuh ringkih itu ke dalam dekapan. Dirinya ikut merasakan sesak tatkala melihat lelaki yang paling manis itu menangis.
"Bukan salahmu Jungkook hikss... Ini salahku karna tak pernah bisa memenuhi semua kriteria penggemarmu hikss. Mereka benar, aku tak pantas untukmu hikss"
Sudah 2 tahun Jimin menjalin kasih dengan Jungkook yang merupakan seorang aktor. Dan sudah 2 tahun pula Jimin selalu menilai jika dirinya adalah manusia paling rendah serendah-rendahnya hingga untuk berjalan beriringan bersama Jungkook pun ia tak berhak.
Jimin sadar diri. Bagaimana bisa seorang penjaga toko seperti dirinya bersanding dengan seorang aktor papan atas seperti Jungkook? Ia bahkan tak serupawan rekan-rekan Jungkook yang lain. Tubuhnya pun tak seindah para aktris yang pernah bermain peran dengan Jungkook. Ditambah lagi ada suatu hal yang paling menyakitkan bagi Jimin. Yaitu kenyataan jika IA BAHKAN TIDAK BISA MEMBERIKAN JUNGKOOK SEORANG KETURUNAN. Karna dirinya yang merupakan seorang lelaki.
"Tidak Jimin... Sudah kubilang jangan dengarkan omongan mereka. Yang menjalani hubungan ini adalah kau dan aku. Jadi kau hanya perlu memikirkan aku saja, bukan yang lain" ucap jungkook.
Namun Jimin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tak mungkin ia bisa mengabaikan semua kritikan negatif itu. Bahkan wajah nya telah terekspos di sosial media, informasi pribadinya pun juga ikut terbaca oleh para penggemar Jungkook. Jadi sama sekali tak ada celah untuknya bersembunyi dari semua hujatan yang dilemparkan kepadanya.
"Kau tak mengerti Jungkook, sama sekali tak mengerti apapun hikss" Jimin melepaskan dekapan Jungkook padanya. Lalu di tatapnya lah wajah tampan Jungkook dengan kucuran air mata yang tak pernah beristirahat sejak tadi.
"Jimin, justru aku sangat mengerti dirimu. Aku tau kau sedih, aku tau kau marah, aku juga tau jika kau kecewa karena semua komentar buruk yang ditujukan kepadamu. Karna itu lah aku ingin kau untuk berhenti memperdulikan hal semacam itu. Jangan pernah kau baca lagi semua komentar dan pesan-pesan buruk itu. Fokus saja pada hubungan kita" jelas Jungkook sambil tangannya memegang bahu sempit Jimin.
Namun Jimin malah menepis tangan Jungkook dengan sedikit kasar.
"Tidak segampang itu Jungkook!! Hikss aku bisa saja untuk mengabaikan semua hal yang terjadi di sosial media, tapi bagaimana dengan semua surat yang mereka kirimkan ke rumahku? Bagaimana dengan orang-orang yang mengenal dan menggunjingku di tempat kerja? Juga semua teror yang mereka berikan kepadaku?! Hikss aku lelah Jungkook... Aku tak sanggup untuk menjalani semua ini lebih lama hikss.. bukankah lebih baik jika kita akhiri saja semua ini hikss??""Jimin!! Sudah berkali-kali aku katakan jika aku tak akan pernah melepaskanmu, kenapa kau masih saja mengatakan hal bodoh itu?" Jungkook meninggikan suaranya sebab merasa kesal dengan apa yang telah Jimin ucapkan. Entah sudah berapa kali Jimin meminta untuk pergi, tapi Jungkook tak akan pernah membiarkannya pergi dari hidupnya.
"Aku lelah Jungkook hiksss tolong... Bebaskan aku"
"Tidak... Kita cari jalan lain"
"Jalan yang mana lagi?!! Sudah terlalu banyak jalan yang kita tapaki Jungkook... Namun nyatanya apa?? Tak ada satupun dari mereka yang berhasil membawa kita ke tempat tujuan hikss. Kita kalah. Tidak, aku yang kalah" Jimin menangis tertunduk. Ia benar-benar sudah payah. Apakah kali ini kebahagiaan nya lah yang akan di renggut paksa oleh langit? Sebab jungkook adalah satu-satunya kebahagiaan yang ia miliki saat ini.
Jungkook terdiam membisu. Diiringi dengan suara guntur yang saling bersaut-sautan, Jungkook pun memutar otaknya seribu kali untuk mencari pemecah dari masalah yang datang bertamu di kehidupannya.
"Jika memang tak ada jalan lain yang bisa kita lalui, mengapa tidak kita saja yang membuat jalan itu sendiri Jimin?" Ucap Jungkook tanpa gentar. Ia sudah memantapkan hati untuk mengambil keputusan sulit ini. Demi cintanya, demi dunianya, dan demi semestanya, Jungkook pastikan ia akan melangkah maju tanpa takut jika harus tersungkur nanti.
"Bagaimana caranya?"
"Aku akan pensiun dari dunia entertainment"
"APA KAU BODOH?!" Bentak Jimin.
"Aku serius Jimin. Aku akan berhenti menjadi aktor, demi dirimu" Jungkook menggenggam jemari mungil Jimin dengan lembut. Mencoba meyakinkan kekasihnya jika hanya inilah satu-satunya jalan yang tersisa untuk mereka.
"Bodoh!! Jika kau melakukan itu, penggemarmu malah akan semakin membenciku"
Tangan Jungkook kemudian beralih untuk membelai wajah manis di hadapannya "Tidak akan, aku akan membawamu ke tempat yang paling jauh agar mereka tak bisa mengganggu milikku lagi"
"M-mmaksudmu?"
"Maksudku aku akan menikahimu Jimin dan kita akan tinggal jauh dari Seoul. Hmmm bagaimana dengan Busan? Ah iya untuk masalah menafkahi mu, kau tenang saja. Aku punya beberapa cabang bisnis restauran. Bagaimana? Kau tertarik?"
"JUNGKOOK!!" Jimin memukul dada bidang milik kekasihnya.
"Aw, ada apa yeobo?"
"Aku membencimu yang selalu berhasil untuk menahanku pergi! Aku membencimu yang selalu mencintaiku dan segala kekuranganku! Aku membencimu yang selalu membuatku mencintaimu hiksss aku benar-benar membencimu!!"
Jimin merangsak masuk ke dalam pelukan Jungkook. Mengistirahatkan kepalanya yang terasa berat di balik dada bidang milik kekasihnya. Jujur, Jimin sangat bersyukur ada Jungkook di sisinya. Lelaki yang selalu mengkhawatirkan, merawat, dan memperhatikannya dengan sayang itu selalu berhasil membuat hidup Jimin jadi lebih cerah dari sebelumnya. Ia takut langit akan membawa cahayanya pergi. Jimin tak ingin kegelapan kembali hadir menghiasi harinya.
"Jadi bagaimana sayang? Apa kau menerima lamaranku?" Tanya Jungkook sambil mengelus puncak kepala Jimin.
"Jika kau janji akan selalu melindungiku dari semua hal buruk yang terjadi"
"Aku janji sayang"
"Baiklah aku menerimamu" ucap Jimin yang membuat senyum sumringah Jungkook pun tersimpul di wajah tampannya.
Lalu tiba-tiba, hujan yang turun mengguyur kedua insan itu berhenti jatuh, langit yang semula gelap berubah benderang, suara guntur-guntur yang memekakkan telinga pun lenyap digantikan oleh kicauan burung-burung yang terbang silih berganti. Bahkan pelangi pun ikut andil dalam menghiasi langit biru. Kini, tak ada lagi kegelapan, yang ada hanyalah binar cahaya yang timbul akibat matahari yang kembali muncul dari balik awan.
"Jimin, lihatlah bahkan semesta tau, jika kau adalah semesta ku. Seberapa keras pun mereka berteriak lantang memintamu untuk pergi dari hidupku, tak akan ada yang sanggup untuk melawan simfoni alunan cintaku padamu Jimin. Aku sangat mencintaimu, semesta ku" ucap Jungkook.
Kemudian, tangan kekar milik Jungkook mengangkat tubuh Jimin dalam gendongannya. Lalu ia pun mencium bibir Jimin bersama dengan perasaan bahagia yang membuncah di dalam hati keduanya. Mereka merasa sangat beruntung karena semesta telah merestui keduanya.
**************END***************
Jujurly, ini aku terinspirasi dari lagu baru BTSxColdplay wkwkwkwk padahal baru denger spoileran kemaren doang, tapi lagunya ngena bangetttt anjir gakuadhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us | Oneshoot Kookmin [✓]
FanfictionKumpulan oneshoot/twoshoot jikook Bahasa campuran (baku dan non baku)