Prolog

324 49 12
                                    

Malam ini, sudut-sudut ibu kota Alois penuh dengan lentera. Sudah menjadi tradisi bagi kerajaan tersebut untuk mengadakan perayaan pada setiap pertengahan tahun sebagai bentuk syukur kepada Dewa Helios. Perayaan berwujud festival itu berlangsung di seluruh wilayah kerajaan, tetapi ibu kota tetaplah menjadi wilayah paling ramai dan terang. Rakyat-rakyat Alois akan membaur bersama tanpa adanya batasan. Bahkan keluarga kerajaan pun akan menghadiri acara tersebut tanpa menyembunyikan indentitas mereka. Namun, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perayaan kali ini mungkin akan terasa lebih bersejarah karena konon, Pangeran Mahkota Alois akan menampakkan wajah untuk pertama kali setelah kepulangaannya dari akademi militer yang berada di Benua Devon.

Seluruh isi Alois menyambut berita tersebut dengan kegembiraan, tetapi hal tersebut tidak berpengaruh pada Ilaria. Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju penjual ubi bakar setelah melarikan diri dari pengawasan sang ibu. Ilaria memilih tenggelam dalam keramaian, meninggalkan ibunya yang telah bergabung bersama perkumpulan wanita bangsawan pengagum Pangeran Mahkota. Demi Dewa Helios, mereka bahkan belum pernah melihat wajah laki-laki itu!

"Bagaimana jika ternyata Pangeran Mahkota memiliki wajah yang buruk?" Ilaria mendengus geli. Ia menggenggam ubi bakarnya hati-hati kemudian kembali berjalan menuju tepi danau yang sepi. "Ibu dan wanita-wanita itu pasti akan menangis darah karenanya."

Ilaria mengupas ubi bakarnya yang masih diselimuti kulit. Perempuan itu terlalu larut dalam kegiatannya hingga tidak menyadari sosok lain telah duduk di sisi kosong yang berada di sebelahnya.

"Pelan-pelan. Panas ubi itu bisa melukai tanganmu, Nona."

Kepala Ilaria mengangguk pelan. "Tenang saja, aku ahli dalam hal ini," jawab sang perempuan dengan penuh percaya diri, masih menganggap normal semua hal di sekitarnya.

"Seseorang yang ahli dalam suatu bidang pun masih dapat terluka, Young Lady. Aku bahkan masih sering tergores karena pedang kesayanganku." Sosok itu tertawa pelan sementara tangannya mengambil ubi panas dari genggaman Ilaria. Laki-laki itu mengupas kulit ubi milik Ilaria dengan mudah, nyaris tanpa kesulitan.

"Kau, siapa dirimu?!" Ilaria reflek menjauh meski tidak bangkit dari posisi duduknya. Mata hazelnya mengamati penampilan sang laki-laki dengan cermat. Mendapati pakaian berlapis jubah yang indah, Ilaria yakin seseorang di hadapannya ini merupakan bangsawan dengan pangkat yang lebih tinggi dari ayahnya.

"Aeron," jawab laki-laki itu singkat. "Wah, aku rasa kepergianku selama 5 tahun membuat orang-orang di Alois melupakan keberadaanku."

"Aku tidak membutuhkan keluhanmu, My Lord. Kita tidak saling mengenal, jadi, menjauhlah dariku." Ilaria berdecak sebal, ia menatap tajam pada iris biru Aeron yang menatapnya penuh kelembutan.

Aeron kembali tertawa singkat. Ia mengulurkan kembali ubi bakar milik Ilaria. "Ini tempat umum, Nona. Aku berhak berada di manapun. Tapi karena kau tidak menyukai keberadaanku, maka aku akan pergi."

"Baguslah."

Laki-laki itu mendengus geli. "Aku rasa, Pangeran Mahkota tidaklah begitu buruk rupa. Lihat aku, apa aku terlihat mengenaskan dengan wajah ini?" Aeron bertanya dalam posisi berdiri. Alisnya terangkat sebelah, menantang Ilaria yang tampaknya enggan memberikan perhatian lebih.

"Tidak terlalu buruk." Ilaria menjawab singkat di sela kegiatannya memakan ubi. "Wajahmu cukup baik untuk menarik minat perempuan bangsawan."

"Kau tertarik?"

Ilaria langsung menggeleng. "Tidak!"

Aeron menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman ringan. "Baguslah, menjadi seorang putri mahkota hanya akan membuatmu sakit kepala." Ia mengambil tangan kanan Ilaria kemudian mengecupnya singkat. "Sampai jumpa di lain waktu, Nona."

Ilaria menatap kepergian Aeron dengan mata yang menyipit tajam. Putri Mahkota? Apa laki-laki bermata biru itu adalah sosok Pangeran Alois yang dielu-elukan ibunya?!

"Mati kau, Ilaria!"

16 Januari 2022

Iseng aja sih, hehe. Kayanya bakal dilanjut setelah si Lucius sama Selene selesai. Gatau kapan😔

A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang