Kabut pagi menghiasi Joseon. Menghalau pandangan seorang lelaki yang sedang mengayunkan pedangnya ke udara. Menebas apapun yang dilemparkan ke arahnya. Bahkan sebuah batu kerikil kecil pun berhasil di belahnya dengan sebuah sabetan kilat.
"Raja keparat! Bagaimana mungkin aku bisa menikahi seseorang yang bahkan tak pernah ku lihat sehelai rambutnya pun?!"
Syattt....
Sekali lagi sabetan pedang itu terayun. Kali ini menebas sebuah biji jagung yang teramat kecil. Langkahnya maju seiring dengan ayunan tangannya yang tak lekas berhenti. Melampiaskan segala kemarahan yang seharusnya ia lancarkan kepada sang maha agung Raja Joseon. Namun nasibnya yang payah tak mampu untuk menyentuh pria jalang itu seujung kuku pun.
"Tuan, keringatmu mulai bercucuran di pagi yang lembab ini. Sebaiknya kita sudahi latihannya cukup sampai disini" ucap Jooheon, seorang tentara prajurit yang menjaga nya.
"Diam kau Hyung! Ini satu-satunya caraku untuk menumpahkan kebencianku pada Raja kesayangan mu itu, sial"
"Tuan, tolonglah. Atau aku yang akan menjadi sasaran kemarahan Tuan besar"
Seketika itu juga pergerakannya pun terhenti. Ia masukan kembali pedang miliknya ke dalam sarung pedang. Tubuhnya membalik ke arah prajuritnya.
"Hyung, kau harus bersyukur karena aku yang menjadi tuanmu. Bukan Hyung ku yang gila itu" ucapnya.Pria itu kemudian masuk kedalam kediamannya. Melepaskan pakaian luarnya dan diberikan kepada salah satu pelayan.
"Dimana ayahku?" Tanya nya pada Jooheon yang masih setia mengikuti kemanapun langkahnya pergi untuk melindunginya. Walaupun seluruh Joseon tau bagaimana kemampuan putra kedua dari menteri pertahanan kerajaan ini, namun sang ayah masih harus mengirimkan seorang prajurit handal untuk menjaganya.
"Ia ada di ruang makan, tuan"
Keduanya bergegas menuju ruangan yang disebutkan. Jungkook masuk ke dalam ruangan sementara prajuritnya harus tinggal didepan pintu. Kemudian, nampaklah sang Tuan besar yang duduk lesehan dengan semeja penuh makanan didepannya.
"Putraku, Jungkook. Duduklah nak" sambutnya.
Pria yang disebutkan sebagai Jungkook itu pun menaati perintah ayahnya. Ia duduk persis di hadapannya, dan hanya dibatasi oleh sebuah meja bundar.
"Ada apa ayah memanggilku kemari?" Tanya Jungkook. Tak memperdulikan ayahnya yang telah mengambil sebuah daging dengan sumpitnya.
"Kau tak bisa membiarkan ayahmu ini untuk makan terlebih dahulu? Aku memanggilmu salah satunya untuk makan denganku" ucapnya. Menyuap daging ke dalam mulutnya.
Jungkook pun pasrah. Ia lantas mengambil sumpitnya untuk makan. Daripada membantah ucapan ayahnya yang tidak ada habisnya, lebih baik ia cepat-cepat menghabiskan makanannya dan segera pergi dari tempat ini.
Mereka pun makan dalam senyap. Tak ada satupun kata yang terucap dari mulut keduanya. Menjaga etiket makan yang sudah turun-temurun menjadi budaya orang-orang Joseon. Tidak boleh makan sambil berbicara, itulah budaya mereka.
Makanya Jeon Wonhee-ayah Jungkook pun baru mengeluarkan suaranya ketika makanan mereka telah habis.
"Bagaimana dengan tawaranku kemarin?" Tanya wonhee tanpa basa-basi.
Jungkook pun mengernyit tak suka. Lagi-lagi pembicaraan tentang ini.
"Aku tidak bisa ayah" ucapnya."JEON JUNGKOOK! Ini semua demi masa depanmu dan masa depan keluarga Jeon. Kau harus menerimanya"
"Kenapa harus aku? Kau kan juga punya seorang putra sulung" Jungkook membelot. Ia benar-benar tak bisa menerimanya.
"Hyungmu tidak bisa aku andalkan. Kau tau sendiri bagaimana nekatnya hyungmu jika segala sesuatunya tak berjalan sesuai dengan yang ia inginkan" bujuk wonhee.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us | Oneshoot Kookmin [✓]
FanficKumpulan oneshoot/twoshoot jikook Bahasa campuran (baku dan non baku)