Penjaga

78 19 17
                                    


PENJAGA


Penulis: Iselfia, Ava, Han, Leah, Silvi, Ririn, Dameria, RizkiSuci, Jihad, Henzie, Aulia, Lia, Darma, Harrachmi.

Editor: Ida Selfia

Kenapa dia selalu begini? Bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa dia selalu begini?
Bosan. Itulah yang kusebut sebagai makanan harianku. Selalu disapa oleh sepucuk kertas putih bertinta merah berhias hati. Manis? Dari mananya? Surat ini selalu ada di sini, tanpa Agam.
Agam menghilang, Fee, begitu kata mereka semua. Lalu, ini apa?

Kusebut ini sebuah duka. Perasaan yang ditinggalkan begitu saja dalam selembar kertas yang tak sebanding dengan apa yang telah kujalani, lebih banyak dari tinta yang dituangkan di dalam sana. Kusebut ini derita, tanpa tahu harus kuapakan setelahnya; setelah semuanya benar-benar menghilang ditelan kesendirian selepas dia pergi tanpa kembali.

Surat itu datang lagi. Singkat, hanya terdiri atas tiga kata:
Aku ingin menemuimu.
Aku ingin membanjirimu dengan mawar merah
Aku terlahir sebagai mawar untukmu.

Huh! Betul-betul romantis, bukan Meski romantis, surat berikutnya terasa lebih creepy.

Tunggu aku.
Aku ingin bertemu denganmu besok lusa, pukul delapan malam
Kutunggu engkau
Akan kubanjiri dirimu dengan mawar merah.

"Kenapa harus berteka-teki, sih?" pikirku kesal. "Kalau ingin ketemu, kenapa tidak di rumah saja? Benarkah dia hanya bermain-bermain selama ini?"

Kali ini aku mengabaikan kalimat yang tak jelas itu. Tetapi aku heran kenapa surat dengan kalimat yang sama terus datang padaku hari demi hari. Rasanya, aku telah lelah membuka lembaran kertas tak berguna itu selalu.

Kubaringkan tubuhku ke ranjang, lalu mengirimkan pesan suara kepada temanku, "Aku masih heran mengapa ada orang yang sangat jahil dengan teka-teki dan surat," kataku, seakan tak yakin ingin menyebut Agam sebagai pengirimnya.

Tidak perlu waktu lama, temanku membalas pesan suara tersebut, "Terdengar seperti cerita romansa yang sering aku baca."

Fiksi maksudnya?
Membaca penuturan teridentifikasi sebagai pujian tersebut, justru membuatku memicingkan mata. Apa sungguh seseorang yang kuanggap teman ini tengah berkomentar jujur?
Cerita romansa ... hem, kurasa tidak. Justru, inilah titik kesadaranku mulai. Aku telah muak.

Mencabik-baik sesuatu dari dalam laci; boneka jari, surat, jepitan rambut. Semuanya hancur tak berbentuk lagi. Biar, biar Agam hancur bersama ini sekalian! Aku sudah benci dengan menghilangnya dia yang tanpa pamit, lalu kini ... apa? Dia mempermainkanku?

INDITE; The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang